Deru rel kereta mengusik pendengaranku. Aku sedang di hadapkan dengan dua kenyataan yang pahit. Ummi yang tak setuju dengan kepergianku ini, dan bang Syakir mendukungku untuk terus maju menghadapi ini semua. Di sisi lain aku takut dengan kenyataan yang akan aku tahu, akan semenyakitkan apa nantinya?
Sengaja aku tak langsung pergi ke Bengkulu, aku ingin menjumpai temanku yang berada di Bandung. Namanya Nana, teman kecil ku yang tidak lama bertemu. Aku tidak meng kontak nya terlebih dahulu agar kejutan untuknya. Tiket sudah di genggaman, dengan tujuan Bogor – Bandung, yang berangkat pukul 16 : 10 nanti. Kurang delapan menit lagi, kereta akan sampai.
“Zulfa!!” teriak suara tegas disana, suara nafasnya masih terdengar hingga sekarang. Berhenti dengan jarak yang cukup di depan ku, tidak jauh dan tidak dekat.
“Sebentar” sambil ia mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.
“Kamu kenapa bisa disini tih? Kamu tau dari mana aku disini?” tanyaku terheran
“ Sebelumnya aku minta maaf fa, tadi aku mau ke rumah kamu mau bawain masakan dari ibu, tapi pas aku liat kamu keluar dari rumah, terus aku ikutin sampai sini. Kamu mau kemana fa?”
“ Fatih, kamu ga usah repot – repot ngikutin aku. Kenapa kamu ga titipin bang Syakir?”
“ Ya karena aku khawatir sama kamu fa.” Aku mengontrol emosi yang sedang bergejolak tak karuan ini. Sedih, bingung, kecewa, sedikit senang dengan istighfar.
“ Fatih, lebih baik kamu pulang.”
“ Kenapa fa?”
“ Pulang tih, ibu kamu pasti cariin kamu karena ini sudah lama dari yang semestinya. Aku ingin sendiri dulu tih.”
“ Fa, kemanapun kamu pergi ingat Allah selalu bersama kamu fa, aku tahu perasaan kecewa dan sedih itu. Aku harap kamu gaakan marah sama Fahriz nantinya, atau sama siapapun yang ada di sekitar kamu.” Ia memberikan makanan yang ia genggam sedari tadi.
“ Nih, bawa. Aku tahu kamu mau tenangin diri dulu sebelum mencari apa yang kamu ingin tahu”
“ Kamu tahu tih?” lontaran pertanyaan yang susah payah keluar dari mulutku.
“ Aku tahu fa, jangan marah sama aku ya. Kadang, kita memang diberikan rasa sakit untuk kita bangkit.”
“ Apa cuma aku disini yang ga tau apa – apa tih? ” terlihat sekali wajahnya memendam rasa sakit yang kurasakan juga, namun dia hanya tersenyum, bungkam dengan senyumannya.
“Keretanya sudah sampai fa, hati – hati di jalan, aku akan rahasiakan ini fa.”
Aku segera masuk kedalam kereta, aku mencari nomer bangku yang tertera di dalam tiketku, aku menghempaskan diri diatas kursi. Aku menatap jendela yang dihadapkan dengan Fatih berjalan menjauh atau keretanya yang sudah berjalan jauh. Ternyata, kami sama – sama menjauh, berjalan dengan haluan yang bertolak belakang.
Aku, adalah seorang hamba yang berjalan mengikuti skenario Tuhannya. Yang sedang berperan sebagai peran utama, mencari apa yang sedang terjadi. Menghela nafas setelah menarik nya adalah kebiasaan baru ku, istighfar tak habis aku ucapkan selama perjalanan.
Perjalanan dari Bogor ke Bandung memakan waktu 4,5 jam. Tak sengaja ternyata aku telah tertidur dari setangah jam yang lalu. “Astagfirullah!” pekik ku. Aku lupa untuk mengabari bang Syakir bila sudah di dalam bandara. Aku berdalih bila sudah di bandara, karena jujur keluarga ku tidak ada yang tahu jikalau aku pergi ke tempat lain terlebih dahulu. Aku lantas mengambil telfon genggam ku, ternyata banyak missed call dari nya.“Assalamu’alaikum bang”
“ Wa’alaikumsalam Qilla, kamu kenapa baru telfon abang? Abang khawatir dari tadi. Kamu juga di telfon ga di angkat.”
“ Hehe, maaf bang tadi aku ketiduran”
“ Kamu sudah sampai di bandara? Kamu ga usah khawatir ya. Abang sudah beri tahu ayah juga.” Di kejauhan sana, aku mendengar suara ayah yang meminta untuk bersua dengan anaknya.
“Assalamu’alaikum nak, maaf ayah baru pulang keluar kota jadi gak tau kalo kamu pergi. Kenapa kamu ga kabarin ayah sih? Kenapa mendadak ingin ke Bengkulu sayang? Jauh nak.”
“Wa’alaikumsalam yah, Hehe iya, aku kangen sama tante Ransyah yah, maka dari itu aku ingin jenguk tante Ransyah.”
“Kamu tuh ya, ada – ada aja deh. Yasudah hati – hati dijalan ya. Sampaikan salam sama Ransyah. Berkabar ya kalau sudah sampai nanti.”
“ Siap komandan! ”
“dek, sudah dulu ya. Kamu hati – hati dijalan. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam bang, dadah. Sayang abang tapi boong.” Aku tertawa , terbahak – bahak, seakan melepaskan beban yang ada. Ku matikan telfon yang masih tersambung.
“Mba, maaf nyela. Tapi kalo bohong dosa loh mba.” Ujar pemuda yang duduk disampingku dengan seenaknya.
“Maaf mas, saya tahu. Tapi ini demi kebaikan.”
“Sampai berbohong? Saya ga habis fikir.” Celanya lagi.
“Maaf lagi mas sebelumnya, jika anda tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Saya mohon, untuk berfikir kata – kata mas kembali.”
“Tapi, mba-- ”
“Kalau mas gak mau berhenti berbicara, saya akan panggilkan petugas kesini.” Ujar ku tegas.
Aku menghadap ke arah jendela, menenangkan diri sendiri. Lebih tepatnya berdamai. Ku raih buku novel favorit ku dan membuka tepat dimana terakhir kali ku membacanya. Seraya menyetel murottal Al – Qur’an dengan earphone yang terpasang di telinga.
“Hai mba” dia, dengan melambaikan tangannya kedepan wajahku. Kenapa lagi sih?
Aku tidak bergeming, hanya melanjutkan aktivitas yang sedang ku lakukan.“Mba..” “Mba.., kenalin, saya Reza Atyatama temen mba SMP dulu.” Aku, memutar kembali isi memori di otakku. Siapa?
“Maaf, saya ga kenal siapa anda. Tolong jangan ganggu saya.”
“ Saya yang sering mba panggil Ezi. Mba doang yang ganti nama saya. Mba Syaqila kan?”
kenapa dia tau Ya Allah, siapa dia? Hamba benar – benar tidak mengingat dia sama sekali Ya Rabb.“ Reza Atyatama ya? Hmm. Saya benar – benar tidak mengingat anda. Maaf.”
“ Kamu amnesia qil? Sama temen sepergabutan kamu ga kenal?”
“ Anda jangan sok akrab sama saya ya, tolong jangan ganggu saya lagi. Jangan paksa saya untuk mengingat anda.”
Semakin mencoba mengingat, semakin kepala ku sakit. Aku hanya menyenderkan kepala dekat jendela. Tak sadar air mataku telah keluar bersama darah yang mengalir di hidungku. Semuanya gelap, aku tak ingat apa – apa lagi.
🌼🌼🌼
Assalamu'alaikum teman - teman, maaf setelah beberapa bulan baru update di bulan akhir ini. Maaf sebesar-besarnya, ada jadwal yang padat, mood yang ga bisa diajak kompromi dan tugas yang menumpuk. Aku usahakan besok akan update lagi.Happy reading ya 🌻
Salam sayang, Hanifa🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐚𝐥𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮
Short Story𝘉𝘦𝘳𝘫𝘶𝘵𝘢 𝘫𝘶𝘵𝘢 𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘵𝘢𝘱𝘪, 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘢𝘮𝘶? _____________________________