22 - Penolakan

4K 166 9
                                    

     Pagi yang melelahkan, sama melelahkannya dengan malam ini. Kalian tau kan? Besok keluarganya Fatih bakal kesini? Rumah ku sudah di dekorasidengan sederhana. Sekedar lebih rapih dari pada sebelumnya. Aku membantu ummi. Sedangkan ayah dan bang syakir membantu hal-hal yang kami butuhkan.

“ Bang, abang kemarin ngapain keluar kota?” tanya ku kepada bang syakir,

“ Kepo.”

“ Ih qila serius tau.”

“ Gitu aja ngambek. Abang ke Jakarta de, ada yang harus abang urusin disana untuk acara pernikahan abang.”

“ Oh ya bang, abang mau nikah. Tapi aku ga tau kapan, emang kapan si bang?”

“ Ya Allah, qil qil. Abangnya mau nikah masa ga tau si. Abang mau nikah minggu depan qil.” Ujar umi menjawab pertanyaanku.
“ Maaf deh mi. Hehe”

       Setelah selesai merapihkan rumah, aku pergi keatas kamar untuk mengganti pakaian tidur. Sebelum tidur, aku berwudhu dan juga shalat witir terlebih dahulu. Seusainya, aku teringat dengan buku harian Fahriz, hatiku mengatakan untuk membacanya lagi. Aku bangun dan melipat mukena ku dan meletaknnya di dalam nakas. Aku mencari buku harian Fahriz, tapi kemana ya? Seingatku aku menaruhnya di atas meja? Karena sudah larut malam. Aku memutuskan untuk mencarinya besok.

“ qil, maaf.”

“ Semua udah terlambat.”

“ Aku gak tau kenapa aku bisa kaya gitu qil. Itu mungkin karena aku terlalu menyayangimu.”

“ Sayang kamu ini salah, kamu buat aku takut. Dia bela kamu, demi umi. Kamu puas?”

“ Aku minta maaf Qil, aku bener-bener nyesel. Aku akan berubah.”

“ Jangan berubah karena aku, tapi karena Allah.”

“ Aku akan datang menjadi pria yang lebih baik buat kamu.”

“ Aku bilang, jangan buat aku. Tapi, jadilah pria yang lebih baik karena Allah dan hanya untuk Allah.”

      Aku terbangun dari mimpiku. Aku tak bisa melihat wajah pria itu, wajahnya samar. Ya Rabb, ada apa sebenarnya ini semua? Aku melihat jam dinding, sekarang sudah pukul 02.15 aku segera bangun dan berwudhu, untuk menunaikan shalat sunnah Tahajud.

      Pagi yang cerah menyambutku,hari ini keluarga Fatih datang ke rumah jam sembilan nanti. Aku lekas bersiap siap turun kebawah membantu ummi yang sedang membuat makanan.

“ ummiii!.” Aku tersenyum lebar dihadapannya.

“ oh ya mi, ummi liat buku catatan warna coklat ga di atas meja aku?”

“ enggak qil. Emangnya kamu taro dimana?”

“ di atas meja mi, tiba tiba hilang. Padahal aku inget banget ko.”

“ oh ya mi, kan waktu itu kan aku pernah baca buku catatan itu. Itu kan buku catatannya Fahriz ya mi, masa ada foto cewe di situ, tapi ga jelas mi. Soalnya, fotonya udah lecek. Kaya udah lama. Itu kira kira siapa ya mi?.”

“ Mungkin itu, sepupunya dia kali qil.” Aku hanya mengangguk paham.

      Ummi membuat makanan yang cukup banyak, aku senang sekali. Karena selain dari aku suka jahil, aku juga suka makan. Jangan kira aku gemuk. Aku banyak makan juga biar gemuk gitu.Tak terasa, waktu sudah menunjukan jam sembilan. Keluarga Fatih pun sudah datang ke rumah. Ummi masih di dapur bersama ku. Mungkin ini pertama kalinya ummi melihat Fatih karena sebelumnya belum pernah. Keluarga Fatih disambut oleh ayah dan bang Syakir.

𝐇𝐚𝐥𝐚𝐥 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚𝐦𝐮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang