Bingkaimu

755 8 1
                                    

Akhi... Telah kutelusuri lubang berlorong dimensi
Menerobos masa yang berjalan menempuh ruang yang terdalam
Hingga aku sampai pada stasiun seribu rasa

Kumasuki gerbang besar yang sedikit terbuka. Terpancar mentari menyilaukan penglihatanku. Dan kudengar seseorang menyerukan seutas salam yang tertuju untukku.

Kulihat sebuah dinding hati yang bernaluri tajam. Tergantung serangkai kata yang terpendam, seuntai rasa yang terselip
Nan rindu yang berjatuhan di setiap petak dinding itu.

Lukisan indah terpajang rapi diruang kasih sayang. Kutemui wajah orang-orang tersayang.
Ibu dan ayah juga termasuk yang terpajang disana. Nan tertulis kata permata hati, disana tergantung wajahmu.

Apa benar? Apa engkau telah memasuki hatiku? Mendapatkan sebingkai tempat untuk disinggahi?

Tertanam sudah bibit yang kau tebar. Engkau telah tumbuh diantara ribuan rasa. Entah akankah wajahmu akan tetap terpajang dibingkai sana. Sedang engkau bukanlah milikku.

Akhi... Engkaulah yang hadir dalam kisah ini. Engkau yang terhembus dalam nafasku. Walau tanganku tak menggenggammu, namun izinkanlah ku tanam sepenggal perhatianku ini untukmu.



Surat untuk AkhiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang