****
Sepucuk untaian telah kembali terangkai diatas kertas buram yang kasar. Genggaman tangan berpena, terangkat menarik imajinasi dari sebuah rasa. Hati dan pikiranku kini menyatu, saling mengenggam rasa yang nyata namun tak terungkap.
Ikhwan, panasnya api cinta bersertakan amarah menghantui jiwaku. Aku tak tau apakah ini. Astagfirullah, sungguh apakah rasa ini telah menyebar luas melewati batas?
Lindungilah hamba Ya Allah, lindungi hamba. Jangan biarkan cinta sunyiku menjadi buas yang merusak jiwa.
Ikhwan, betapa sulit ini semua. Keindahan yang menguji rasanya lebih tabuh dari sepenggal penderitaan. Keindahan ini melenakanku.
Haruskah aku melupakannya?
Karena aku belum mampu menjaga keutuhan cinta yang baik.
Ikhwan.. Aku takut rasa ini berlarut pada jalan yang salah.
Menjauhkanku dari-Nya. Jika benar, sungguh itu adalah rasa terburuk yang pernah bersinggah.Aku tak tau apa yang akan terjadi, aku hanya bisa berdo'a dan Menunggu kehendak-Nya atas perjalanan cintaku.
~Ukhti~
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat untuk Akhi
SpiritualMeski tanganku tak mampu menggapaimu, namun disini, direlungku tersimpan sejuta puisi untukmu. Cinta sunyiku terus tumbuh merekah bak mawar merah yang indah. Didunia nyata, aku hanya dapat melihatmu dari imajinasiku. Ikhwan, izinkan aku melukis rupa...