Impossible

132 8 1
                                    

"Kami mohon maaf, karena banyaknya tulang yang patah dan juga karena salah satu tulang rusuk mengenai jantungnya. Jadi kami mohon maaf, nyawa saudara Mark tidak bisa diselamatkan" ucap dokter tersebut yang langsung pergi.

Aini dan Lenny yang tadinya berdoa memohon keselamatan, semua seakan sirna. Tangisan haru langsung menghiasi lorong UGD. Tangisan kedua gadis itu menjadi saksi dimana yang biasanya kedua gadis itu bersikap nakal, saat ini merasa lemah karena kehilangan seseorang yang disayang. Raka dan Brian langsung menenangkan kedua gadis itu.

"Sshh... Tenang Len.." ucap Raka sambil memeluk Lenny supaya tenang.

"Gue.. Hiks.. Jahat.. Hiks.. Gue jahat.." ucap Lenny sesenggukan.

"Kak Mark.." ucap Aini sesenggukan. Brian pun langsung saja memeluk Aini.

"Sshhh... Udah udah.. Lo tenang aja.. Jangan nangis" ucap Brian sambil mengelus punggung Aini.

"Ayo kita kedalem" ucap Brian yang langsung melepas pelukannya dan menggenggam tangan Aini.

"Brian, gue titip Lenny. Gue mau urus pemakaman Kak Mark" Ucap Raka yang sambil melepas pelukannya dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban Brian.

"Ayo Len, kita kedalem" ucap Brian yang langsung merangkul Lenny disebelah kirinya.

Mereka bertiga pun masuk kedalam ruang UGD. Masih ada beberapa suster yang melepas alat alat yang menempel pada tubuh Mark. Tangisan Aini dan Lenny pun kembali pecah. Mereka berdua memeluk tubuh dingin Mark dengan tangisan yang tiada hentinya.

"Kak Mark.. Sampein salam ke eomma appa nya kak Mark ya.. Kak Mark juga.. Semoga tenang kak" ucap Aini yang berusaha senyum. Lenny? Masih menangis sambil memeluk tubuh dingin Mark.

"Kenapa kak?? Kenapa?! Kenapa harus kayak gini?!!?" teriakan Lenny membuat Aini dan Brian berusaha menenangkan Lenny.

"Udah Len. Ini udah terjadi. Kita harus ikhlas" ucap Aini sambil memeluk Lenny.

"Tapi ini terlalu cepet buat gue" ucap Lenny dengan sesenggukan.

"Gue tau. Tapi please jangan lo tangisin. Ikhlasin aja" ucap Aini yang sambil menahan tangisannya. Brian pun hanya mengelus punggung Lenny.

"Gue nyusul Raka dulu. Kalian berdua kalo udah selesai ke food court aja" bisik Brian ke Aini. Aini pun hanya menganggukan kepala.

"udah yuk keluar" ucap Aini yang langsung melepas pelukannya dan membawa Lenny pergi ke foodcourt sesuai perkataan Brian.

Sesampainya di food court, pandangan Aini berhenti ketika melihat keempat lelaki yang sedang berdebat.

"Lo bertiga sama sama suka, sama sama sayang, kalo mau jangan kasar! Kalo bisa secara sehat! Lo mau mentalnya Lenny langsung down dan ninggalin lo bertiga?! Gak kan? Yaudah secara sehat!"

"Gue bisa aja secara sehat. Tapi gue gak tau kalo mereka berdua"

"Raka, gue mau kita saingan secara sehat. Gue tau lo bakalan pake kasar. Tapi gue mohon demi kesehatan mental Lenny, pake cara sehat"

Suara itu samar samar dari kejauhan. Untungnya hanya Aini saja yang mendengar hal itu. Pikiran Aini tersebar kemana mana, dan akhirnya membuat Aini pusing. Lenny? Dia sedari tadi hanya melamun.

"lo mau makan apa minum?" tanya Aini. Lenny pun hanya mengendikan bahunya saja. Akhirnya Aini dan Lenny menuju ketempat duduk yang berjauhan dari kumpulan keempat lelaki yang masih saja berdebat.

"Lo tunggu disini" ucap Aini. Lenny pun hanya mengangguk pasrah karena masih lemas karena mengeluarkan banyak air mata.

Aini pun berjalan menuju kegerumbulan keempat lelaki tadi.

BAD GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang