****
Ketika aku kembali ke kantor untuk finger print, kupikir Ricky sudah pulang kantor, mengingat hari telah menunjukkan pukul enam sore. Sebenarnya, aku tidak menuju ke rumah sakit setiba kami di kantor tadi siang melainkan pulang ke rumah untuk beristirahat. Aku tahu ini salah, alias membohongi Ricky, tetapi aku terlalu malas untuk melakukan hal yang di luar pekerjaan seperti laporan kesehatanku. It's not make any sense!
"Hanna! Dipanggil pak Ky tuh!" Winda, sang receptionist mengejutkanku
"Aku lagi buru-buru nih." kilahku bergegas mengeluarkan kunci mobilku dari tas
"Ngga ada yang mau dititipin?" tanya Winda
Aku menggeleng
"Ngga ada,Win."
"Tapi kata pak Ky ada laporan yang harus kamu kasih ke dia?" Windy memasang raut wajah curiga. Damn! Aku menggerutu dalam hati sambil memaksakan senyumku. Windy tidak kunjung pergi dan aku harus menahan kekesalanku dengan berjalan masuk ke dalam kantor, tepatnya ke ruangan Ricky.
Aku tidak dapat menemukan teman-teman selantaiku setiba aku di lantai lima. Kupikir mereka sudah pulang? Hem. Aku menarik napas pelan sambil melirik jendela kaca di sisi kananku. Langit mulai mendung. Kupikir sebentar lagi akan hujan. Aku harus bergegas menyelesaikan masalah kami dan pulang supaya tidak perlu membersihkan mobilku lagi.
Aku baru masuk ke dalam ruangan Ricky saat laki-laki itu menempelkan jari telunjuknya di bibir, memintaku agar tidak bersuara. Aku mengangguk dan memutuskan menunggu di luar ruangan Ricky.
Satu menit,
Sepuluh menit,
Lima belas menit,
Ricky belum selesai telepon? Apakah dia sedang bermesra-mesraan dengan si Yaya? Huh! Aku 'kan mau pulang juga! Pikirku kesal. Aku hendak mengetuk pintu ruangan Ricky saat Ricky tiba-tiba membuka pintu ruangannya bersamaan denganku.
"Letakin di meja saya saja." tukas Ricky dingin sambil melewatiku
Aku memutar kedua mataku dengan kesal.
"Saya kemari untuk memberitahu pak Ky kalau saya tidak membawa laporan itu." ujarku berhasil menghentikan langkah Ricky. Laki-laki itu berbalik menghadapku. Tatapannya yang datar membuatku menahan napas.
"Kenapa? Apakah ada sesuatu serius yang kamu sembunyikan?" tanyanya
Aku mengangkat daguku tinggi-tinggi.
"Seperti yang saya katakan tadi pagi, saya tidak punya laporan itu. Saya tidak punya waktu untuk check-up hanya karena semata-mata pak Ky meminta laporan kesehatan saya. Saya pikir saya cukup clear menjelaskan ke pak Ky." jawabku acuh
Rahang Ricky mengeras. Good. Aku berhasil membuat Ricky marah. Berita buruknya adalah aku bahkan tidak takut dengan Ricky. Oh! Ini berbahaya! Aku mengangkat bahuku acuh.
"Kalau pak Ky marah, pak Ky bisa pecat saya sekarang. Lagipula saya memang sudah mau keluar dari sini." sambungku
"Hanna!" Ricky meninggikan nada suaranya. Laki-laki yang pernah menjadi pemilik hatiku itu melangkah mendekat. Aku bersumpah bahwa aku menemukan raut amarah di mata Ricky tetapi itu hanya berselang selama beberapa detik. Laki-laki pandai mengatur emosinya. Sialan. Aku mengigit bibirku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Memories
RomanceHanna tidak pernah menyangka dapat bertemu dengan Ricky lagi setelah enam tahun lamanya mereka terbentang jarak dan waktu. Pertemuan yang terkesan sangat kebetulan itu membuat Hanna bertanya alasan takdir mempertemukan mereka kembali. 1. Semesta in...