****
Weekend telah tiba. Aku dengan segenap kesenanganku harus merayakan weekend kali ini setelah seminggu berkutat dengan lembaran soal yang memuakkan. Rasanya bak tercekik setiap kali aku memaksakan diriku untuk belajar bahkan hingga dini hari demi nilai yang memuaskan kedua orang tuaku.
"Dick, kemana kita habis pulang sekolah?" tanyaku sambil mencolek lengan Dicky
"My bro is still in the town. Kayanya ngga kemana-mana deh." jawab Dicky ringan. Aku mendengus kesal. Sudah hampir dua minggu kami menjelma bak anak rumahan, dikarenakan persiapan ujian tengah semester plus kesibukkan Dicky bersama Ricky. Selain itu, kami juga jarang berkomunikasi lagi. Bahkan, Dicky selalu pulang lebih awal setelah bel pulang berbunyi.
"Oh! Yaudah!" aku mulai merajuk dengan menghentak-hentakkan kakiku sementara itu Dicky menghembuskan napas kuat sambil menarik tanganku. Dia terlihat sedang berpikir keras sebelum berbisik,
"Apakah lo mau gabung?"
"Ke mana?" tanyaku mulai bersemangat
"Barbeque di rumah gue."
"Jadi papa lo? Mama lo? Di mana?"
"Lagi ke luar negeri. Tapi, kalo lo ngga mau, juga ngga pa-pa. Hanya saja kita pasti ngga bakal keluar malam ini."
INI TIDAK BISA DIBIARKAN. Alarm bawah sadarku berbunyi keras. Aku harus menjaga hubunganku dengan Dicky. Barbeque? Tak sadar aku menggumamkan kata itu di dalam hatiku.
"Siapa aja yang ikut?" tanyaku
"Abang gue sama gue doang. Tapi kalo lo mau ikut, gue bakal minta abang gue bawa pacarnya juga." jawab Dicky ringan bahkan terkesan acuh. Sebelah alisku terangkat. So we will have double date tonight? Ahh! Tak sadar aku mengulum senyumku sambil mengangguk ria.
"Mau! Mau! Gue bakal mampir ke minimarket dulu buat beli makanan." ujarku setuju sementara itu Dicky hanya menatapku dengan senyum tipis sambil mengacak rambutku, yang langsung kuberi tatapan sinis.
"Gue temani."
Dicky mengeluarkan lembaran uang seratus ribu dari dompetnya, membuat kedua mataku membulat. Setahuku Dicky sedang mengalami 'krisis' karena memperbaiki motor besarnya minggu lalu (maklum, kedua orang tua Dicky tidak pernah mengindahkan ketertarikan Dicky dengan motor besar yang dianggap berbahaya sehingga mereka menolak ide habis-habisan untuk membiayai motor rusak itu).
"Rejeki anak bungsu, karena si sulung bakal ngasih duit terus." Dicky mengedipkan sebelah matanya padaku, kemudian kami tertawa bersama, sebelum bunyi bel berbunyi. Kami langsung berlari ke luar kelas setelah waktu pulang sekolah. Tujuan kami adalah satu, acara barbeque nanti malam.
***
Keadaan rumah Dicky masih sepi saat Dicky menurunkanku di depan pagar rumahnya sementara dia membeli beberapa potong es krim dan bumbu ayam goreng, yang terlupakan oleh kami. Sebuah mobil fortuner yang cukup familiar terparkir di halaman rumah. Sebelah alisku terangkat. Ricky sedang berada di rumah? Tak sadar aku mengeratkan gengamanku pada tali plastik putih. Oh! Kenapa aku tiba-tiba memanas mengingat pesona abang dari pacarku sendiri?
Aku memukul pipiku dengan cukup keras sambil berdeham beberapa kali sebelum memasuki rumah Dicky. Sebenarnya aku sudah beberapa kali mampir ke rumah Dicky, tetapi kali ini rasanya berbeda, karena aku akan memasuki rumah Dicky tanpa Dicky di sisiku, dan tentu saja dengan kemungkinan terbesar bahwa Ricky sedang berada di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Memories
عاطفيةHanna tidak pernah menyangka dapat bertemu dengan Ricky lagi setelah enam tahun lamanya mereka terbentang jarak dan waktu. Pertemuan yang terkesan sangat kebetulan itu membuat Hanna bertanya alasan takdir mempertemukan mereka kembali. 1. Semesta in...