****
Saat aku kembali, setelah meminum obat maag yang diberikan Ricky tadi padaku, aku menemukan semua orang sedang berbondong-bondong merapikan meja yang berantakan dan mematikan komputer. Aku menyergit binggung.
"Han! Han! Cepetan. Kita mau ke pizza hut." Oppy melirikku sekilas, yang berjalan melaluinya. Mulutku setengah terbuka. Ke pizza hut jam segini? Apakah ini tidak terlalu pagi untuk makan pizza?
"Kamu ngga salah? Ini bahkan belum jam sembilan pagi." aku membalas binggung
"Ngga tau deh. Anak-anak tadi yang ngasih ide. Biarin deh. Kita 'kan makan gratis plus rehat dari kerjaan numpuk bentar. Hihihi." balas Oppy girang
Aku menggelengkan kepalaku sambil melirik obat maag milik Ricky yang berada dalam gengaman tanganku. Pipiku tiba-tiba merona mengingat perkataan Ricky belasan menit yang lalu bahwa laki-laki itu khawatir padaku tetapi kemudian aku menendang jauh pikiran jahatku terhadap calon suami wanita lain. Apa yang coba kupikirkan? Pity me!
Aku tidak punya pilihan lain selain membereskan barang-barangku dan ikut bersama teman sekantor ke pizza hut. Langkahku sempat terhenti saat melewati ruangan Ricky. Otak cerdasku berpikir untuk mengembalikan obat maag ini sekarang juga agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi orang-orang yang melihatnya. Setidaknya aku bisa memberi alasan yang masuk akal bahwa Ricky memberiku obat maag saat kami berpapasan dengan keadaanku yang sedang tidak sehat. Well, setidaknya itu cukup masuk akal daripada kubilang bahwa Ricky khawatir.
Tetapi menemukan Ricky dan Yaya keluar dari ruangan Ricky sambil bergandengan tangan memadamkan keinginanku. Aku menyembunyikan obat maag itu ke dalam tas ku dengan refleks sambil melarikan kakiku dengan seribu langkah. Kami menggunakan mobil kantor. Sepanjang perjalanan seisi mobil mengaggumi kecantikan Yaya yang membuatku hampir mual.
"Kira-kira dia itu pernah masuk jajaran finalis miss Indonesia ngga sih? Beauty banget dah!" Hinni berdecak kagum sambil melirik ke kiri, tepat di mana mobil Ricky berada. Kaca transparannya membuatku menahan napas. Mereka tertawa bersama!
"Menurutmu? Apa mungkin tunangannya Pak Ky itu model victoria secret? Majalah playboy?" Hiruka berujar histeris
"Kalau model sih accepted banget. Tapi kalau model victoria secret atau playboy? Kayaknya no banget deh. Mana mungkin model dengan karir melenjit segitu mau menikah secepat itu?" ibu Tarika memberi pendapatnya sambil mengelus dagu
"Tapi suer cantik banget! Pantasan pak Ky ngga pernah ngelirik kamu, ruka! Untung kamu ngga jadi beli lotion pemutih itu." tutur Hinni yang langsung mendapat cubitan pedas Hiruka
"Enak aja kamu ngomongnya, huh!"
Aku tidak bisa mengeluarkan suaraku seperti sesuatu menusuk tenggorakanku. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak nyamanku. Maksudku, rasanya aneh mendengar orang lain memuji mantanmu dengan calon istrinya sekarang, di saat kamu bahkan masih menjomblo. Oh!
"Gimana,Han, menurut kamu?" Oppy berbisik
"Maksud kamu?" aku kembali bertanya
"Tunangan Pak Ky. Perfect couple ever ya?" Oppy mengerucutkan bibir, perpaduan cemburu dan senang. Aku mengikuti arah tatapan Oppy sambil menahan napas melihat mesranya Ricky dan Yaya yang terpantul dari kaca transparannya. Tak sadar aku mengangguk.
"Benar. Perfect couple ever.." aku bergumam
"Untung kamu ngga suka sama pak Ky. Kalau ngga, keburu sakit hati kayak pengaggum pak Ky lainnya. Nyesss.." Oppy bergumam sambil bermain ponselnya. Mungkin temanku itu telah lelah mengaggumi kesempurnaan Ricky dan Yaya sementara itu aku yang tak mampu melihat mereka pun, menundukkan kepalaku sambil memejamkan mataku. Bayangan kekhawatiran yang tergambar di mata Ricky tadi membuatku tidak berhenti mengumpat dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooming Memories
RomanceHanna tidak pernah menyangka dapat bertemu dengan Ricky lagi setelah enam tahun lamanya mereka terbentang jarak dan waktu. Pertemuan yang terkesan sangat kebetulan itu membuat Hanna bertanya alasan takdir mempertemukan mereka kembali. 1. Semesta in...