Kejujuran

5.5K 559 67
                                    

****

"Di balik mata yang menatap, terdapat kata yang tak terucap. Perihal rasa yang tak terungkap bahwa ada rindu yang meluap-luap," - @yang.terdalam (instagram)

****

Sumpah. Kejadian semalam membuat interaksiku dan Ricky semakin awkward, ditambah lagi papa dan mama gencar menanyakan ribuan pertanyaan kepada Ricky mengenai kehidupanku di Jakarta. Oh Dear My Parents! Please stop it! Aku memutar kedua mataku kesal sementara samar-samar aku mendengar Ricky tertawa kecil. Huh? Apakah ini lucu?

"Pa, Ma! Kenapa harus tanya ke orang lain? Hanna kan disini," tukasku kesal sambil meneguk segelas jus

"Ricky, kamu pernah lihat Hanna dekat dengan laki-laki?" tanya mama penasaran. What the hell? Mama benar-benar menghiraukanku sementara papa berpura-pura bangkit dari duduknya untuk meletakkan piring kotor di dapur

"Nggak ada,Tante," jawab Ricky sopan membuatku menyergit. Nggak ada? Jadi Harris tidak masuk dalam hitungan? Huh!

"Hanna! Tuh kamu. Percantik diri kamu dong. Mama nggak mau tahu ya. Siang nanti kamu harus ikut mama ke salon. Kamu mau jadi perawan tua?" tukas mama kesal membuat Ricky tertawa lagi. Shit! Lesung pipit Ricky tercetak dengan jelas. Kali ini, laki-laki itu kelihatan tulus ketika tertawa. Jantungku berdegup lebih kencang. Dag Dig Dug.... It is so beautiful. Bea-uti-ful?! WHAT?!! Aku mencubit pahaku cukup keras. Wake up,Han! Apa yang terlintas di pikiranku? Aku tidak seharusnya terpegaruh dengan apa yang Ricky katakan semalam. Aku tidak boleh goyah! Bagaimana jika Ricky ternyata hanya ingin mempermainkanku lagi? Aku tidak memiliki jaminan jika orang yang sama tidak akan mengulang kesalahan yang sama lagi bukan? Tentu saja aku tidak akan bisa melupakan bagaimana Ricky telah melukaiku selama ini. He used to hate me all the time and suddenly he changed. Intinya Ricky itu seperti kecebong yang berubah-ubah terus

"Tante nggak perlu cemas. Dengar-dengar ada seseorang yang sedang menunggu Hanna," lanjut Ricky sambil menatapku dengan lembut. Geeezzz! Take a deep breath,Han! I shouldn't influenced by him. I can't be hesitate. Aku sudah memutuskan melupakan Ricky. Aku harus berjuang sampai akhir

"Siapa?" tanyaku ketus

"Someone who is not far away from you," jawab Ricky ringan membuatku terkejut. Gosh! Is this caunted as flirting? I'm dying for sure! Papa yang mulanya berniat 'melarikan diri' ke dapur itu pun segera berlari ke arah Ricky. Papa dan mama melupakan kehadiranku. Mereka tiba-tiba memfokuskan diri dengan bagaimana Ricky mendeskripsikan "someone" tersebut yang jelas-jelas adalah dirinya sendiri. Huh?

"Laki-laki itu memiliki pekerjaan yang stabil, sebuah apartemen dan kendaraan pribadi. Usianya masih di bawah tiga puluh tahun. He is good looking and..." Ricky belum menyelesaikan perkataannya ketika aku mecubit lengannya dan menyindir,"Kayanya kamu cocok banget jadi salesman. Promosiin someone sampai sedetail itu,"

"Hanna. Kamu jangan ganggu dong!" Mama menyela dengan kesal. Bahkan mama menarikku menjauh. Mama mengambil alih tempatku duduk, yang mana hanya di sebelah Ricky. Mama kelihatan antusias banget. Begitu pula dengan mama. Aku menghembuskan poniku dengan kesal. Sial banget sih. Bisa-bisa mama akan memintaku membawa pulang someone tersebut. Huh!

"Tante, om. Saya bukan promosi 'someone' ini di hadapan kalian. To be honest, he has so much scars in life. Kadang-kadang, orang ini berpikir bahwa dia tidak pantas memikirkan Hanna kembali. Lihat. Hanna adalah wanita mandiri. Dia masih sangat muda. Saya melihat potensi itu darinya sejak pertama kali bertemu dengannya. Mungkin Hanna hanya tidak menyadari... bahwa kehadirannya dinantikan oleh semua orang," lanjut Ricky. Sebenarnya aku cukup terkejut mendengar itu dari mulut Ricky. Aku tidak menduga bahwa sebenarnya Ricky menilaiku sebagai wanita yang positif selama ini. Aku memutuskan tatapan mata diantara Ricky dan aku ketika kedua pasang mata kami beradu

Blooming MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang