Keranjang 25

2.8K 232 20
                                    


Semua Semakin Terang


Astaga, capeknya! Menyediakan waktu 1,5 jam untuk menikmati keseluruhan Pura Besakih ini jelas nggak cukup! Reputasi yang kudengar selama ini ternyata memang benar: tempat ini tak hanya terlalu indah, tapi juga terlalu besar! Seharusnya butuh waktu khusus sehari penuh untuk menikmati setiap bagian dari pura ini.

Aku cuma bisa hinggap sebentar di setiap bagian, demi bisa segera mengejar bagian yang berikutnya, tapi itu pun aku nggak yakin bakal tercapai seluruhnya. Lututku tak sekuat itu untuk mondar-mandir naik turun tangga dari pura yang satu ke pura yang lain sampai semuanya tersinggahi. Aku nyerah!

Pura Besakih adalah sebuah kesatuan dari belasan pura, atau mungkin puluhan. Saat ini entah aku tiba di pura apa. Nama-nama pura yang sudah kusinggahi sebelumnya aku juga kesulitan mengingatnya; nama-nama itu beberapa cukup panjang dan dalam bahasa lokal.

Namun sensasi visual tempat ini memang sangat memukau! Pemandangan gapura-gapura dan atap bersusun tampak harmonis dengan latar belakang Gunung Agung. Pernak-pernik cantik bertebaran: payung susun, umbul-umbul, kerajinan tangan dari daun kelapa, bunga-bunga, dan buah-buahan sesaji yang disusun tinggi membukit. Sensasi visual didukung sensasi aroma: wangi dupa bercampur hawa segar pegunungan. Semua ini seolah-olah merepresentasikan suasana di kahyangan, dunia dewa-dewi.

Kesimpulannya, Pura Besakih adalah sebuah kompleks pura dengan berbagai elemen keindahan yang saling berpadu, yang pada dasarnya mustahil untuk kugambarkan dalam kata-kata. Dan di tengah semua keindahan itu, kau bisa melihatku tepar dengan kaki terkulai di lantai dan napas megap-megap seperti ikan jatuh di tanah. Pokoknya aku nyerah!

Namun, di tengah istirahatku, tiba-tiba ada yang mencuri perhatianku. Barusan aku melihat Erik melintas di salah satu sisi. Dia bersama seseorang—seorang perempuan. Kemarin aku juga melihatnya jalan berdua bersama seorang perempuan. Kalau penglihatanku benar, maka apakah artinya...?

Jika itu cewek yang sama, apakah mungkin itu pacarnya? Terus, memangnya sejak kapan mereka pacaran?

Kali ini aku betul-betul terusik. Aku bangkit dari istirahatku, lalu diam-diam membuntuti dan mengawasi mereka.

Saat kulihat Erik menggandeng tangan seseorang, dan itu bukan aku, hahaha..., kenapa aku masih merasa cemburu, ya? Pahit, tapi terasa lucu juga. Rupanya dua hari setelah penolakan yang menyakitkan tetap tak sebanding dengan setahun memelihara rasa cinta. Biarpun cintaku kandas dan tak mungkin ada tempat lagi di hatinya, rasanya tetap saja ingin kupisahkan tangannya dari gandengan itu! Bahkan, aku yang jelas bukan siapa-siapa baginya, masih saja menguntit dirinya yang sedang berduaan dengan seorang cewek. Tinggal ambil gambar mereka secara diam-diam dengan kamera, tadaaa.... maka jadilah aku paparazi!

Tapi, tidak, aku tak bermaksud mengganggu mereka. Aku hanya ingin mencari sedikit waktu, dan ini sudah tak ada hubungannya dengan cinta—semoga.

Peluang yang kuharapkan datang. Ketika perhatian mereka disibukkan oleh beberapa bagian pura, kulihat mereka mulai memisah. Cewek itu melihat-lihat ke bagian lain, lalu hilang di balik salah satu bangunan. Erik sibuk di titik yang lain. Mumpung juga tak ada teman lainnya di sekitar, dengan cepat tapi hati-hati aku menghampirinya.

"Rik," panggilku berbisik. Dia menoleh dan tampak kaget. Kulihat sorot matanya seperti berharap agar aku lekas pergi saja. "Aku cuma mau minta waktu sebentar," kataku pelan.

"Mau apa?" dia balas berbisik. Tampak gelisah.

"Cuma mau tanya," bisikku, mengutarakan maksudku kali ini seraya menatapnya baik-baik, "kenapa sih orang-orang jadi tahu soal kita? Terutama soal aku?"

COWOK RASA APELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang