Keranjang 9

3.5K 254 39
                                    


Aku Memberinya Apel


Yang kuhadapi mungkin ada ratusan album CD. Aku harus memilih satu untuk kado ultah Erik, dan harganya juga harus terjangkau oleh anggaran yang kumiliki. Itulah masalahnya. Harga CD original bikin megap-megap! Rata-rata di atas lima puluh ribu. Uangku tak cukup. Beli bajakan? Tengsin, dong, kado spesial kok barang bajakan!

Akhirnya solusi yang kutemukan adalah berburu di keranjang diskon. Memang agak nyesek, sih, kado istimewaku untuk someone special ujung-ujungnya cuma barang diskonan. Tapi setidaknya barang ori diskonan masih lebih terhormat daripada barang bajakan. Menurutku.

Ngomong-ngomong, kenapa harus CD? Kuputuskan memberinya kado CD musik, sebab dia adalah penggemar musik. Ingat, dia itu anak band! Dan dia akan marah kalau ada SMS saat dia lagi nge-band. Dia akan membalas, "Jangan SMS-an!"

Selain itu, musik adalah faktor penting yang telah membuatku berteman dengannya. Aku bisa berkenalan dengannya karena nge-band di band yang sama. Jadi, adakah kado yang lebih pas selain CD musik? Oke, mungkin bakal lebih keren lagi kalau aku kasih dia gitar atau i-pod. Tapi ingat, masalahnya adalah soal budget! Memangnya aku anak raja minyak? Jangankan buat beli gitar, beli CD ini saja harus yang diskonan!

Sudah puluhan menit aku mengobok-obok isi keranjang diskon, mencari CD yang kira-kira sesuai dengan selera Erik. Yang kutahu dia suka pop yang agak jazzy. Tapi masalahnya, isi keranjang diskon ini adalah album-album lama dan kompilasi yang sudah basi. Tahu sendirilah, yang didiskon itu biasanya memang barang-barang yang nggak laku. Barang-barang yang masih tergolong baru nggak mungkinlah didiskon. Jadi, misiku adalah menemukan CD yang bakal disukai oleh Erik, tetapi nggak laku di pasaran. Terasa ironis, kontradiktif dan menyedihkan. Tapi memang itulah target terbaik paling realistis saat ini. Nasib.

Aku sudah hopeless. Hampir kuputuskan untuk mengambil CD keroncong campursari saja, biar klimaks sekalian surprise-nya. Tapi, tak kusangka, di level desperate yang sudah mentok, akhirnya kutemukan CD David Foster di bawah tumpukan album keroncong campursari. Oh, dunia diskon memang ajaib! Tidak membeda-bedakan ras dan genre—semua ditampung dalam satu keranjang! Lumayan, album kompilasi lagu-lagu David Foster cuma dibanderol 39 ribu rupiah.

Segera kubawa barang pilihanku ke kasir. Tertangkap oleh mataku sederet tulisan di sebelah kasir: "MELAYANI PEMBUNGKUSAN KADO".

"Kalau sekalian dibungkus buat kado, berapa, Mbak?" tanyaku ke penjaga kasir.

"Tergantung model bungkusnya, Mas. Mas nanti bisa ke bagian kado di meja sebelah, di sana ada contoh-contohnya. Sementara CD-nya bisa dibayar dulu di sini," jawab Mbak Kasir ramah.

"Oke," sahutku. Kubayar dulu barang yang sudah kuambil. Setelahnya aku menuju ke meja bagian pembungkusan kado. Aku disambut oleh mbak yang lain.

"Silakan."

"Boleh lihat-lihat dulu contohnya, Mbak?" tanyaku, berjaga-jaga kalau biaya bungkus kado ternyata mahal.

Mbak Kado menyodorkan sebuah booklet padaku. Kuamati gambar-gambar contoh bungkusan kado yang tercantum di situ. Bagus-bagus. Ada yang lima ribu, tujuh ribu, yang paling bagus sepuluh ribu.

"Buat ceweknya, ya, Mas?" Mbak Kado tiba-tiba berceletuk. Dia juga senyum-senyum padaku, pamer behel.

"Nggak, kok," jawabku singkat.

"Ahhh..., buat ceweknya pasti!"

Ngeyel! Kalaupun kado ini kukasih ke Mbok Marni, bukan urusan mbak ini juga, 'kan? Dasar ganjen.

COWOK RASA APELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang