Notes: gue update lewat hape, jadi kalo ada ke-typoan harap maklum. Enjoy!
"eh, hai Rinta" sapa gadis itu padaku. Zeva.
Sebenarnya jika aku diperbolehkan memilih, lebih baik tidak terlihat sekalian.
"Hai" kuberikan sedikit senyuman saat mengatakannya.
"Ngapain kamu disini Van?" Tuhkan, udah dibilang, gue tuh invisible. Buktinya, yang ditanya revan doang.
"Ini mau nyari kado"
"Ooohh, gue temenin yaa" jawabnya antusias. Aku hanya memutar bola mata. Apa yang akan dikatakan revan setelah ini?
"Ya gapapa sih" sontak aku menatap kearahnya, "tapi gue udah ditemenin Rinta" akhirnya aku bernapas lega, sebenarnya aku juga tidak tau kenapa aku menahan napas sedari tadi.
"Ohiya" katanya sambil melihatku. Ohiya? Ohiya katanya?
Aku hanya tersenyum puas ke arahnya seolah aku menang.
"Yaudah, kita duluan ya zev" kata revan pada zeva. Kemudian ia menarikku pergi. Aku masih tersenyum pada zeva.
**unspoken**
Kami sudah berada di toko kado.
"Van liat sini deh" kataku
Revan menghampiri, "apaan?"
"Lucu gak?" Aku mengambil sepasang botol kecil yang saling dikaitkan dengan tali coklat, bentuknya lucu seperti botol-botol penyimpanan peta harta karun.
"Biasa aja"
"Ih lo mah gaseru" aku mengerucutkan bibirku, "eh gue punya ide"
"Ide apaansi, udah bayar dulu yok" ujarnya sambil menarik-narik lenganku.
"Ih tunggu, gue mau beli ini sekalian"
"Buat apaan"
"Tar lo tau" kemudian aku membuat cengiran lebar ala kharinta disambut hanya dengan decakan dari revan.
Setelah keluar dari toko itu, revan mengajakku untuk makan terlebih dahulu. Namun, karena kondisi perutku yang masih kenyang akhirnya kami hanya membeli dua cone ice cream kemudian pulang
**unspoken**
"Mas--ih mas Razan, ayok anter kerumah Revan" aku menggedor-gedor pintu kakak-ku sambil terus memekik di depannya.
Ia sudah berjanji akan mengantarku ke rumah Revan. Seperti yang kalian ketahui, adiknya berulang tahun hari ini. Dan sudah menjadi rutinitasku untuk menghadirinya.
"Maaaassss...."
"Apaansi teriak-teriak" pintu terbuka dan aku tersentak kebelakang.
Aku melipat kedua tangan dindepan. Masih memasang tampang marah-ku, "kemaren udah janji mau nganterin kan"
"Yaelah" ia melengos melwatiku. "Lagian kenapa gak minta jemput pacar lu si"
Mukaku memerah, entah karena masih sebal atau hal lain, "pacar?--pacar siapa?"
"Ya itu si....siapa deh Ta"
"Gatau siapa" aku mengangkat bahu acuh sambil berjalan keluar rumah.
Hari ini aku mengenakan flower dress biru muda selutut yang kupadukan dengan cardigan dongker. Tidak terlalu formal tapi tidak juga terlalu santai. Rambutku kukuncir setengah dan aku hanya mengenakan toms ku.
Beberapa menit kemudian, Mas Razan keluar dengan kunci mobil di genggamannya.
"Mau kemana si emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN [edited soon]
Teen Fiction"Karena tidak semua kata hatimu dapat kau suarakan"