duabelas

813 51 4
                                    

Kharinta's pov

Hari ini adalah hari sabtu. Hari yang semua orang nanti nantikan, kecuali aku. Dari pagi pagi sekali aku sudah harus setor muka di tempat les, dan itu berlangsung hingga siang hari.

Aku mengetuk ngetukan jariku diatas meja. Sesekali aku menguap karena bosan sekaligus mengantuk. Kelas dimulai pukul 7 dan aku datang pukul 8 kurang 15. Lebih cepat dari yang kukira.

Ujian sebentar lagi tiba, itu sebabnya aku disini. Mendengarkan penjelasan guru, mengerjakan latihan latihan soal, berdiskusi, membaca, mencatat dan hal hal itu yang katanya akan mempermudah ku dalam ujian.

Mama ingin sekali aku masuk ke universitas negeri yang bagus. Oleh karena itu ia menjebloskanku disini. Bukannya aku bodoh. Dilihat dari hasil hasil try out ku yang lalu tidaklah buruk, tetapi belum cukup bagus untuk mencapai universitas ternama.

Minggu ini adalah pekan ulangan. Maka dari itu jam belajarku ditambah. Habis sudah weekend ku kalau terus begini. Tapi mama selalu berkata, segala sesuatu butuh perjuangan dan pengorbanan. Untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, kita harus usaha, jika belum dapat kejar terus sampai akhir tenaga kita. Jika tetap tidak dapat, kita hanya bisa tawakal dan pasrah. Mungkin memang sudah garisnya. Mungkin hal baik akan datang menggantikan. Kita hanya harus bersabar sambil berharap.

3 menit lagi selesai.

3

2

1
Tenotnetnot.........

begitulah bel nya berbunyi. Tidak merdu untuk ukuran bunyi bel memang...persetan dengan bel! akhirnya aku bisa pulang.

Aku segera berjalan keluar kelas setelah guru yang mengajar menyudahi pelajaran dan pergi.

Siang ini angin bertiup cukup kencang. Untungnya aku mengenakan cardigan coklat ku. Rambutku kubiarkan terurai tertiup angin. Rasanya jarang sekali aku berjalan seperti ini dijakarta.

oiya aku berjalan dari tempat les menuju halte, karena letak tempat les ku yang berada di dalam gang, sehingga tidak ada angkutan umum yang melintas.

"hey" teriak seseorang di belakangku. Suaranya berat. Aku menengok tidak ya, pikirku menimbang nimbang.

"woy tunggu" bukannya berhenti, aku malah mempercepat langkahku.

kudengar suara derap kaki yang semakin cepat dibelakangku. Sepertinya orang itu mulai mengejarku.

saat kurasa derap langkahnya sudah semakin jelas, tanpa menoleh lagi aku segera memukul orang itu dengan tasku saat ia mencoba membalikan tubuhku.

"aaww" jeritnya.

perlahan kubuka mata.

"Yaampuun! bayuu?" aku mencoba membantunya berdiri

"bay, aduuh sorry banget gue gatau kalo itu lo, gue kira mas mas tengil"

bayu menatapku kejam membuat ku merasa semakin bersalah padanya.

"ye lagian jalan bengong aja" katanya. Kemudian kami meneruskan pejalanan.

"lo mau kemana?" tanyaku. Jeda lama sebelum ia menghela napas lalu berkata,

"capek ya sayang sendirian" aku mengernyit bingung. Itu bukan jawaban yang tepat atas pertanyaanku tadi. Bayu tetap memandang lurus jalan. Lalu ia menghela napas berat lagi.

"lo..lagi ada--ng masalah ya?" tanyaku hati-hati. Ia menengok sekilas dan tersenyum pahit. Aku bisa merasakan jawaban 'ya' darinya.

"abis ini lo mau kemana?" tanyanya padaku.

UNSPOKEN [edited soon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang