Pagi-pagi sekali, aku dikabari oleh Mama Revan bahwa ia sudah diperbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Awalnya saat dikabarkan seperti itu aku langsung loncat dari tempat tidur kegirangan, namun setelahnya aku mendapat pesan lagi bahwa Revan masih belum diperbolehkan ke sekolah. Rasanya kecewa sekali.
"Ta, mau jengukin Revan lagi hari ini?" tanya Fania yang tengah melahap semangkuk baksonya.
"kunyah dulu tuh yang bener" aku menatap sekeliling, "Revan udah balik"
"balik?"
"iya balik"
"maksudnya?"
Astaga, rasanya ingin sekali aku masukkan langsung bakso besar yang masih ada di mangkuknya bulat-bulat ke dalam mulut Fania.
"lo le-mot. Iya Revan udah balik dari rumah sakit yang kita kunjungi kemaren ke rumah orang tuanya. Jelas?" Penjelasan ku hanya ditanggapi dengan anggukan tanda mengerti olehnya.
"berarti kita kerumahnya aja hari ini" usul Fania.
"hmm....boleh. Eh emang lo gaada bimbel gitu? bukannya hari ini lo ada jadwal ya?"
"gak ada. Lo tuh sama aja deh kayak gue. Jadwal temen sendiri aja gabisa diinget, kan gue berkali-kali bilang, gue bimbel tuh besok Rintaaa bukan hari ini"
"ya maap, terlalu banyak yang harus gue inget kan"
"halah paling isinya Revan semua"
"heh!"
-
-
**unspoken**
-
-
"Kharinta!" panggil bu Ida, guru Fisika ku.
Aku berjalan mendekat, "saya bu?"
"iya kamu. Tolong beri tau teman-temanmu hari ini ibu tidak bisa masuk kelas" akhirnya........freetime!! yeay, "tapi...." yah, ada tapinya. "ibu udah siapin tugas, nih tolong catetin di depan kelas, nanti suruh Febri aja yang anter tugasnya ke meja ibu, terima kasih ya Rinta"
"i-iya sama sama bu" kuulaskan sebuah senyum kekecewaan, karena tugas ini.
Di perjalanan menuju kelas, aku melihat Zeva bersama Raka. Rasa keingintahuan ku muncul seketika. Tapi peduli apa.
Saat tempatku berdiri sudah tidak jauh dari tempat mereka mengobrol, kuperlambat langkahku. Samar-samar aku mendengar nama Revan disebut. Alhasil aku semakin penasaran.
"iya....ga sengaja........Revan.....iya"
Sial! percakapannya terlalu sulit di dengar. Mungkin karena mereka berbicara terlalu pelan. Karena rasa keingintahuanku mengalahkan ego ku. Kuputuskan untuk lebih mendekat, kini pemisah antara aku dengan mereka hanya tembok koridor.
"yaudah, nanti kita jenguk Revan. Gue masuk kelas dulu ya, ada kelas kimia nih" suara seorang perempuan, yang pastinya adalah Zeva.
Gagal menguping lagi. Percakapan mereka selesai saat aku sudah dapat mendengarnya dengan jelas. Tapi--tunggu dulu, tadi Ia bilang akan menjenguk Revan? hari ini kan aku dan Fania juga akan menjenguk, kemungkinan besarnya--kita menjenguk bersamaan.
Kemudian aku mengingat saat pesta ulang tahun adik Revan. Zeva ada disitu dan rasanya keluarganya dengan keluarga Revan sudah kenal betul. Timbul secercah perasaan tidak rela di batinku. Dan kini, gelembung-gelembung pertanyaan hadir kembali di benakku. Sudah lamakah?
"woi, ngapain lo disini?"
"yaampun Fan, bikin ge kaget aja"
"lagian bengong di jalanan. yok kelas ah"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSPOKEN [edited soon]
Teen Fiction"Karena tidak semua kata hatimu dapat kau suarakan"