Seseorang bilang jika kamu merasa impianmu menghilang, beristirahatlah sejenak.~BTOB_it's okay
.
.
.
.
.Min Hari duduk tepat di depan Devian Arthur. Menatap wajah tunangannya yang terlihat frustasi. Penasaran tapi tidak berani bertanya. Ia sadar adanya ikatan pertunangan di antara mereka hanya sebuah keuntungan bagi bisnis orangtua masing-masing. Cerita lama memang. Tapi Min Hari tidak masalah, karena orang yang di tunangkan dengannya adalah salah satu senior most wanted di sekolah.
"Ada apa?" Min Hari tidak kuasa menahan rasa penasarannya.
Devian menatap wajah Min Hari. Duduk hanya dibatasi sebuah meja kecil diantara mereka tentu membuat ekspresinya terlihat jelas. Devian malas bersuara. Jadi, hanya gelengan sebagai jawaban pertanyaan Min Hari.
"Kau selalu seperti ini saat kita bertemu. Apa hubungan kita tidak penting?"
Sudut bibir Devian terangkat sinis, "kita sama-sama tau seberapa penting hubungan kita ini."
Min Hari membuang nafas kesal. Kalau boleh memilih, Min Hari tidak ingin menikah dengan Devian meskipun laki-laki ini sangat menarik. Baik wajah dan kecerdasannya sangat menarik hati. Tapi, apa mau dikata. Setelah ia lulus nanti, Devianlah yang akan menikah dengannya. Itu berati masih ada dua tahun lagi hingga itu terjadi.
Berkat kepercayaan leluhur yang masih kakek Devian pegang teguh, tidak perduli dengan jaman yang sudah semakin modern, semua keturunan laki-laki harus menikah sebelum diberi amanat perusahaan keluarga. Kakek Devian juga percaya bahwa anak pertama yang lahir di dalam keluarganya pastilah laki-laki.
******
"Saat ini kita tidak bisa mengeluarkannya dari sekolah."
"Apa maksudmu tidak bisa?" Tanya Devian pada orang yang menjabat sebagai kepala sekolah.
"Sebentar lagi, sekolah kita akan mengikuti olympiade bergengsi dan para guru sudah memilih Shin Nara sebagai perwakilan."
"Kau bisa mencari penggantinya. Aku yakin di sekolah ini banyak murid yang lebih pintar darinya!" Devian berusaha terus mendesak. Tak perduli berhadapan dengan siapa karena ia memiliki kuasa.
"Waktunya tinggal beberapa hari lagi, jadi ku rasa tidak mungkin untuk mencari penggantinya. Lagi pula, ia terpilih jauh sebelum berita kehamilannya terungkap. Jadi, aku harap kau bersabar Dev. Setelah ia menang di olympiade itu, aku akan langsung mengeluarkannya dari sekolah ini."
"Bagaimana kalau ia tidak menang?"
"Aku akan tetap mengeluarkannya."
Devian menghela nafas lebih tenang. Setidaknya ia hanya perlu menunggu sebentar lagi. Ia tidak bisa membiarkan Nara lebih lama disekolah ini dan membuat fakta tentang kehamilan perempuan itu terungkap.
Nara menghirup nafas yang saat ini terasa sesak. Awalnya ia bermaksud menemui kepala sekolahnya, namun urung karena mendengar suara Devian. Nara hanya bisa tertunduk dan mengusap perutnya sedih mendegar alasan ia dipertahankan di sekolah ini.
.
.
.Pagi ini terasa berbeda bagi Nara. Selain karena ia libur bekerja, pagi ini Nara bangun dengan kondisi yang sangat sehat. Jika biasanya dia bangun dengan punggung yang pegal dan rasa kram di perut bawah, pagi ini ia tak merasakannya sama sekali.
Sambil bersenandung kecil Nara keluar dari kamar mandi.
Senyum manis masih bertengger di bibirnya melihat deretan pakaian di lemari sampai akhirnya senyum itu perlahan memudar, digantikan tatapan sendu saat menatap saragam sekolah yang beberapa bulan ini tidak pernah ia pakai kembali. Tepat setelah ia berhasil pulang sebagai juara pertama dalam olympiade sains.
Walau tak pernah diinginkan kehadirannya, Nara ingin bermanfaat untuk orang-orang di sekitar. Begitu fikiranya saat meninggalkan trophy, sertifikat dan uang sebagai hadiah kemenangan dalam lomba olympiade sains di ruang kepala sekolah.
Tangan mungil Nara mulai mengambil kemeja putih yang menjadi seragam sekolahnya dulu, lalu mulai memakainya di depan cermin. Tawa Nara lalu terdengar saat ia tidak bisa mengancingkan bagian perut karena kehamilannya yang memasuki bulan ketujuh membuat perutnya semakin besar.
Nara berkacak pinggang sebentar lalu berputar kekiri dan kekanan menyadari penampilannya yang konyol dengan seragam kekecilan. Bohong kalau ia tidak merindukan sekolah dan semua aktifitasnya disekolah dulu, sebelum namanya mendadak terkenal karena hamil.
Meskipun Devian bersikeras tak mengakui anak ini, Nara tak perduli, ia akan menyayangi dan merawat anak ini sepenuh hati.
Nara bahkan masih ingat saat Devian datang ke kafe tempatnya bekerja hanya untuk memaki dirinya. Memang, Devian memaki hanya saat mereka telah duduk berdua berhadapan. Saat itu, Nara hanya diam mendengar semua kemarahan Devian. Rasa takut bertemu lagi dengan Devian masih ia rasakan.
Tapi saat ini, tak ada yang Nara pikirkan selain berusaha hidup bahagia dengan kehidupannya sekarang. Ia juga selalu mengingat tentang nasihat dari ibu pantinya bahwa hidup tak hanya untuk meratapi masalah yang terus menerus berganti.
Sebesar dan Sesakit apapun itu kita harus berusaha untuk membuat hidup kita lebih baik lagi. Tidak hanya mengeluh dan memutus harapan kepada Tuhan. Karena Tuhan tak akan mengubah apapun tanpa usaha dari kita sendiri. Nara sendiri sudah mengikhlaskan nasibnya pada Tuhan.
Ia berusaha menjalani hidup dengan baik tanpa meratapi nasibnya lagi. Malah Nara sadar, Tuhan titipkan anak padanya agar ia tidak sendiri lagi
menjalani hari-harinya. Agar kelak ada orang yang tulus menyayangi Nara tanpa syarat. Agar ada orang yang bisa Nara percaya didunia ini.
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST (Complete)
Ficción General[Private acak] . . Pindah ke Dreame/Innovel (@RatuQi) Tentang permainan takdir yang membawa luka untuk Shin Nara. Tentang Devian Arthur yang mencoba untuk mengobati luka seseorang. Tentang sebuah kepercayaan yang kembali hadir diantara keterpurukan...