Part kemarin lebih fokus sama cerita orang" yang ada disekitar Nara supaya yang baca gak hanya terfokus sm masalah tokoh utamanya aja.
***
Yang disembunyikan belum tentu tidak terlihat..
.
.
.
.
.Hwan terus tersenyum melihat Nara yang sedaritadi tertawa bahagia saat bersama Eunbi. Meski terlihat sangat bahagia, nyatanya Hwan merasa miris. Usia Nara baru 17 tahun namun ia bahkan sudah menjadi seorang ibu sekaligus menjadi singel parents. Cita-cita mulianya untuk menjadi seorang guru harus kandas. Akibat kesalahan yang lagi-lagi harus Hwan sesali.
Hwan kembali menatap kartu nama yang ada ditangannya. Sebuah kartu nama dari seorang perempuan yang ditemuinya saat ia sedang bekerja dirumah sakit.
"Kau bisa menanyakannya pada Nara langsung. Aku yakin ia pasti masih mengenalku."
Hwan menatap curiga perempuan dihadapannya, "akan aku pikirkan."
"Jika kau percaya padaku. Tolong ijinkan aku untuk bertemu dengan Nara."
Hwan menghembuskan nafas berat. Setidaknya perempuan itu sudah berniat baik, meminta izin untuk bertemu Nara dan tidak menyewa orang suruhan untuk mencari Nara, seperti di film yang pernah Hwan tonton.
"Kakak sudah pulang?"
Pertanyaan Nara membuat Hwan tersadar dari lamunanya. Ia tetsenyum lalu memasukan kartu nama yang ia pegang tanpa kentara ke saku jaketnya.
"Haii Eunbi ..." Hwan meraih Eunbi dari Nara dengan sangat hati-hati dan membiarkan Nara pergi kedapur untuk menyiapkan makan malam.
Bayi perempuan itu tersenyum mendapat kecupan dipipinya. Jika dilihat sekilas, Eunbi terlihat mirip dengan Nara, namun jika diperhatikan lebih seksama rambut dan mata bulat dengan retina berwarna coklat serta hidung mancungnya bukanlah turunan dari Nara. Bahkan kulitnya pun terlampau putih.
Keponakannya ini, bagaimana Hwan menyembunyikannya jika suatu saat keberadaan Eunbi diketahui oleh keluarga kaya itu?
"Kak, ada apa?"
"Hah?"
"Kakak melamun sampai tidak sadar Eunbi merengek."
Hwan menatap wajah Eunbi yang sudah memerah. Ya Tuhan, ia tidak sadar. Hwan lalu memberikan Eunbi pada Nara.
Setelah makan pun Hwan lebih banyak diam. Terlihat sekali memikirkan sesuatu. Nara yang baru keluar dari kamarnya mengahampiri Hwan dan duduk disampingnya.
"Sepertinya, ada yang mengganggu pikiran kakak." Nara mulai membuka pembicaraan.
Hwan tersenyum lesu. Tidak bisa menyembunyikan kegundahan dari adik perempuannya.
"Nara, tentang keluarga kaya itu-" Hwan memberi jeda saat melihat wajah tegang Nara. "Sama sepertimu, aku tidak ingin mereka melakukan sesuatu pada Eunbi ataupun kau. Tapi, tetap saja, aku merasa tempat ini tidak aman untuk kalian-"
"Kakak mau mengusirku?"
Hwan buru-buru menggeleng, "tidak. Bukan begitu Nara." Melihat mata Nara yang mulai berkaca-kaca Hwan meraih tangan Nara lalu menggenggamnya. "Aku tidak bermaksud mengusirmu, hanya saja tempat ini tidak aman untukmu dan Eunbi. Seperti yang kau bilang, mereka orang berkuasa untuk melakukan apapun apalagi pada orang seperti kita."
"Aku sudah memikirkan hal ini. Kau maukan mengikuti saranku?"
*****
Seperti yang telah Hwan katakan padanya malam tadi, Nara harus tinggal sementara ditempat yang menurutnya aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST (Complete)
General Fiction[Private acak] . . Pindah ke Dreame/Innovel (@RatuQi) Tentang permainan takdir yang membawa luka untuk Shin Nara. Tentang Devian Arthur yang mencoba untuk mengobati luka seseorang. Tentang sebuah kepercayaan yang kembali hadir diantara keterpurukan...