Bagian-17

15.2K 1.3K 59
                                    

Haiiiii...

Saya update lagi setelah sekian lama😂😂

Happy reading^^

***

Nyatanya, tidak ada yang bisa memperediksi datangnya cinta
.
.
.
.
.

"Cup cup Sayang ... jangan menangis," Nara ikut terisak begitu melihat putri mungilnya terus menangis padahal jam telah menunjukan pukul 11 malam.

Nara telah menggendong bayinya berjam-jam agar tenang namun tangisnya tak juga berhenti. Ia tidak tau lagi harus melakukan apa dipengalaman pertamanya sebagai ibu.

"Nara? Ada apa?" Hwan masuk ke kamarnya yang kini ditempati oleh Nara. Sejak pulang dari rumah sakit seminggu yang lalu, Nara bersedia ikut tinggal bersamanya. Bukan kembali ke rumah mereka yang dulu, tetapi Hwan membawa Nara dan keponakannya untuk tinggal dirumah murah yang ia sewa sejak bekerja dirumah sakit.

"Eunbi terus menangis, aku tidak bisa menenangkannya," adu Nara sambil menghapus air mata putrinya.

Hwan mendekat dan duduk disamping Nara. Tidak ada ranjang atau kasur tebal dirumah ini, bersyukurnya ada kasur lantai yang cukup untuk melindungi bayi Nara dari dinginnya lantai.

"Mungkin dia haus atau lapar, Nara," ucap Hwan yang telah memeriksa popok keponakannya, "anak kecil akan menangis jika popoknya tak nyaman atau karena lapar dan haus."

Nara menggeleng, "ASI-ku tidak keluar. Aku tidak bisa menyusuinya." Mata Nara kembali mengeluarkan air mata. Merasa tidak berguna sebagai ibu. Saat dirumah sakit ia memang sangat kesusahan dalam memberi ASI. Terkadang pihak rumah sakit memberikan pengganti ASI dengan susu formula atas persetujuannya. Namun saat ini, Nara tidak punya persediaan susu formula untuk bayinya. Nara enggan membebani kakaknya untuk masalah ini.

"Kita bisa memberinya susu formula Nara, seperti yang suster Hyorin bilang dirumah sakit." Hwan menghapus air mata Nara. Ia pernah mendengar pembicaraan Nara dengan suster Hyorin bahwa selama hamil Nara tidak pernah meminum susu untuk ibu hamil. Minimnya biaya dan pengetahuan seputar kehamilan membuat Nara melupakan hal penting pada masa mengandung.

"Ta-tapi, susu untuk bayi biasanya mahal. Dan-dan kita-"

"Nara." Hwan menatap Nara dalam. "Uang masih bisa dicari, tapi kebahagiaan? Kau dan Eunbi adalah kebahagiaanku, jadi apapun akan aku lakukan agar hidup kalian tercukupi meskipun dengan kondisiku saat ini." Hwan merutuki kata-kata yang ia ucapkan. Bagai tong kosong nyaring bunyinya, bahkan dulu ia tidak perduli pada kebahagiaan Nara dan sibuk memeperkaya diri dengan uang dari pekerjaan nistanya.

Namun itu lembaran lama, kini ia berusaha membuka lembar baru untuk kehidupan adik semata wayangnya.

"Kau tunggu disini, kakak akan keluar untuk membeli susu formula."

Nara menatap kepergian kakaknya dengan sendu. Beralih menatap putrinya, "sabar ya Sayang," lalu mengecup kening Eunbi sayang.

Dilain tempat, hanya kesunyian yang menemani ruang tamu keluarga Arthur. setelah sekian lama bungkam akhirnya Kim Ryung kembali membahas Nara. Baik Devian, Rayden Arthur maupun Kim Sena hanya tertunduk dan menghela nafas.

Setelah apa yang telah mereka perbuat pada seorang perempuan malang, dengan santainya Kim Ryung berkata bahwa mereka harus melupakan yang telah terjadi dirumah keluarga Arthur beberapa bulan ini. Kim Ryung tidak mau ambil pusing pada perempuan yang telah melahirkan seorang cicit untuknya.

TRUST (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang