Gak tau kenapa pas liat work urutan cerita ini jadi acak-acakan, abis bagian 1 langsung 6. Terpaksa deh rombak lagi..Btw~
Terimakasih untuk yang sudah vote dan coment cerita ini ^^
Saya sangat menghargainya.Happy reading...
***
Bau hujan itu menyenangkan. Sederhana dan menenangkan.
.
.
.
.
.Hari ini tidak ada pekerjaan yang Nara kerjakan. Bukan karena Kim Sena menjadi seperti peri baik hati, melainkan karena kedatangan Kim Ryung ke rumah kelurga Arthur. Kakek Devian memang tidak tau bahwa Nara dipaksa bekerja sebagai pelayan.
"Dev, dimana Nara?"
Devian yang masih mengenakan seragam sekolah mendengus malas saat kakeknya menanyakan Nara. Ia baru pulang sekolah dan rasanya ingin cepat ke kamar untuk istirahat.
"Aku tidak tau Nara dimana."
"Cari dia, dan panggil kesini." Perintah tegas yang mau tak mau membuat Devian mencari Nara.
Devian menemukan Nara duduk termenung ditaman belakang. Tanpa sadar mengamati ekspresi murung Nara. Tapi buat apa ia perduli? Nara bukan urusannya.
"Hey bodoh! Kakek mencarimu!"
Tergopoh Nara menghampiri Devian. "Ada apa? Apa Tuan kim membutuhkan sesuatu?"
Sekilas Devian bisa melihat pipi Nara yang lebih tirus. Entah kenapa jadi aneh dimata Devian.
"Mana ku tau! Ayo cepat!" Nara biarkan Devian menarik tangannya kedalam rumah dan membawanya kehadapan Kim Ryung.
"Duduklah. Kalian harus membicarakan persiapan pernikahan kalian."
Devian menahan keinginannya untuk pergi. Ia paling malas membahas topik ini. Tak bisakah ia hanya menunggu hari pernikahannya tanpa perlu mengurus hal lainnya?
Nara terlihat sangat kikuk duduk berdekatan dengan Devian. "Aku menyuruh Nara tinggal disini bukan hanya menyembunyikan kehamilannya dari orang banyak. Tapi juga, agar kalian bisa lebih dekat. Bagaimanapun dia sedang mengandung anakmu, Dev."
"Aku tidak suka berdekatan dengan orang yang memiliki bau aneh seperti dia!" Devian tak menutupi perasaan risihnya saat berdekatan dengan Nara.
Nara sendiri hanya bisa menunduk. Ia sudah beberapa kali mendengar Devian mengatainya bau. Saat tak sengaja berpapasan pun Devian memilih menutup hidung.
"Jangan banyak alasan! Aku ingin kalian bisa terlihat lebih akur."
Baik Nara maupun Devian sama-sama mengangguk menyetujui perintah dari Kim Ryung.
*****
Malam ini hujan turun lagi, dan Nara menyukainya. Saking sukanya dengan hujan, Nara ingin memberi nama anaknya Amaya. Hujan dalam bahasa Jepang.
Dulu saat tinggal di panti ia pernah membaca buku cerita hasil dari sumbangan. Buku itu tentang hujan, di buku itu tertulis bahwa hujan tidak hanya mendatangkan awan yang gelap dan membuat genangan air kotor di bumi. Tetapi hujan memberikan kehidupan kepada semua mahluk hidup di bumi. Bahkan, pada orang yang benci saat hujan turun.
Nara berharap meskipun kelak banyak orang yg membenci anaknya, semoga ia tetap memberi manfaat untuk orang banyak.
Nara mengelus perutnya. Sejak Memasuki minggu ke 32 Nara makin susah tidur. Bukan hanya karena rasa sakit di pinggang yang kian menjadi, tetapi juga rasa takut membayangkan proses persalinan nanti. Rasanya ingin sekali membagi perasaannya ini pada orang lain. Tapi, lagi-lagi kenyataan mengingatkan bahwa ia tidak punya siapa-siapa. Dia bukan apa-apa.
Tak akan ada yang suka rela mendengarkan keluh kesahnya atau apapun. Untuk dekat dengannya saja orang enggan.
Apa benar karena ia bau?
Padahal Nara mandi dengan bersih. Sabun yang tersedia di kamar mandinya juga harum. Tapi, kenapa Devian terus mengatakan kalau tubuhnya bau. Apa benar karena ia orang miskin, jadi walaupun memakai sabun semahal dan sewangi apapun tetap tercium tidak enak?
"Akh!" Nara meringis merasakan tendangan keras di perut sebelah kiri.
Sepertinya setiap ia mengingat kata kata menyakitkan Devian, anaknya selalu bereaksi. Apa dia tau, walau sedikit tapi perasaan ibunya terluka oleh kata kata yang di lontarkan Devian."Tell me what you want to hear ... Something that will light those ears
Sick of all the insincere
So I'm gonna give all my secrets away~"Besenandung lirih, hanya bagian itu lagu dari one republic yang Nara hapal, karena sering mendengar Min Hari menyanyikannya saat mereka berdua mengerjakan tugas.
Min Hari. Apa kabar dengan gadis itu?
Bagaimana reaksinya jika tau anak yang di kandung Nara adalah anak Devian, mantan tunangannya?Mungkin Min Hari akan memakinya, jika tau bahwa ialah penyebab utama putusnya pertunangan dia dengan Devian. Tidak apa dimaki, asalkan ia bisa mengucap terimakasih pada Min Hari kalau mereka bisa bertemu lagi. Terimakasih, karena selama di sekolah Min Hari mau berteman dengannya. Menjadi orang pertama yang membela saat anak lain mengatai jelek dan miskin.
*****
Sejak tadi pagi Nara tak terlihat. Hal itu membuat Kim Ryung lagi-lagi menyuruh Devian untuk mencari Nara saat semua keluarga Arthur makan malam.
Kim Sena sendiri hanya bisa menahan kesal. Sejak kemarin ayahnya menginap dirumah ini, ia jadi tidak bebas memarahi calon menantu miskinnya.
Oleh para pelayan lain Devian diberi tau kalau Nara tidak keluar dari kamarnya sejak tadi pagi. Sedikit terburu, Devian membuka kamar Nara yang bersebelahan dengan dapur. Beruntung semua pintu di rumah ini memiliki kunci cadangan.
Devian masuk tanpa menimbulkan bunyi sedikitpun. Kamar Nara tidak luas karena memang ruangan ini awalnya adalah tempat Devian menaruh koleksi buku bacaannya sewaktu kecil. Meskipun tak luas tapi ruangan ini memiliki kamar mandi didalamnya.
Penglihatan Devian berhenti pada satu titik.
Wajah Nara yang sedang menutup mata.
Perlahan Devian dekati tubuh wanita yang terbungkus selimut biru itu. Wajah Nara terlihat merah jika dilihat dari dekat. Tanpa ragu Devian ulurkan tangan menyentuh kening Nara.
Panas.
Termenung beberapa saat menyadari kalau Nara demam. Devian hanya duduk diam sambil memandangi wajah Nara tanpa tau harus melakukan apa. Ia ingin memberitahu orang lain tentang keadaan Nara, tapi enggan.
Wajah Nara terlihat lelah. Kini, Devian menyadari. Tidak hanya pipi yang berubah. Lingkaran hitam di bawah mata Nara juga membuktikan bahwa wanita itu tidak baik-baik saja tinggal dirumahnya. Berbeda saat ia bertemu Nara dulu di kafe. Meskipun bekerja tapi Nara kelihatan sehat dan bahagia.
Ada yang tidak bisa Devian lewatkan. Bibir pucat Nara yang sedikit terbuka membuat Devian mati-matian untuk tidak menunduk dan melumatnya.
Tapi, lama diperhatikan makin besar pula godaan.
Devian akhirnya menunduk hati-hati. Berharap semoga orang yang bibirnya ia incar tak akan bangun.
Nafas panas Nara menerpa wajah Devian membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Pelan Devian mengecup bibir pucat Nara. Setelah dirasa tidak ada reaksi Devian mulai menggerakkan bibirnya.Nafas Devian tercekat begitu melihat mata Nara terbuka sayu. Tatapan mereka bertemu sama seperti bibir mereka. Tapi tak lama mata Nara kembali tertutup. Devian buru-buru melepas lumatannya.
Sial! Dia kebablasan!
Melirik bibir Nara yang sudah berwarna kembali karena ulahnya. Devian lalu beranjak pergi. Lebih baik menyuruh orang untuk merawat Nara.
"Sial! Sial! Sial!" Devian terus merutuki kebodohannya sambil menutup pintu kamar Nara.
.
.
.
.
.Vote=lanjut

KAMU SEDANG MEMBACA
TRUST (Complete)
General Fiction[Private acak] . . Pindah ke Dreame/Innovel (@RatuQi) Tentang permainan takdir yang membawa luka untuk Shin Nara. Tentang Devian Arthur yang mencoba untuk mengobati luka seseorang. Tentang sebuah kepercayaan yang kembali hadir diantara keterpurukan...