Bagian-19

13.2K 1.2K 62
                                    

Harta tidak akan membuatmu berharga~
.
.
.
.
.

Rayden Arthur, menggeser duduk mendekati istrinya yang tidak menunjukkan pergerakan ketika mobil mereka berhenti didepan sebuah rumah kecil yang sangat sederhana.

Menyentuh punggung tangan istrinya Rayden lalu berujar pelan, "Sayang, kita sudah sampai."

Kim Sena menoleh lalu tersenyum sendu. kedua matanya memancarkan rasa tak yakin. Rayden sadar tatapan itu, namun ia memilih untuk turun dari mobil lebih dulu. Ketika Kim Sena telah turun dan berdiri di sampingnya, ia melangkah mendekati rumah tujuan mereka.

Pintu terbuka setelah Rayden Arthur mengetuk pintu berkali-kali. Terlihat seorang laki-laki menunjukkan raut wajah bingung.

"Permisi, apa benar ini rumah Shin Nara?"

Laki-laki itu mengangguk kaku pada tamunya.

"Saya ... Rayden Arthur-"

*****

Nafas Hwan tertahan sejenak saat mendengar nama tamunya malam ini. Arthur.

Hwan jelas yakin bahwa dua orang yang berdiri dihadapannya adalah keluarga kaya yang adik perempuannya takuti, dan saat ini benar-benar hadir. Hwan bersyukur Nara telah aman di tempat lain. Seandainya Nara dan Eunbi masih tinggal bersama Hwan mungkin ketakutan adiknya akan jadi kenyataan.

"Maaf, di sini pemiliknya adalah saya bukan orang yang anda sebut tadi, anda pasti salah alamat."

"Tapi kami mendapatkan alamat rumah ini dari tempatmu bekerja. Kami tau kau adalah kakak kandung Nara,"

Berusaha tenang, Hwan tidak bisa mengelak, identitasnya pasti mudah didapatkan melalui pihak rumah sakit. Apalagi orang penting seperti tamunya saat ini. Tidak masalah asalkan mereka tidak tau keberadaan Nara.

"Lalu, ada urusan apa anda datang kemari?"

"Kami ingin bertemu dengan Nara." Kim Sena mengatakan keinginannya, membuat Rayden Arthur menoleh kearah istrinya.

Hwan tertawa remeh, " Nara tidak akan mau bertemu dengan anda, Nyoya yang terhormat. Anda sendiri tau alasannya." Hwan lalu mundur untuk menutup pintu rumahnya namun buru-buru ditahan oleh Rayden Arthur.

"Ijinkan kami bertemu Nara. Kami ... ingin tau keadaan Nara dan juga cucu kami."

Hwan menggeleng marah, "tidak! Nara tidak akan mau bertemu dengan orang-orang seperti kalian. Dan akupun tidak akan mengijinkannya."

Brakk!!

Kim Sena memejamkan mata ketika pintu di depannya tertutup. Ia tau, akan sulit untuk bisa bertemu dengan Nara dan melihat cucunya. Ini semua memang salahnya. Ia sendiri yang awalnya tidak percaya pada gadis se polos Nara, otaknya beranggapan bahwa Nara hanya satu dari segelintir wanita yang ingin ikut merasakan kekayaan keluarganya dengan berpura-pura dihamili Devian. Namun, ketika melihat Nara terus bertahan meski diperlakukan tidak baik hingga ia berjuang untuk melahirkan anak yang ia kandung membuat Kim Sena sadar. Bahwa ia telah salah membenci orang.

Apalagi setelah Nara masuk rumah sakit dan tidak pernah kembali ke rumahnya, Kim Sena terus dihantui rasa bersalah. melihat Nara yang bersimbah darah dalam gendongan Devian waktu itu membuat ingatannya kembali pada masa saat ia mengalami hal yang hampir serupa. Namun bedanya, anak yang ia kandung tidak selamat. Menyebabkan Devian menjadi anak semata wayang. Bayangan akan sosok bayi mungil berjenis kelamin perempuan membuat Kim Sena makin sedih. Ia pernah kehilangan, jadi ia tidak ingin merasakan perasaan itu kembali.

Rayden Arthur sendiri hanya bisa menghela nafas berat. Ia tau bagaimana perasaan istrinya karena pasti tidak jauh dengan perasaannya. Meskipun ia sejak awal tidak yakin bahwa Nara akan melahirkan anak laki-laki, tapi ia sungguh tidak berharap itu terjadi.

"Kita harus melakukan cara lain." Kim Sena bergumam pelan setelah kembali ke dalam mobil mereka.

Rayden Arthur mengangguk setuju. Jika cara terang-terangan tidak berhasil maka ia harus menjalankan rencana lainnya.

*****

"Semuanya, dengar! Kim Ryeon sebentar lagi akan menikah." Hyunsik berteriak tiba-tiba ketika masuk ke dalam apartemen milik Lee. Teman-temannya yang lain telah berkumpul sejak tadi diruang tengah.

Semua yang mendegar berita tersebut menatap Kim Ryeon terkejut. Dan seperti biasa, hanya Devian yang memasang wajah datar meskipun ia tetap mendegarkan berita dari temannya itu.

"Kau sungguh-sungguh akan menikah dengan kekasihmu?" Lee bertanya pada Ryeon yang dibalas dengan anggukan.

"Bukankah kau bilang tidak ingin menikahinya tahun ini?" Cecar Yongi.

Kim Ryeon hanya tersenyum bersalah. Lalu menjawab pelan, "Naeun, ia ... sedang mengandung anakku."

"Hah!!"

Kim Ryeon hanya bisa menutup mata mendengar kata serempak yang teman-temannya ucapkan. Mereka lalu memberondong Kim Ryeon dengan berbagai pertanyaan. Sedangkan Devian terdiam dengan pikirannya. Tidak menyangka bahwa salah satu temannya juga kelewat batas dan harus bertanggung jawab untuk menikahi wanita yang ia hamili. Tidak beda jauh dengan ...

"Jadi karena Naeun mengandung anakmu kau mau menikahinya?"

"Mmh ... kau tau sendiri aku dan Naeun telah berpacaran Lebih dari dua tahun, dan aku memang berniat untuk menikahinya. Hanya saja, aku tidak berpikir akan menikah dengannya secepat ini." Jelas Kim Ryeon lalu terkekeh malu.

Tapi Ryeon berbeda, yang ia hamili adalah kekasihnya. Sudah pasti mereka saling cinta ketika melakukan hal itu. Devian membatin.

"Setidaknya kau mau bertanggung jawab akan kehamilan kekasihmu itu." Lee bersuara memberikan pendapatnya. Yongi ikut mengangguk setuju.

Menyadari Devian tak mengeluarkan suara apapun, Hyunsik lalu menyenggol putra tunggal keluarga Arthur itu. "Hey! ada apa, Dev? Kau iri karena Ryeon menikah lebih dulu?" Goda Hyunsik, membuat teman-teman lainnya tertawa mengingat rencana pernikahan Devian yang batal saat Devian dan Min Hari sudah berstatus tunangan. Namun, bukan itu yang Devian pikirkan.

"Ryeon, bagaimana perasaanmu?" Pertanyaan aneh itu terlontar begitu saja dari mulut Devian.

Menyadari raut serius dari wajah temannya, Kim Ryeon lalu menjawab singkat, "bahagia."

Devian menggeleng tak puas, "bukan. Maksudku, bagaimana perasaanmu saat tau bahwa Naeun mengandung anakmu? Kau tidak terkejut? Atau mungkin takut?"

Kim Ryeon dan yang lainnya tertawa, "terkejut sudah pasti, tapi takut? Untuk apa, Dev? Kekasihku mengandung anakku, dan aku yakin anakku pasti manusia." Kim Ryeon mengaduh sakit saat Hyunsik memukul kepalanya.

Devia diam mencerna, dia tidak boleh bertanya terlalu jauh. Teman-temannya bisa curiga jika ia terus bertanya tentang sudut pandang Ryeon yang akan menjadi ayah.

Ya Tuhan, bahkan ia sendiri sudah resmi menjadi ayah dari seorang bayi perempuan yang tidak pernah ia lihat wajahnya.

Dan ia ... tidak tau, perasaan apa yang ia rasa saat kenyataan menyadarkannya akan status barunya itu.
.
.
.
.
.

Hai~

Terimakasih yang masih nungguin cerita ini, ngevote dan komen^^

Partnya pendek ya

Iya biarin aja..

TRUST (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang