17

2.4K 315 33
                                    

sudah 1 minggu berlalu, sora, nana, dan sarah diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing. luka di tubuh mereka sudah sembuh walaupun ada yang berbekas sedikit. akan tetapi, luka yang ada di dalam hati mereka belum sepenuhnya sembuh.

mereka masih memikirkan teman-teman mereka yang menghilang begitu saja. berarti sudah 1 minggu mereka tak mendapatkan secuilpun kabar dari sahabat kecil mereka. ada rasa rindu berat di lubuk hati mereka.

sedih? tentu saja. bertanya apakah mereka pernah meneteskan air matanya? iya, mereka sedang melakukannya.

sora mengentikan tangisannya ketika seseorang menekan bel rumahnya. dia menengok ke pintu, haruskah ia buka dalam keadaan wajah yang berantakan ini?

hidung yang memerah, mata yang bengkak, rambut yang kusut, dan baju yang penuh air mata.

"siapa sih? gimana kalo ternyata dia cogan, bisa hancur reputasi gue." celotehnya dalam keadaan-ya begitulah.

akhirnya, dia melangkah untuk membukakan pintu.

"tunggu sebentar." ucapnya sedikit berteriak karena tombol belnya terus ditekan oleh orang asing yang sedang berada di depan rumah.

semakin lama bel itu terus ditekan dengan konyolnya, siapa yang tidak kesal dengan tamu macam itu? lantas sora cepat-cepat membukakan pintu.

"iya! ada apa..." suaranya lambat laun mengecil karena makhluk yang menekan bel rumahnya tidak ada. apa tadi itu orang iseng?

"ish apaan dah. nyebelin banget."

ketika henda masuk kembali, kedua netranya menangkap sesuatu yang mengganjal di karpet. sora pun mengambil surat berwarna merah muda itu, warna kesukaannya setelah warna hitam.

"cih, ada yang berani kirim-kirim surat ke gue. awas aja kalau mark tau." senyumannya sontak buyar karena lagi-lagi ia mengingat pria itu.

"mark."

sora duduk di kursi meja belajarnya, bersiap untuk membuka surat pemberian dari pengirim misterius. tidak, dia lebih memilih intuk menyebutnya sebagai penggemar misterius. dia menyingkap surat tersebut dan melihat tulisan yang tampaknya tak asing lagi bagi dia.

"siapa ini?"




sora. ini gue, mark.
maaf, karena gue mengilang gitu aja tanpa ninggalin jejak sedikitpun. dan maaf juga gue gak ngabarin lo kalau gue bakalan pergi, karena gue gak bisa. gue udah terlambat. jika penyesalan terjadi di awal, gue akan ngelarang mereka semua untuk pergi ke hutan itu. pengalaman kita di sana, lupain aja! jangan pernah diingat, okay? kaki lo yang terkilir, udah lumayan mendingan kan? gue dan temen-temen baik-baik aja di sini. hal penting yang harus gue kasih tau, sebenernya gue dan yang lain udah gak ada sejak kita kumpul-kumpul di kantin sekolah. memang udah gak ada, tapi kami bisa dilihat oleh orang lain hanya selama tujuh hari. udah paham kan? kayaknya gue mesti cukupkan surat sampai sini aja. kalau lo mau ke hutan itu sekali lagi, gue bolehin karena gue akan ada di sana. hanya untuk hari ini, hari lo dapat surat ini. tapi hanya untuk kali ini, setelah itu jangan pernah datang ke sana lagi. kalau gitu, sampai nanti di hutan!




"cowok ini... hah? ini gak lucu."

setelah sekian lama menunggu kabar, sora akhirnya mendapatkan jawaban. isi surat ini seakan-akan memaksa dia untuk menangis lagi. hatinya seperti sedang disayat beribu-ribu pedang. air matanya terus mengalir dan isakan tangis memenuhi ruangan.

Horrific [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang