Part 1

260 17 3
                                    

Author POV

"Kesya! Tungguin gue!" teriak Rina, sahabat Kesya sejak SD hingga kini. Sahabat yang selalu ada saat Kesya sedang senang maupun susah. Kesya sangat beruntung memiliki sahabat seperti Rina. Rina itu memiliki sifat yang baik hati, sabar dan penyayang.

"Rinaaa! gue kangen banget sama lo!"
pekik Kesya girang, pasalnya Kesya baru sampai di Jakarta setelah 3 hari yang lalu Ia pergi ke Surabaya untuk menjenguk kakeknya yang sedang sakit.

"Lebay deh lo. kita ga ketemu cuma 3 hari doang, Kesya." kata Rina seraya memutar bola matanya jengah. Sahabatnya ini memang berlebihan.

"Hehe. Biarpun 3 hari gak ketemu, tapi gue tetep kangen sama lo. Hidup gue tanpa lo itu kaya manusia tanpa air tau. Kering" ucap Kesya terkekeh seraya membenarkan kaca mata minusnya.

"Bener dugaan gue, Sya." Rina melipat tangannya di depan dada seraya menatap Kesya serius.

"Dugaan apa?" Kesya berbicara setengah berbisik sambil mencondongkan badannya ke depan.

"Dugaan gue kalo lo itu gila. Hahahahaha"
Rina tertawa terbahak-bahak sambil berjalan meninggalkan Kesya sendirian di depan Perpustakaan.

Kesya

Bisa-bisanya dia mengatakan aku gila! Apakah Ia tidak melihat aku baik-baik saja.

"Rina! tungguin gue!" aku berjalan cepat menyusul Rina yang berjalan ke arah kelas ku. Em, lebih tepatnya kelas kita.

Saat sampai di kelas, aku segera duduk di bangku samping Rina.
"Gimana keadaan di Surabaya? Kakek lo udah baikan?" Tanya Rina seraya mengeluarkan buku pelajaran Matematika.

"Baik. Keadaan kakek gue juga udah baikan kok" Jawabku seraya membenarkan kaca mata minus ku.

"Gimana? setelah pulang dari Surabaya apa perasaan lo sama si Arga masih sama?" Rina bertanya padaku seraya membenarkan posisi duduknya. Pertanyaan yang simple, tapi berhasil membuat ku grogi

Author POV

Arga sedang berjalan menuju kelasnya. Arga, cowok keren dan tampan ini sudah biasa menjadi pusat perhatian, terutama pada kaum wanita.

Matanya yang coklat, rambutnya yang hitam, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang merah berhasil membuat kaum wanita terkagum-kagum melihatnya. Lihat saja! Saat ini semua wanita sedang menatapnya dengan tatapan genit, membuat Arga bergidik geli melihatnya. Banyak bisikan-bisikan yang tentunya memuja ketampanannya tetapi Arga hanya mengacuhkannya dan tetap berjalan menuju kelasnya.

Langkah Arga terhenti saat melihat ada tangan yang menghadangnya.

Arga

Gue berjalan dengan santainya menuju kelas. Banyak perempuan yang menatap gue dengan tatapan genitnya, bagi gue itu sudah biasa. Mereka memang selalu natap gue saat gue berjalan di lingkungan sekolah.

Langkah gue terhenti saat ada tangan yang menghadang gue. Siapa lagi kalau bukan Kesya, anak kelas 12 Mipa 2 yang selalu bawain gue bekal, padahal gue gak membutuhkan bekal dari dia. Dia kayaknya gak pernah absen sama sekali deh ngasih gue bekal, kecuali 3 hari belakangan ini dia ngilang gak tau kemana, tapi bodo amat sih ya. Gue gak perduli sama sekali.

"Ini bekal buat lo. Kali ini gue buatin lo sandwich." ucapnya sambil menundukan kepalanya gak berani natap gue. Seharusnya dia tahu bahwa bekalnya ini gak bakal gue terima.

Banyak mata yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Gue hanya diam sambil menatap kotak bekal berwarna biru yang dia pegang. Gue berusaha nelan saliva gue. Dari mana dia tahu bahwa makanan kesukaan gue adalah sandwich?

Wangi sandwich dari dalam kotak itu berhasil masuk ke indra penciuman gue. Gue jadi pingin makan sandwich sekarang. Sebenarnya gue mau aja nerima kotak bekal itu, tapi gue gengsi.

Gue berusaha nahan niat gue buat nerima bekal dari dia. Daripada gue lama-lama disini mending gue ngelanjutin perjalan ke kelas yang sempat tertunda. Gue melangkah pergi sambil memasang wajah datar gue. Bodo amat dia mau nangis guling-guling karena bekalnya gak gue terima lagi.

BabiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang