11$

2K 158 16
                                    

cerita ini hanyalah sebuah hiburan semata, tanpa ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata. cerita merupakan pendidikkan non-formal. ambil baiknya, buruknya dibuang.

selamat menikmati~~

<><><<><><><><><><><><><

"Terkadang kita mencintai seseorang tapi kita tidak tau hatinya untuk siapa." - by Meme sosmed

><><><><><><><

"Lo mau bareng siapa nanti di pernikahan Jake?" aku menolehkan kepalaku menatap Zen yang masih bergulat dengan berkas-berkas di atas mejanya. Sesekali dia melirik ke arahku. "Kapan memang pernikahan Jake?"

Terlihat jelas Zen menatapku dengan alis yang berkerut. "Bukankah di dalam undangan sudah di cantumkan? Apa lo tak melihatnya?"

Aku memiringkan kepalaku. Undangan dari Jake? Kayaknya aku tak mendapatkannya. Oh. Mungkin karena kemarin aku baru dari rumah Leon. "Gue belum liat. Kapan?"

"Minggu depan. Jadi lo mau bawa siapa? Jangan bilang lo bawa Kasih lagi? Anjir. Itu cewek udah ada suami. Lo mau ajak dia di kawinan Jake?" aku terkekeh melihat Zen yang bergidik ngeri membayangkanku mengajak Kasih untuk menjadi pasanganku.

"Nggak tau. Nanti aku pikirkan." Aku memikirkan siapa yang akan aku ajak ke pernikahan Jake. Apa aku ajak Fatimah ya? Tapi tiba-tiba terbayang nama Leon di benakku, sontak aku menggelengkan kepalaku. Kenapa harus ada nama Leon?

"Permisi, pak Luke. Ada seseorang yang mengamuk dan mencari bapak." Aku menolehkan kepalaku pada sosok pak tomo yang selaku security di kantor Zen. Aku berpandangan dengan Zen, dan bersamaan kami berjalan bersama pak Tomo.

Saat tiba di lantai satu, dapat aku liat seorang wanita cantik yang menangis di pegangi oleh dua security. Saat aku mendekat, betapa terkejutnya aku bahwa wanita itu adalah Samantha. "Mantha? Sedang apa kamu di sini?"

Samantha yang menunduk dengan tangisannya kini mendongak menatapku dan memberontak dari pegangan dua pria di belakangnya. Setelah lepas dia berlari menerjangku dan memelukku. Tubuhnya yang kecil bergetar luar biasa. "Luke, aku merindukanmu. Aku sudah berkali-kali menghubungimu, tapi kau sama sekali tak mengangkatnya."

Jelas saja aku tergidik ngeri mengingat ada puluhan panggilan tak terjawab dan itu berasal dari Samantha. "Sa-Samantha dengar. Bukankah aku sudah katakan bahwa kita sudahan?"

Dia menggeleng cepat dan memelukku. Membuatku merasakan rasa jijik yang luar biasa. Aku tak tau kenapa setiap ada wanita yang mendekatiku, aku seperti merasakan gejolak tak suka pada mereka. "Sa-samantha. Aku mohon jangan begini. Inimasih di kantor."

"Lo berdua, naik ke ruangan gue." Aku mengangguk mensetujuiusulan Zen yang juga tampak tak suka pada Samantha yang membuat keributan di kantornya. Dalam sepanjang perjalanan menuju ruangan Zen, Samantha tak sesentipun melepaskan pelukkannya padaku. Jujur aku merasa risih dengan kelakuan Samantha hari ini.

"Samantha lepas. Aku tak enak di lihat Zen. Walau Zen adalah sahabatku, sekarang dia atasanku." Ucapku berusaha melepas pelukkan Samantha saat kita tiba di ruangan Zen. Aku yakin besok akan tersebar gosip yang tidak-tidak. Di kantor.

"Bila nanti aku lepas, kau akan melarikan diri lagi."

Demi apapun, aku tak pernah merasakan rasa jijik pada seorang perempuan sedemikian rupa. Tapi dengan Samantha, rasa itu menjadi-jadi. "Samantha, please. Aku ada di sini. Jadi lepasin."

[3] Different Love (yaoi) (MxBxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang