19$

1.5K 126 24
                                    

cerita ini hanyalah hiburan semata tanpa ada sangkut pautnya dengan dunia nyata. cerita merupakan pembelajaran non formal. ambil baiknya, buang buruknya.

selamat menikati~

ps: ceritanya sedikit panjang pada chapt ini. niat hati mau di pecah jadi dua tapi gak bisa. TT^TT jadi, saya jadikan satu. maaf ya. :) oh ya, ini ceritanya juga sudah sampai problemenya. huwehehe. moga gak panjang ceritanya. dan ada yang bertanya-tanya bagaimana ending yang ada di cerita dua kk, tentang eden dan rama. keluarganya adan bagaimana? dst...well saya jawab, ending ceritanya ada di cerita ini. yeah walau hanya cuplikannya tapi endingnya ada di sini. ^^

><>><><><><<><><>

"Karena yang pertama akan lebih selalu terasa spesial, namun bukan berarti yang kedua tak akan lebih indah" - By Kammora writer story 'Hot Tea with Sugar'

><><><><><><

"Jake." Aku bedeham menjawab panggilan istriku yang baru saja memasuki ruang kerjaku. Dia berjalan menghampiriku dan mengusap pundakku dengan pelan. "Istirahatlah. Dari kemarin kau tampak sibuk. Bahkan sebulan ini kau tampak sibuk dengan pekerjaanmu."

Aku menghela nafas. Apa yang dikatakan oleh Clara memang benar. Perusahaanku memang sedikit kacau sekarang. Jadi membutuhkan perhatianku lebih. Atau menyita hampir seluruh waktuku. Aku juga tak tau apa yang salah dalam perusahaanku. Aku melihat semuanya lancar. Tapi entah kenapa pengeluaran dengan produksi sangatlah tidak semimbang. Aku sudah berulang kali mengeceknya tapi tetap saja merasa tidak ada yang aneh.

Aku memijat ujung alisku, meredahkan pening yang hampir sebulan ini selalu menemaniku. Aku menarik tangan Clara dengan pelan. Aku mengusapnya dengan pelan pula. Aku menyuruhnya untuk duduk di atas pangkuanku. Dan kulingkarkan kedua tanganku tepat pada pinggangnya. Aku akui, akupun juga hampir melupakan Clara. Aku lupa bila aku sudah memiliki tanggung jawab. Aku mengecup bibir Cara dengan pelan. Tapi ada sesuatu yang aneh. Seperti rasa yang tak pernah aku rasakan.

"Ada apa Jake? Apa kau ada masalah?" aku menggelengkan kepalaku pelan. Aku tak ingin membuat Clara stress. Tak boleh banyak pikiran. Jadi aku merahasiakan masalahku. "Tidak, sayang. Ini sudah hampir jam 9 malam. Kenapa kau masih terjaga? Nanti kau sakit." Ucapku penuh dengan nada cemasku. Karena Clara masih terjaga saat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tidak biasanya Clara seperti ini.

"Aku tak bisa tidur. Aku mau kau temani, Jake."

Aku mengusap kepalanya lembut. Memanjakannya dalam pelukkanku. "Ada yang masih harus aku kerjakan, sayang. Tidurlah dulu. Nanti aku akan menyusul."

"Kau tak merindukanku? Aku ingin 'melakukannya'. Apa kau tak ingin?" aku sempat terperanjat saat mendengar perkataan Clara yang begitu menggoda. Tidak biasanya Clara begini. Tidak biasanya Clara begitu manja padanya. Dan tentu dengan jelas 'undangan' itu cukup menggiurkan. Dirinyapun juga sangat menginginkan untuk menyentuh istrinya. Tapi sekali lagi, seperti ada 'sesuatu' yang aneh pada dirinya. Itulah yang dia takutkan.

"Tidurah. Besok kita lakukan itu. Kalau sekarang aku tak bisa." Sekilas ada raut kecewa pada wajah Clara. Dan aku tau, aku telah membuatnya sedih. Tapi aku juga cukup takut untuk mengetahui bahwa 'sesuatu' itu sangat mengganggunya sekarang. Bahkan bila dirinya menyentuh tubuh istrinya yang, dia akui, semakin hari semakin menggoda. Dia merasa bahwa istrinya sedikit lebih gemukkan dari sebelumnya. Tapi entahah. Biasanya hal sensitif begitu akan menjadi sangat menyakitkan bagi wanita. Jadi Jake hanya diam saja.

"Baiklah. Aku akan pergi tidur. Kau akan menyusul bukan?" aku mengangguk untuk menjawabnya. Sebelum dia benar-benar pergi dari ruanganku, dia mendekatkan wajahnya padaku. Sejenak aku tersentak saat Clara mencium bibirku, tapi itu tak lama, aku mulai menyambut uluran lidahnya padaku. Bergulat di dalam rongga mulutnya. Setelah sepersekian menit, Clara mulai melepas ciumannya dan tersenyum padaku. "Kau jangan paksakan dirimu untuk bekerja. Sesekali istirahatlah."

[3] Different Love (yaoi) (MxBxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang