12$

1.9K 121 3
                                    

cerita ini hanyalah semata untuk menghibur. tidak ada sangkut pautnya pada kehidupan nyata. cerita merupakan pengalaman dan pembelajaran non-formal. ambil baiknya, buruknya di buang.

selamat menikmati~~

<><><><>><><><><><><><><><><><

"Jika dua orang ditakdirkan bersama, maka dari sudut bumi manapun mereka berasal, mereka pasti bertemu." - by Tere Liye

><><><><>><>><><><

"Luke, apa kita pacaran?" ucapku spontan saat pikiranku terbang akan kejadian pada acara pesta tadi. Ketika Luke memperkenalkanku sebagai pacarnya."Aku tau kau masih mencintai sahabatmu."

Yeah tentu saja aku tak mengharapkan lebih dari apa yang akan diucapkan oleh Luke. Luke masih terkurung oleh perasaan cintanya pada sahabatnya. Meski aku mengetahui semua itu tetap saja perasaan sesak menyelimuti hatiku. Aku tidak berharap banyak pada Luke. Aku Cuma berharap Luke mampu menggantikan posisi Andara dalam hatinya dengan diriku.

"Kita jalani saja. Kau tau apa jawabanku. Bila kau ingin menganggap hubungan kita adalah sebuah ikatan pacaran, maka aku tak melarangnya." Begitulah jawaban Luke. Aku tak kaget dengan perkataannya itu.

"Aku tak pernah berpikir bahwa jatuh cinta itu mengorbankan segalanya. Yang aku tau, jatuh cinta itu ada untuk keduanya. Dan bahagia untuk keduanya. Bukan salah satu yang hanya merasakan kebahagiaan." Aku mencoba menyindirnya walau memang hanya sebatas kata-kata ungkapan kekecewaanku. Selama aku hidup, aku tak pernah sefrustasi ini hanya demi menghadapi sebuah masalah sepele.

Terdengar Luke hanya terkekeh menanggapi ucapanku. Aku menolehkan kepalaku menatap luar jendela. Tiba-tiba saja tanganku di tarik oleh seseorang. Dan saat aku menolehkan kepalaku terhadap Luke, dia telang mengecup punggung tanganku dengan pelan. "Kalau begitu ajarkan aku tentang cinta. Ajarkan aku bagaimana aku bisa mencintaimu, Leon. Bantu aku untuk aku mencintaimu." Tentu saja mendapati perlakuan Luke yang sedemikian manisnya, membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Wajahnya terasa panas sekarang.

Ternyata walau begitu, dia begitu mencintai Luke. Sangat mencintai pria yang ada di sampingnya itu. Sepanjang perjalanan tanganku tak henti-hentinya di genggam oleh Luke. Terkadang dia melepasnya bila saat mengganti Parsenaling mobil. Namun setelah itu Luke kembali menggenggam tanganku.

"Sudah sampai." Aku terperanjat saat wajah Luke sangat dekat dengan wajahku. Dia lemepaskan seltbet milikku. "Istirahatlah. Besok pagi aku akan ke sini."

"Luke, boleh aku menciumu? Aku ingin mencicipi bibir milikmu." Terlihat raut keterkejutan dari wajah Luke. Namun hanya sesaat, dia lalu tersenyum padaku. "Kalau begitu kemarilah."

Aku melompati kursi penumpang menuju keatas pangkuan Luke. "Apa kau tak merasa jijik padaku?" ucapnya saat aku ingin menempelkan bibirku padanya.

"Itu harusnya adalah pertanyaanku, Luke." Luke terkekeh menanggapi pernyataanku. Akupun memajukan bibirku pada bibir Luke. Terasa sangat kenyal, dan beraroma mint? Rasanya juga manis. Apa dia baru saja memakan permen? Ciuman kami terasa sangat lembut dan tak menuntut.

Jujur melihat Luke yang ada di bawahku serta mengetahui 'milik'ku bersentuhan dengan milik Luke, jelas membuatku terangsang. Aku ingin melahap bibir Luke sekarang. Tapi aku tak ingin memaksanya. Aku ingin Luke nyaman berada bersamaku.

"Apa kau menikmati ciumannya?"

Aku tersenyum lalu mengangguk. "Yeah. Aku menikmatinya. Bibirmu terasa manis." Kekehan Luke terdengar sangat merdu di telingaku. Sepertinya aku mulai gila karena perasaan ini.

[3] Different Love (yaoi) (MxBxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang