25$

1.1K 76 7
                                    

Estafet CHAPTER..

..........

"TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN DI DUNIA INI. HANYA KITA YANG TERLALU MALAS UNTUK MENGGAPAINYA. BERUSAHALAH SEBISAMU, KARENA USAHAMU TAK AKAN PERNAH MENGKHIANATIMU." - by Author.

><><><><><><

Aku memerjapkan mataku dan membiasakan sinar matahari mengintip melalui cela gorden yang terbuka. Aku menggeliatkan badanku untuk merenggangkan ototku. Aku terbangun dari kasurku dan menuju ke kamar mandi membersihkan tubuhku setelah benar-benar besrsih aku melangkah keluar kamar. Suasana rumah tampak sangat sunyi dan sepi. Aku mencibik bibirku. Sejak kapan rumah ini terasa hangat? Ini bahkan bukanlah sebuah rumah yang layak di sebut rumah. aku berjalan menuruni tangga dan menuju pada meja makan.

"Pagi, Sir Clarief. Bagaimana tidur anda? Apa terasa nyenyak? Sarapan sudah saya siapkan." Aku hanya mengangguk kecil dan menuju ruang makan.

Aku tatap makanan yang ada di atas meja makan tersebut. Tidak ada masakan indonesia. Tidak ada masakan enak buatan Luke. aku duduk di salah satu meja makan tersebut. Sepi serta kosong. Tidak ada keributan saat makan di meja makan, tidak ada yang berceloteh berisik seperti Kate. Tidak ada Luke di sini. Aku menghela nafas, menatap makanan yang ada di hadapanku ini dengan tidak nafsu.

Dulu sebelum aku bertemu dengan Luke aku selalu terbiasa dengan situasi sepi ini. Bahkan makanan yang sering aku makanpun selalu terasa biasa saja. Namun semenjak bertemu dengan Luke, semua tampak berbeda. Dengan adanya Luke dia memberi warna pada kehidupanku yang terasa sunyi, dan membosankan ini. Aku bahkan mau makan berkali-kali lipat bila Luke yang membuatnya. Tapi sekarang melihat makanan di hadapanku, rasa lapar itu sirna begitu saja. Aku lupa sudah berapa lama aku melewatkan jam makanku.

"Maaf, Sir. Apa makanannya tidak sesuai dengan selera anda? Saya dapat membuatnya kembali." Aku menggelengkan kepala. Lalu berdiri dari tempatku. Aku tak butuh makanan itu, aku hanya butuh makanan buatan Luke. bila kau bisa memberikannya untukku.

"Tak usah. Aku sedang tidak nafsu untuk makan."

"Ta-tapi, Sir. Anda sudah tidak memakan makanan anda 3 hari ini. Saya—"

Aku berbalik dengan tatapan tajam menahan emosi. Entah kenapa akhir-akhir ini emosiku mudah sekali tersulut karena hal-hal kecil. "Kau di bayar untuk pekerjaanmu! Aku tak membayar kau hanya untuk menasehatiku! Pergilah! Aku tak membutuhkanmu!!" ucapku dengan nada tegas. Dapat aku lihat wanita yang mungkin berumur 30 tahunan itu tertegun dan menangis di bawah. Aku tak butuh orang yang tidak dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik.

"Wow. Caramu sangatlah kejam untuk seorang yang mengawatirkan kondisimu, Leon. Harusnya kau bersyukur karena masih ada yang mempedulikanmu di antara busuknya keluarga ini." Aku melirik kearah laki-laki yang berdiri tak jauh dari tempatku berdiri.

Dia mendengus dan tertaawa secara perlahan. "Ah, aku lupa. Kau yang sekarang bukanlah manusia. Kau adalah monster yang sama seperti penghuni rumah ini. Kau sudah tak memiliki hati, Leon."

Aku mengernyit menahan rasa pening yang menjalar di kepalaku. Aku lebih memilih menjauhi Axel dari pada aku harus capek-capek mengeluarkan tenaga ekstra untuk hal sia-sia. "Ah. Aku lupa. Aku kemari ingin mengajakmu pergi. Sesekali liburlah dari pekerjaanmu. Ayo. Ikutlah denganku. Akan aku tunjukkan padamu tempat yang indah."

Aku sebenarnya enggan untuk menerima ajakkan Axel, karena yang pertama aku tak ingin membuang-buang waktuku untuk hal yang tidak berguna, yang kedua karena kepalaku terasa pening sekarang. Tapi belum aku menjawab untuk menolaknya, Axel menyeret pergelangan tanganku dan menariknya menuju mobil yang sudah siap untuk berjalan.

[3] Different Love (yaoi) (MxBxM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang