Part 5

1.2K 10 0
                                    

Tuesday.

Aku melangkah memasuki ruang kelas dengan gugup dan kesal. Aku yakin Fanny akan menyebarkan gossip macam-macam tentang kejadian kemarin. Dan benar saja saat aku menaruh tas dikursi, Bella datang menghampiriku dengan wajah berbinar-binar.

"Wow, look! Sahabatku mengalami first kiss! How romantic!" Bella meledekku.

"Bells, that wasn't a first kiss! That was an accident!" aku mengatakan hal ini Pada Bella seperti aku mengatakan hal yang sama kepada keluargaku.

dan selama dikelas, sikap temantemanku rata-rata berubah. Ada yang meledekku habis-habisan (kebanyakan sih cowok) tapi beberapa teman cewekku iri habis-habisan. Apalagi Fanny. Ia tampak senang campur galau hari ini.#eh

Saat makan siang, aku duduk sendiri karena Bella ada urusan mendadak dan harus izin pulang. Aku makan sendiri karena rata-rata orang sudah punya teman makan sendiri.

"Boleh aku duduk disini?" tanya seseorang yang nggak lain adalah Niall.

"Satu-satunya pertanyaan, kenapa lu mau duduk disitu?"

Tanpa basa-basi Niall langsung duduk disampingku. Ia makan seperti orang kelaparan saja -_-

"Niall?"

"Yeah."

Ia tidak berpaling sedikitpun dari makanannya.

"Tidak... Hanya... Hanya... Aku minta maaf, gara-gara kemarin, kita jadi dilanda gosip nggak enak." kataku ragu.

"Memang apa yang kaulakukan kemarin?"

"Nialleeeer! Pikun juga kamu ya! Tragedi mengerikan di restoran kemarin, hellooo? Aku tahu kita sama-sama jijik soal itu,"

"Apa? Jijik? Aku nggak jijik, Cath, maafkan aku soal yang di BBM itu. Aku main truth or dare sama Greg dan daranya begitulah, nge BBM in kamu seperti itu. Asal kamu tahu, yang bener itu BBM pertama, bukan kedua. Greg tidak membajak bb ku.

"Baiklah..." aku terdiam dan speechless.

"Cath? ada masalah? maafkan aku ya... itu menyakitkan?"

"Apa?! menyakitkan? tidak, Niall... kamu pikir aku siapa? Fanny?"

begitu namanya disebut, Fanny langsung muncul kehadapan aku dan Niall. "Ada seseorang yang memanggil namaku? kuharap itu datang dari Niall dan bukan lo, Cath."

"Maafkan aku, tapi panggilan itu benar benar datang dariku," kataku pelan. fanny langsung pergi dengan raut wajah kesal. Seketika, aku langsung bad mood. "Niall, aku duluan, ya," aku langsung pergi meninggalkan cafetaria.

02.30 PM

berkali-kali aku melirik jam tanganku. sudah setengah jam aku belum djemput. David pergi bersama teman-temannya. sialnya, bb ku baterainya drained.

"Belum pulang, Cath?" tanya Niall mengagetkanku.

"Kau sendiri?"

"jelas aku belum pulang.. hem... Cath?"

"Ya?"

"Aku anterin pulang, deh... tapi dengan syarat temenin aku ke mall... mau beli kado untuk seseorang.. aku butuh saranmu, okay?" Niall tersenyum manis.

JLEEEB!!!!!!!!!! Hahh.... siapa gadis itu hah?! Eh... tunggu... kenapa aku iri ya, kan aku bukan siapa-siapanya Niall. atau jangan-jangan aku mulai suka sama Niall? Impossible ah.

"Siapa gadis beruntung itu, Niall?" tanyaku sambil mengangkat alis sebelah. "Noo... tidak ada gadis beruntung. satu-satunya orang beruntung itu ibuku. aku mau mencari kado untuk ibuku," Niall tersenyum sambil mengelus rambutku. Gila, aku lumayan lega deh! Akhirnya aku dan Niall pergi ke Mall dan mencari kado untuk mamanya Niall. Sampai kita berhenti di tempat jam tangan... "God! Really cool," aku melirik sebuah jam tangan keren.

"Kenapa? you want that watch? I'll buy that for you!"

"No, Niall, that is so expensive! You don't have to,"

"Ayolah... anggap saja itu tanda terimakasihku karena kamu udah ngebantuin cari kado yang pas buat mamaku.." Niall tersenyum dan aku nggak bisa menolak. Dan, sekarang... aku mau jujur sama kalian.

aku.

suka.

sama.

Niall.

to be continued.

First, Last, Everything.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang