3. AyT-Pernyataan

129 7 4
                                    

Mulmed diatas : Rangga Purnama Rhamadan dengan pakaian resminya.



Sudah seminggu sejak kejadian di Cafe itu. Dan perasaanku tak berubah sama sekali. Kelabu.

Langkahku terhenti kala kulihat seseorang berdiri di jalanku.

"Bisa kita bicara?" ujarnya.

"Tentu" jawabku.

Kuikuti ia. Dulu aku tak pernah sekalipun berjalan di belakangnya. Dimas selalu menyuruhku berjalan disampingnya.

'kamu bukan pembantuku tau!'

Itulah yang akan ia katakan padaku. Tapi kini aku berjalan di belakangnya. Menatap punggung lebarnya. Betapa kokoh.

Mataku mulai kembali memanas. Ya Allah. Kumohon kuatkanlah hatiku saat menghadapinya.

Langkah kami terhenti saat tiba di bangku yang ada di taman kampus. Dimas duduk. Aku mengikutinya. Dia tak memandangngku. Aku hanya bisa menghela nafas.

"Kamu tau. Setelah perjuangan keras, akhirnya Jessica mau nerima aku" ujarnya.

Dia bahkan tak menyebutkan namaku.

Aku tersenyum meski tau dia takkan melihatnya. Kualihkan tatapanku pada langit dan kembali senyuman tersungging dibibirku. "Syukurlah" ujarku lemah.

"Aku punya permintaan sekali dalam seumur hidupku padamu. Apa kamu mau mengabulkannya?" kini Dimas menatapku.

Aku tau meski aku tak mengalihkan pandanganku dari sang penguasa angkasa tapi suaranya jelas terdengar di telingaku. Menandakan dia sudah menoleh kearahku.

Aku kembali tersenyum. "Selama aku mampu memenuhinya kenapa tidak" jawabku santai.

"Aku minta kamu agak jaga jarak sama aku. Setidaknya sampai gosip tentang kita mereda. Aku tau aku egois. Tapi aku gak mau kehilangan Jessica. Dia cinta pertama aku. Aku mohon sama kamu" pinta Dimas.

"In syaa Allah akan aku lakukan, kamu gak perlu khawatir" jawabku sama lirihnya.

Keheningan menyelimuti kami. Hembusan angin membelai jilbab yang tengah aku kenakan.

"Kenapa?" pertanyaan itu tiba-tiba meluncur mulus dari bibirku.

Dimas menoleh kearahku. Ia tak mengatakan apapun. Seolah menunggu apa yang akan aku katakan selanjutnya.

"Kenapa aku baru menyadari bahwa aku mencintaimu saat aku harus menjauhimu Di?" lirihku.

Aku menoleh ke arah Dimas. Dimas tersentak. Dia diam seribu bahasa.

"Aku akan menjauh jika itu yang kamu inginkan. Terima kasih atas semua yang kamu lakukan untuk aku dan keluargaku selama ini. Maaf aku hanya bisa membuat masalah untukmu. Dan maaf aku tak mampu membalas semua kebaikanmu" suaraku mulai bergetar.

"Di, boleh jika aku minta satu hal terakhir padamu?" lanjutku.

Melihat tampaknya Dimas tak akan menjawab. Kuputuskan untuk melanjutkan permintaanku.

"Jika....." aku menghela nafas sejenak untuk menjernihkan suaraku yang mulai goyah. "Jika suatu saat nanti kamu berjumpa lagi denganku. Tolong jangan pernah menyapaku. Karena aku takut. Takut jika sisa perasaanku yang masih tersimpan untukmu akan membuatku membencimu" lanjutku.

Aku bangkit dari kursi. "Kalau begitu. Aku pergi Di. Selamat tinggal. Assalamu'alaikum" pamitku.

Tanpa menoleh lagi kebelakang aku berjalan. Membawa sisa perasaan yang aku labuhkan pada hati yang tak akan pernah menyambutku.

Asa Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang