8. Asa Yang Tertinggal

97 10 4
                                    

Sebulan berlalu sejak pemakaman Bunda. Maka sudah sebulan pula aku kembali tinggal di Tasik.

Namun, kali ini aku tidak hanya tinggal berdua dengan Riki karena Bu Ratih ikut bersama kami.

Kehidupan yang ku jalani kembali seperti semula. Walau ada saja yang terasa begitu hampa.

Rangga juga masih saja merecokiku. Rangga terus menghujamiku banyak pesan tiap harinya. Dia juga selalu datang ke Tasik tiap akhir pekan.

Tak hanya Rangga, Kak Nathan pun kini turut merecoki hidupku. Dia dengan terang-terangan menyatakan ketertarikannya padaku.

Aku jadi ingat dua minggu yang lalu  saat Kak Nathan datang kerumahku. Lalu tanpa basa-basi dia menyatakan perasaanya padaku dan berniat untuk meminangku.

Aku tentu tak langsung menerimanya begitu saja. Memang aku sudah mengenal Kak Nathan.

Kak Nathan adalah pribadi yang dewasa. Dengan wajahnya yang tampan, sikapnya pun ramah dan mudah berteman. Selain itu Kak Nathan juga sudah memiliki pekerjaan yang mampu menjamin masa depan.

Akan banyak perempuan yang tertarik pada Kak Nathan kurasa.

Tapi aku tak mencari itu semua. Aku bukan orang yang gila akan ketampanan dan harta. Aku hanya mencari imam masa depanku yang mampu membimbingku ke jalan yang diridhoi Allah dan juga yang mampu membuatku nyaman.

Jadi alasan aku tak menerima Kak Nathan adalah karena tak ada kenyamanan yang aku rasakan ketika bersama Kak Nathan.

Maka keputusan yang aku berikan pada Kak Nathan adalah untuk memberiku waktu.

Karena yang aku tau, jodoh itu di tangan Allah. Jadi, bila aku dan Kak Nathan berjodoh, Allah akan membukakan hatiku untuk menerimanya. Kalaupun tidak kami masih dapat menjalin silaturahmi sebagai sesama teman. Dan alhamdulillah Kak Nathan menyetujui keputusanku dengan lapang dada.

***

Tiga hari lagi adalah pertunangan Rangga dan Kak Dini. Aku dan Riki akan berangkat lusa kesana agar kami bisa beristirahat terlebih dahulu.

Sedangkan Bu Ratih tak ikut. Beliau bilang akan menunggu kami dirumah saja. Aku terpaksa menyetujuinya. Inginku sih Bu Ratih ikut. Tapi apadaya aku tak mungkin memaksakan kehendakku kan?

Drrrttt drrrttt

From : Rangga
Sayang, kamu lagi ngapain?

Aku menghela nafas. Kupikir ada apa. Ternyata hanya pesan gila dari Rangga. Tak kuacuhkan pesan itu.

Biarlah toh kalau ada yang penting Rangga pasti akan langsung menelponku.

Drrrttt drrrttt

Ponselku kembali bergetar. Aku melihat pengirimnya. Ternyata Kak Nathan. Lalu aku membuka pesannya.

From : Kak Nathan A
Nad kamu datang kan ke acara tunangannya si tengik?

Aku terkekeh. Kak Nathan selalu memanggil Rangga dengan sebutan-sebutan yang kurang baik. Tapi begitulah kedekatan mereka.

To : Kak Nathan A
In Syaa Allah Kak. Kakak juga di undang?

From : Kak Nathan A
Iya. Kamu mau kakak jemput?

To : Kak Nathan A
Makasih Kak. Tapi gak usah. Aku udah bareng Riki

From : Kak Nathan A
Yaudah deh kalo gitu 😭😭😭 ntar kita ketemu disana aja ya 😘😘

Asa Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang