2. AyT- Pilihan

121 8 11
                                    

Lelah. Raga ini lelah. Sama halnya dengan jiwaku. Entah kenapa, apa yang Jessica katakan tadi siang di perpustakaan begitu menggangguku. Bahkan di kelaspun, kata-katanya
selalu terngiang. Kenapa aku harus kepikiran ya? Toh hubungan apapun yang akan mereka jalani gak ada kaitannya denganku kan? Lalu kenapa aku harus sekesal ini?

Drrrttt drrrrttt

From: +6281xxxxxxxxx
Sub: Bertemu

Kak Nad, besok sibuk gak? Boleh gak aku ngobrol sama Kakak di Cafe Orlando yang ada di tikungan yang mau ke kampus?
Besok aku tunggu Kakak pulang di depan gerbang ya!

Jessica

Apa maksudnya ini? Kenapa dia ingin bertemu denganku? Ayolah aku tak mau berurusan lagi dengannya. Jadi kuputuskan untuk tak membalas pesannya. Daripada memikirkan Jessica yang tak kumengerti jalan pikirannya itu. Akupun mulai beringsut ke tempat tidur. Dan rasa kantuk mulai menyerangku. Akhirnya karena terlalu lelah, mataku perlahan menutup.

***

"Kak Nadiaaaaaaaa"

Oh Shit! Aku lupa makhluk yang satu ini bilang akan menungguku pulang kemarin.

Ko aku lupa ya?

Dia berlarian kecil menghampiriku. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Lalu dia tiba-tiba menggandeng tanganku dan menyeretku bersamanya.

Tak berselang lama, kami sudah sampai di Cafe yang disebutkan Jessica kemarin.

Lalu mataku menangkap siluet seseorang yang begitu aku kenal.

Hell. Kenapa dia ada disini? Kami memang satu kelas. Tadi juga sebenarnya kami keluar kelas di waktu yang sama.

Hanya saja, Bu Irma memanggilku ke ruang rektor. Jadinya aku pulang lebih lama dari yang lain.

Lalu masalahnya adalah, kenapa Dimas ada disini? Seharusnya jika mereka ada janji kencan, Jessica tak perlu menyeretku kan? Aku tak mau jadi obat nyamuk diantara mereka.

Jessica terus menyeretku masuk. Lalu mendudukanku di salah satu kursi kosong di meja yang ditempati Dimas.

"Ada apa ini Jess? Kenapa Nadia ada disini?" tanya Dimas.

Aku dapat merasakan, kalau kehadiranku memang tak diharapkan oleh Dimas.

"Oh aku yang mengundangnya kesini Kak! Ayo kita pesan dulu"

Jessica mengalihkan pandangannya pada waiter yang menghampiri meja kami. Lalu ia memesan, begitupula
Dimas. Sampai akhirnya mereka menatapku.

"Aku gak pesan. Jessica, sebaiknya kita tunda saja hal yang mau kamu bicarakan denganku. Aku pulang dulu" kataku.

Aku lekas berdiri namun tangan Jessica menahanku.

"Lemon tea satu ya mas. Udah pesenan kami itu aja. Makasih mas!" lanjut Jessica sambil menatap waiter itu tanpa melepaskan genggamannya di tanganku.

Terpaksa akupun kembali duduk.

"Kak Nad jangan pulang dulu. Aku ingin membicarakannya sekarang. Supaya semuanya jadi jelas" kata Jessica yang akhirnya melepaskan genggamannya di tanganku.

Aku kemudian melirik Jessica dan Dimas bergantian.

"Aku pikir saat ini kehadiranku hanya mengganggu kalian Jes. Dan kupikir Dimas sangat tak menyukai itu. Jadi lebih baik aku pulang aja ya!" pintaku.

Jessica menatap Dimas penuh harap. Seolah menyampaikan pesan tersirat padanya. Dan Dimas hanya balas menatap Jessica jengah.

"Tak apa Nadia. Kamu gak usah bersikap kekanakan kayak gitu. Duduk aja" Dimas berkata dengan ketus.

Asa Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang