10. AyT- Dia kembali

116 9 2
                                    

“Jadi kenapa Kakak bisa kabur kayak gini?” tanya Riki.

“Bosen aku liat mereka” jawab Rangga santai.

Kami sedang dalam perjalanan menuju Tasik.

Memang ini sudah hampir dini hari tapi Rangga bersikeras melanjutkan perjalanan.

“Supek aku Ki. Apalagi mereka mulai berondongi aku sama macem-macem pertanyaan. Pas ada peluang, langsung aja aku lari hahahahahaha” Rangga tertawa begitu keras.

“Nad?” tanya Rangga setelah menghentikan tawanya. Mungkin dia heran karena sejak tadi aku tak bersuara sedikitpun.

“Hmmm” gumamku.

“Kamu jangan kek gini lahh. Udah yang tadi gak usah dipikirin” ujar Rangga.

“Si Dimas emang pantes ko dapet bogem dari aku hahahaha” lanjutnya masih sambil tertawa.

“Iya kak. Kakak ko jadi diem kayak gini. Aku gak suka liat kakak yang begini” sahut Riki.

Aku tersenyum kearah mereka. Riki dan Rangga ada dikursi depan sedangkan aku di kursi belakang.

“Kakak sedih aja dek” jawabku.

Kulihat dari kaca yang tergantung alis Rangga bertaut, sedangkan Riki membalikkan posisinya setengah miring agar berhadapan denganku.

“Sedih kenapa?” tanya mereka bersamaan.

“Aku ko kayak nyulik kamu ya Ga? Udah kacauin acara tunangan kamu, sekarang kamu malah nganterin aku. Kesannya tuh kayak aku emang ngerencanain buat bawa kamu kabur tau” jawabku.

Rangga terbahak mendengar jawabanku. Tawa Rikipun ikut pecah.

“Haduhhh perutku sakitt hahahah asli sakiitt” ujar Rangga disela-sela tawanya.

“Kamu gak usah khawatir, toh bukan kamu yang nyulik aku. Aku aja yang kabur” lanjutnya.

Aku mendengus sebal. “Harusnya tuh kamu jangan kayak gini Ga. Ntar apa yang orang-orang pikirin tentang kita. Kamu tuh ya. Gak mikir konsekuensinya”

“Kamu juga gak mikirin perasaannya Kak Dini. Dia pasti sedih banget sekarang. Haduhhhh, terus keluarga kamu sama Kak Dini juga pasti kecewa. Ranggaaaa kamu bener-bener cari masalah yang besar kali ini” lanjutku sebal.

“Udah. Ntar aku yang urus. Kamu jangan banyak pikiran!” jawab Rangga menenangkan.

Kamipun melanjutkan perjalanan. Membelah langit yang gelap dan jalanan yang sepi menuju kota Tasikmalaya.

***

Hari berganti minggu sejak kejadian lalu. Aku masih belum bisa melupakan kejadian memalukan sekaligus menyedihkan saat itu. Kini semua tau apa yang terjadi antara aku, Dimas dan Jessica.

Aku sudah meminta maaf pada keluarga Rangga juga Kak Dini.

Mereka sama sekali tak mempermasalahkan kejadian tersebut. Tapi tetap saja aku merasa memiliki tanggung jawab yang besar atas kekacauan yang terjadi saat itu.

Karena akulah sumber keributan itu. Apalagi Rangga yang kabur dari acara pertunangannya. Aku merasa benar-benar bersalah.

Tapi kini aku sudah menjalani hariku seperti biasanya. Tak ada yanh istimewa. Membereskan rumah, mengajar, membantu dikedai. Terus saja seperti itu.

Tak ada yang berubah. Masih sama seperti saat sebelumnya. Tapi, ada satu bagian dari hatiku yang terasa sangat aneh.

Seolah-olah ada sesuatu yang direbut paksa dari hidupku. Aku tak tau apa.

Asa Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang