16. AyT-Badai muncul lagi

66 6 0
                                    

Setelah Riki menjemputku saat itu. Tubuhku malah ambruk. Aku demam. Riki dan Bu Ratih (yang ikut pulang karena khawatir padaku) panik seketika.

"Kakak" lirih Riki. Meski mataku terpejam dan kepalaku serasa akan pecah. Aku masih bisa mendengar lirihan Riki.

Riki menggenggam tanganku. "Kakak jangan sakit. Aku khawatir" lanjutnya.

"Neng Nadia gapapa Den. Dikompresin aja terus nanti demamnya bakalan turun. Ibu buatin dulu bubur ya. Biar Neng Nadia bisa minum obat." Ujar Bu Ratih.

"Makasih ya Bu" jawab Riki.

"Dek, kakak pusing banget ini" ujarku lemah.

"Bentar Kak. Bu Ratih lagi bikinin bubur biar Kakak bisa minum obat. Aku pijitin aja ya kak?" tawar Riki. Dia langsung memijit-mijit pelan keningku.

Sesekali Riki mengganti handuk yang menjadi kompresanku, tak lupa dia mengusap setiap keringat yang keluar di area wajah dan leherku.

Kepalaku benar-benar pusing. Rasanya begitu berat. Sangat berat. Hingga gelap menyerang dan aku tak merasakan apapun lagi.

***

Empat hari aku terbaring ditempat tidur. Rasanya benar-benar menyiksa. Bu Ratih merawatku dengan begitu telaten. Begitu juga Riki. Dan sebagai tambahan, siapa lagi kalau bukan Rangga. Dia datang sehari setelah aku terkapar.

Kedatangan Rangga terkesan begitu dramatis. Dia membuka pintu dengan kasar hingga membuat aku dan Riki kaget. Tak hanya itu. Saking kagetnya bubur yang tengah Riki suapi padaku jad tumpah.

Riki murka seketika yang dibalas dengan cengiran andalan Rangga.

Orang aneh ini..... aku tak bisa menjelaskan seperti apa pandanganku terhadap Rangga. Dia memang yang terbaik.

Riki dan aku selalu bertanya kesibukan Rangga hingga dia bisa-bisanya malah selalu terdampar dirumahku.

Bukannya aku tak suka. Hanya saja aku tak ingin dia mengabaikan kewajibannya, tanggung jawabnya, kantornya. Yang nantinya akan membuat orangtuanya khawatir.

Dan kalian tau apa yang Rangga katakan sebaga jawaban?

'Aku kan ganteng. Orang ganteng mah bebas'

Begitulah jawaban yang selalu ia berikan. Kesal kan? Jawaban yang tak sesuai dengan pertanyaan. Unik sekali Rangga ini. Haaahhh. Tapi, orang unik ini adalah orang yang-

"Kamu kalo ngelamun terus kesambet lhooo" ujar Rangga membuyarkan lamunanku.

"Aku gak bakalan kesambet. Toh raja mereka ada disini" candaku.

Rangga tertawa geli. Ditangannya ada sepiring apel yang sudah dikupas.

"Apeeeeeeeelllllll" teriakku girang.

"Dasar rubah merah" ejek Rangga.

"Siniin Ga" rengekku.

Aku memang suka sekali buah bernama apel ini. Aku selalu bisa menghabiskan banyak setiap kali memakannya. Bahkan lima kilo pun aku bakalan sanggup menghabiskannya. Haha.

"Kamu mau?" tanya Rangga. Aku mengangguk mengiyakan.

"Tapi aku yang suapin" ujar Rangga. Aku cemberut. Kugembungkan kedua pipiku kesal.

Rangga mencubit pipiku gemas. "Kamu kayak ikan buntal tau" lagi Rangga mengejekku, kali ini dia tertawa dengan kerasnya.

Tadi Rubah Merah, sekarang Ikan Buntal? dia pikir aku hewan apa!

Aku memelototi Rangga. Rangga masih terpingkal-pingkal didepanku.

"Cepetan siniin Ga. Aku mau" pintaku seraya mengadahkan tanganku.

Asa Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang