17.AyT-Bagian yang tak tersampaikan

67 4 0
                                    

Flashback on

Terlihat dua orang muda mudi yang tengah berbincang dikursi taman Universitas Bakti. Angin sesekali berhembus menyapa mereka. Mendinginkan suasana yang cukup tak menyenangkan diantara keduanya.

Kesedihan begitu terpampang jelas di wajah sang gadis yang memiliki nama lengkap Nadia Azzahra tersebut. Berbanding terbalik dengan ekspresi tak percaya yang diperlihatkan lawan bicaranya, Dimas Prasetya Wiratrama.

"Jika...." ujar Nadia. Lalu jeda melanda "Jika suatu saat nanti kamu berjumpa lagi denganku. Tolong jangan pernah menyapaku. Karena aku takut. Takut jika sisa perasaanku yang masih tersimpan untukmu akan membuatku membencimu" lanjutnya.

Dimas bergeming. Bahkan saat Nadia berdiri dia masih pada posisi yang sama. Termangu akan ucapan Nadia.

"Kalau begitu. Aku pergi Di. Selamat tinggal. Assalamu'alaikum" pamit Nadia kemudian berlalu meninggalkan Dimas yang masih duduk terpaku dikursi itu.

Ingin sekali Dimas berteriak kencang untuk menghentikan langkah sahabat kecilnya. Namun, hal itu percuma. Tak satupun suara mampu keluar dari tenggorokannya saat ini. Bibirnya kelu, terkunci dengan begitu rapat. Nafasnya tercekat. Sesak. Jantungnya begitu sakit bagai ditusuk ribuan belati saat ini.

Matanya memanas memandang nanar punggung kecil Nadia yang kian lama kian menjauh dari pandangan. Dimas berharap ia bisa berlari saat ini, mengejar punggung kecil nan rapuh itu. Lalu memeluknya erat. Membisikkan kalimat 'Jangan pergi, tetaplah disisiku', tapi itu semua hanya harapannya semata.

Kakinya seakan lumpuh. Tubuhnya tak mengikuti keinginannya saat ini. Dan itu membuat Dimas geram akan ketidakmampuannya.

Lagi, tubuhnya berkhianat lagi. Kali ini air matanya yang mendapat bagian. Air itu dengan tak tahu malunya malah merembes keluar dari tempat persembunyian, mengalir dengan deras melalui wajahnya.

Dimas tak akan menyangkalnya. Saat ini, dia tengah kesakitan. Dia tengah kecewa. Dia bersalah. Dan berbagai macam perasaan tak menyenangkan lain menghampirnya. Menampar keras kesadarannya bahwa yang saat ini dia inginkan hanya gadis kecil itu ada dihadapannya lagi. Berbalik padanya dan kembali tersenyum padanya. Hanya padanya.

Perlahan, Dimas merasakan tubuhnya direngkuh oleh sepasang tangan kecil yang ia yakini milik Jessica. Dekapan itu seolah menyatakan bahwa Jessica tengah membagi keberanian dan kekuatan yang ia miliki pada Dimas.

Selama percakapan Dimas dan Nadia, sebenarnya Jessica mendengarnya walau tidak dari awal. Jessica tak sengaja melakukan hal yang orang-orang sebut kegiatannya itu dengan kata 'menguping'. Jessica awalnya hanya berniat menanti sahabatnya-Rika- di kursi taman kampus. Sesaat setelah netra coklat miliknya melihat siluet sang kekasih bersama sahabatnya. Refleks Jessica bersembunyi dibalik pohon yang tak jauh dari kursi. Walau samar tapi ia masih bisa mendengar percakapan mereka.

Hati Jessica teriris mengetahui kenyataan bahwa karenanyalah hubungan kedua sahabat itu menjadi hancur. Dia sadar, gosip tentang dirinya yang menjadi orang ketiga itu adalah benar adanya. Meskipun hanya orang ketiga dalam hubungan persahabatan.

Jessica tak ada sedikitpun niatan untuk menghancurkan persahabatan mereka. Dia hanya memperjuangkan apa yang ingin dimilikinya. Cintanya dan juga kebahagiaannya. Walaupun, jalan yang ia lakukan adalah jalan yang salah. Tapi biarlah kali ini dia menjadi egois dan berperan menjadi tokoh antagonis pun tak mengapa untuknya. Asal apa yang menjadi keinginannya tercapai.

Dimas dan Jessica masih dalam posisi yang sama. Rengkuhan yang Jessica berikan tak dibalas sedikitpun oleh Dimas.

Hai itu, keduanya sadar. Bahwa apa yang telah mereka lakukan itu tidaklah benar.

Asa Yang TertinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang