13. The Divorce

438 32 5
                                    

Nara membereskan pakaian-pakaiannya dengan terisak sesak, setelah Taeyong memberikan surat perceraian itu dan menyuruhnya untuk pergi dari rumah itu, Nara bingung harus pergi kemana, tidak ada tempat yang bisa ia singgahi. Nara mengingat sahabatnya, Ten. Tidak, tidak, pasti dia akan membuat semua menjadi tambah runyam, karena dia pasti akan mendatangi Taeyong dan berujung dengan perkelahian. Nara tidak punya uang sepeserpun, karena semua fasilitas yang Taeyong berikan sudah dia minta semua, kartu debit, kredit, uang bulanan, dan buku tabungan juga sudah Nara serahkan kembali pada Taeyong. Pikiran Nara beralih ke David, lalu David bagaimana? Apakah David akan baik-baik saja jika Nara pergi?

Nara akhirnya selesai dengan barang-barangnya. Ia keluar kamar dan melihat kembali ke dalam kamar, Nara seperti sedang merekam semua yang ada di dalam kamar itu. Ya bagaimana pun juga Nara sudah 6 tahun berada di kamar itu bersama suami tercinta, Taeyong. Sampai 7 bulan terakhir Nara harus mendapatkan siksa batin dan fisik dari suaminya.

Merasa sudah cukup dengan melihat-lihatnya, Nara menggendong tas besar lamanya, dengan pakaian lusuhnya yang ia punya sebelum menikah dengan Taeyong. Kaos lengan pendek dan celana jins yang juga sudah lusuh, ya, Nara hanya membawa semua pakaian dan barang-barang yang Nara bawa dulu ke rumah ini, pakaian dan barang-barang yang belikan oleh Taeyong tidak ia bawa sama sekali, karena merasa itu bukannyalah miliknya. Nara menuruni anak tangga dan melihat Taeyong duduk dengan laptop di depannya. Taeyong merasakan ada orang yang berjalan ke arahnya pun mengangkat wajahnya. Nara berhenti tepat di depan Taeyong.

"Oppa, aku pamit." pamit Nara.

"Ya." hanya kata itu yang terlontar dari bibir Taeyong.

"Emm, ini aku kembalikan." Nara menaruh sebuah kotak merah kecil di meja depan Taeyong. Itu adalah kotak cincin pernikahannya dengan Taeyong.

Taeyong mengernyitkan dahinya, lalu menatap Nara. "Kenapa kau tidak membawanya saja" kata Taeyong.

"Itu bukan punyaku" kata-kata itu agak membuat hati Taeyong sedikit seperti... entahlah dia juga tidak tahu. "dan terima kasih" Nara membungkuk dan Taeyong menatapmu, berterima kasih? Berterima kasih untuk apa? Pikir Taeyong. "Terima kasih sudah mau menampungku selama 6 tahun ini" Taeyong terus menatap Nara dengan tajam, ekspresinya seperti tidak menyukai kata-kata yang keluar dari mulut wanita itu, hatinya sakit mendengar semua perkataan Nara, ya Taeyong sudah tahu apa yang hatinya rasakan tadi.

"Dan tentang David, aku harap oppa menjaganya dengan baik." Nara tertunduk, air matanya sudah jatuh, sedari tadi Nara terus menahannya agar air matanya itu tidak jatuh, tetapi nihil usaha sedari tadi yang berusaha menahan sia-sia juga, dan ahkirnya pipi Nara sudah basah oleh air matanya sendiri.

"Eomma!!" terdengar suara teriakan David dari atas tangga. Mendengar suara David, Nara langsung buru-buru menghapus air matanya. Tap tap tap tap, suara langkah David yang turun dari tangga memenuhi heningnya suasana saat ini.

"Eomma mau kemana?" David langsung memeluk Nara.

Nara terdiam, ia bingung harus berkata apa kepada David.

"Kok eomma diam?.."

"Eunngg, eomma pergi sebentar dulu ya sayang. Baby sama appa dulu."

"David mau ikuuutt.."David merengek.

Nara melirik Taeyong. "Eomma harus pergi, dan tidak bisa membawa baby, jadi baby tinggal sama appa yah." Taeyong ikut membujuk David.

"Memangnya eomma mau kemana sampai David tidak boleh ikut?"

"David kan akan mendapatkan eomma baru sebentar lagi, jadi eomma harus pergi, eomma tidak bisa disini terus-terusan, sayang." Taeyong bangkit dan menggendong David paksa, karena David tidak mau melepaskan kaki ibu kandungnya.

Lee's Family (Lee Taeyong) [END]Where stories live. Discover now