Baekhyun POV
Aku memang sudah mengetahuinya sejak dulu. Sejak pesta di malam itu, festival bulan cinta di game 'Truth or Dare'. Gadis pororo yang menjadi cinta pertama hyung Suho adalah So Hyun bukan nuna Yoona. Namun aku bungkam. Aku pura-pura bodoh.
Aku adalah... saingan cinta Hyung Suho.
Selama bertahun-tahun, sebenarnya aku berusaha semaksimal mungkin mengabaikan perasaan menakjubkan ini ke So Hyun.
Perasaan ingin memiliki, ingin melihatnya setiap hari, ingin berada tak jauh dengannya, perasaan sayang... akh mungkin cinta.
Aku ingin So Hyun hanya untukku.
Apakah aku terlalu egois?
Sudah bertahun-tahun aku menjaga, mengalah, berusaha membuat gadis keras kepala itu selalu tersenyum dan nyaman denganku.
Tapi, maaf So Hyun. Aku tak bisa mengendalikan hatiku lagi. Aku tak bisa hanya menyayangimu sebatas rasa sayang pada sahabat baiknya. Maaf.
Hari ini, tahun ke dua kami di SOPA. Di penghujung tahun yang mulai memasuki musim gugur. Apakah aku harus merelakan perasaan menakjubkan ini seperti dedaunan yang berguguran itu. Rontok dan dibiarkan jatuh. Terabaikan.
Yah, tanganku basah. Keringat. Ternyata bukan, air mata.
"Ah, ternyata air mata" ceplosku santai dengan sedikit terkekeh miris.
Aku memandangi pemandangan yang sering aku lihat ini. Taman bermain tempat kami tumbuh bersama. Di gazebo taman yang tampak tua ini. Aku merasa sesak. Merasa ada ratusan kilo beban menimpa pundak kurusku. Ada ngilu tak terkira yang menyerinai di hatiku. Aku adalah pemuda malang. Tak memiliki kasih sayang keluarga yang membahagiakan. Tak memiliki cinta pertama yang aku inginkan. Bahkan kenangan indah bersama So Hyun dan Hyung Suho waktu itu tak dapat menawarkan rasa sakit ini.
Ah, aku hanya seperti pemain pria kedua. Selalu ada untuk seorang tokoh utama protagonis lainnya, namun terabaikan. Baekhyun malang.
"Ayolah Baeki. Kamu bisa melewati ini. Kamu hanya harus fokus memenangkan Kontes Seleksi untuk menjadi penyanyi besar. Itu saja" aku bermonolog sendiri .
Ku kepalkan tanganku sekuatnya menggantung di udara. Mengumpulkan semangat. Menghibur diri. Kemudian aku melangkah pergi. Berpura-pura kembali.
Hal yang paling aku benci adalah menggunakan topeng ini. Berpura-pura kembali.
.
.
.Baekhyun sepulang les menyanyi
Halte Bus 779
"Piiip...." smartphone-ku berdentang.
My So Hyun (Nama Kontak di Line)
Ku raih benda persegi panjang tipis itu.
"Baekki, kamu dimana? Ayo makan otteboeki. Aku dan oppa Suho sedang di kedai ahjumma dekat Taman"
Sungguh, aku tak tertarik. Biarkan aku di sini saja. Balasku dalam hati. Tanganku sudah tak bertenaga membalas pesan line So Hyun.
Dan aku memutuskan untuk tidak membalasnya.
Hah~ Aku menghela nafas kasar.
Halte Bus sore ini terlihat lebih sepi dari biasanya. Hanya ada seorang kakek tua bersama kucing kesayangannya duduk bersamaku.
Ah entahlah sudah berapa orang yang berubah duduk di sampingku. Aku hanya memandangi bus yang lewat tanpa keinginan untuk pulang ke rumah. Rumah yang menurutku seperti neraka di bumi . Hanya keributan yang mewarnai rumah besar itu, penuh umpatan dan kebencian.
Akh, kenapa aku merasa putus asa lagi?
Beginikah rasanya masuk lubang hitam?
Sudah setengah jam aku melamun. Pikiranku tak fokus. Entah apa yang aku pikirkan. Hanya perasaan gusar dan tak tenang.
Kebanyakan manusia menyebutnya dengan nama 'kecewa'.
Bahkan bernyanyi rasanya tak menarik lagi.
Aku harus bergerak. Aku tak mau tergenang dalam perasaan sedih ini begitu lama. Ku jenjangkan kedua kaki kurusku. Membiarkan telapak lemah ini menapaki bumi. Tapi apa daya, pikiranku tak dapat berfikir logis. Bahkan aku bingung ingin melangkahkan kakiku ke arah mana.
Udara rasanya makin berat aku hirup. Padahal angin terasa kencang mengenai sela-sela jariku.
Tap
tap
tap
Ciiiiit.... aku merasakan adrenalinku meningkat tajam seketika. Ku lihat sebuah benda hitam besar dengan laju cepat. Makin besar dan makin besar mendekat ke arahku dan......
Tiiiiiinnnnnnnnnnnnn
Brak
Sebuah truk melintas....
.
.
.
"Arghhhhhh!!!!"BAEKHYUN!!!
"Ya, kau taruh dimana matamu, Baeki ceriwis!!!!"
"Aku....
Aku...
Aku tak.... tahu... nuna hiks... ! " kataku bergetar sambil memeluk nuna-ku. Aku linglung.
Author POV
Gadis cantik berambut panjang itu hanya diam dan memeluk adiknya. Semua pasang mata memandang mereka heran, tapi mereka tak peduli.
Baekhyun dan Nuna-nya, Yoona pun tak peduli dengan sekitar.
.
.
."Kau sakit! Sakitkah lututmu itu Baek"
"Tidak...Aku baik-baik saja"
"Kenapa kau menangis tak karuan seperti itu. Ceritalah pada Nuna. Atau kau bertengkar dengan So Hyun. Atau So Hyun sadar ternyata ia selama ini telah bersahabat dengan pemuda manja dan gampang cemberut seperti kau. Sehingga ia memutuskan tidak menjadi sahabatmu lagi, hahahahahah" Pikirnya kemudian bercanda.
"Ya!!!! Nunna!Kau bukan Nunna ku" teriak Baekki marah yang malah terlihat imut bagi Yoona dan ia ingin kembali menggoda adik manisnya itu.
Namun keinginan untuk bercanda dengan adik satu-satunya itu ia urungkan. Karena Yoona tahu, ia seperti memiliki insting. Jika hari ini adalah hari yang berat buat Baekhyun.
"Hah! Semangatlah. Semua pasti berakhir, pasti ada solusi walau nuna tak tahu apa masalahmu" tangan hangat Yoona menepuk sayang bahu Baekhyun.
"Sudahlah Baek! Ayo pulang. Kau tahukan di rumahpun sudah penuh masalah. Dan biasanya kau paling tegar" terang Yoona sambil berdiri menatap langit yang mulai berubah warna. Seakan sorot matanya mengkhawatirkan sesuatu.
"Apa eomma disakiti pria gila itu lagi, nuna. Sampai kapan kita bisa bertahan seperti ini"
"Sampai aku berpenghasilan mandiri dan bisa mengajak eomma dan baekki ku yang imut ini keluar dari rumah neraka itu. Bersabarlah Baek!" Senyum nuna Baeki merekah, layaknya bunga sakura yang mekar dimusim semi. Merah muda, terlihat manis dan indah.
"Ayo! Bus sudah habis. Kita jalan kaki saja" ajak gadis berbusana salem itu.
Baeki mulai berdiri dan menjinjing tas ranselnya asal.
Tampak dua sosok kakak beradik itu mulai berjalan perlahan menelusuri trotoar ke arah rumah mereka.
"Hah~hidupku penuh dengan kemalangan " desah Baekhyun diantara hiruk pikuk kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
FanfictionYah, seperti kata bijak Disraeli "Jangan pernah menyesal setelah kamu mengungkapkan suatu perasaan. Karena jika demikian, kamu sama saja menyesali kebenaran" *** "Kamu memang langka, Hyun dan perlu dilestarikan. Kamu harus berguru tentang pemahaman...