Author POV
Seorang pria gagah berseragam dengan umur kurang lebih setengah abad berdiri di lorong. Ia baru saja keluar dari sebuah ruangan yang tak asing bagi So Hyun. Sorot mata tajam yang sering menciutkan hati gadis manis itu tetap sama. Teduh dan serius. Ia berjalan cukup tegap untuk seusianya, kemudian seorang pria dan wanita seumuran dengan pria gagah berseragam itu berjalan di belakangnya, yang ia tahu mereka adalah orang tua Oppa Suho.
Tap tap tap
Langkah pantopel yang terdengar tegas berhenti di hadapan So Hyun. Sosok pria paruh baya itu. Pria yang sehari- hari tinggal bersama dengannya, namun hubungan ikatan mereka tak seperti sebuah keluarga. Selalu ada jarak yang membuat hubungan mereka enggan mencair.
Jleb. Hati So Hyun seperti tergores belati seketika. Pria yang ia sebut 'appa' itu, yang entah sudah berapa tahun tak pernah memeluk erat dan penuh arti selama ini. Tiba-tiba merengkuh tubuhnya dengan canggung.
"Terima kasih, karena putri appa baik-baik saja" selorohnya bergetar.
Mata penuh amarah yang sering dilihatnya itu mengembun. Membuat So Hyun tak sampai hati melampiaskan dendam yang ia pendam selama ini. Kemarahan menumpuk karena merasa appa tidak memahami hati yeoja keras itu. Nelangsa. Suara anak muda yang tak pernah didengar.
So Hyun masih tertegun, berkelamut dengan pikirannya. Dan pria yang ia panggil appa itu masih mendekap erat, seakan tak pernah lepas. Baru kali ini. Ya, kali ini. Sekujur tubuh So Hyun dapat tersengat rasa sayang appa-nya. Appa yang sangat jarang sekali menanyai perasaannya, yang jarang sekali menyapa hatinya.
So Hyun menjadi paham mengapa appa-nya begitu keras kepadanya selama ini. Itu karena appa takut kehilangan dirinya, seperti omma.
.
.
.Ketika mereka bertiga pergi ke Indonesia, ternyata orang tua mereka sangat mengkhawatirkan mereka. Sebenarnya ini terjadi karena kesalahpahaman. Surat yang ditempel So Hyun untuk appa-nya, tidak sengaja dibuang oleh ahjumma yang membersihkan rumah kediamannya. Sehingga orang tua mereka pikir. Mereka bertiga kabur dari rumah. Mereka tambah terhenyak ketika mereka konfirmasi ke sekolah, Seongsanim Kim memberitahukan mereka bertiga ada di Indonesia. Appa So Hyun tahu dimana itu, karena beliau pernah melakukan latihan militer bersama tahun 90-an di negeri kepulauan itu. Yah, waktu appa So Hyun muda.
Tapi satu hal membuat hati mereka berubah. Ternyata sebenarnya orang tua mereka sayang kepada mereka, kecuali....
"Kau sudah bertemu appa-mu. Apa dia marah?" Tanya Suho penuh selidik.
Suho, Baekhyun dan So Hyun berjalan di antara tanaman perdu sepulang sekolah. Pepohonan sakura pun seakan ikut penasaran dengan jawaban So Hyun. Jalan setapak dipenuhi bunga Sakura yang berguguran. Satu-satu mereka menjatuhi kepala tiga anak muda yang sedang sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Tidak..." terdengar tendesius dari yeoja manis itu. Perasaan aneh menghangat di hati So Hyun."Kenapa? Wajahmu seakan habis dimarahi" tanya Suho lagi makin banyak rasa janggal atas wajah muram So Hyun.
"Aku merasa bersalah padanya, harusnya aku tidak menahan amarah sebesar ini kepadanya" terang So Hyun dengan muka memelas.
"Hah~ aku pun merasa begitu. Bagaimanapun juga kita adalah keturunan mereka" Suho mengarahkan wajahnya ke langit. Biru sian menyilaukan matanya sejenak.
"Baek, kenapa kau diam saja. Kau tidak ceriwis seperti biasanya. Ada yang salah. Kau menyesal ke Indonesia menyusulku" Tanya So Hyun mulai memahami sekitar- raut dua namja di sebelahnya.
"Tidak. Aku hanya,.... akh.... aku ada janji les. Aku pergi duluan!!!" Terang Baekhyun sewot.
So Hyun dan Suho menghentikan langkahnya. Baekhyun berlari begitu saja.
"Ini kan Senin. Bukannya jadualnya Selasa" ceplos So Hyun heran.
"Kau tak tahu, dia kesal. Appa dan omma-nya tak mengkhawatirkan dia. Aku rasa ia cemburu kepada kita yang diperhatikan orang tua kita" jelas Suho dengan nada sedih.
"Oh, Baekki yang malang. Apa aku harus menyusulnya"
"Biarkan dia sendiri, Hyun"
Sebuah tangan besar hangat menggenggam tangan So Hyun. So Hyun menengok ke arah oppa Suho yang merupakan cinta pertamanya.
Dua mata bening itu menaut. Seakan melihat suatu hal berbeda di dalamnya. Sebuah perasaan dalam untuk memiliki. Membuat waktu berhenti. Membuat denyut jantung melonjak tak karuan. Dan mereka saling paham yang sedang terjadi.
.
.
.So Hyun POV
Aku dulunya mencintai appa. Sangat merindui appa. Appa adalah cinta pertamaku. Walau appa jarang berada di rumah. Ia selalu tahu apa saja yang aku sukai. Aku suka coklat batangan manis dengan kacang mete di dalamnya. Aku suka minuman yang segar. Aku suka makanan yang pedas. Aku suka warna hijau. Aku suka taekwondo. Aku suka hiking menelusuri alam.
Dulu, ketika aku kecil. Aku dan appa adalah sahabat terbaik. Tapi itu semua berubah ketika omma memutuskan pergi dari rumah dan bercerai. Appa menampar pipi omma dengan penuh amarah. Rasanya duniaku berakhir. Tak ada lagi bagian hidupku yang aku tunggu. Yang dapat memulas senyum dibibirku. Sejak itu aku memutuskan untuk membenci appa.
"Hmmmm"
"Kau tersenyum, kau tambah cantik dengan bibir melengkung itu" sanjung Oppa Suho yang ternyata terpesona dengan senyum langkaku. Entah kenapa rasanya kehidupanku terasa sangat normal sekarang.
"Oh..."
"So Hyun tahukah banyak yeoja cantik di sekitarku. Tapi kamu berbeda. Aku ingin berkencan denganmu" pinta oppa tanpa basa basi.
"Eonii Yoona" celetukku kecewa.
"Aku tahu semuanya. Gadis kecil pororo itu kamu. Aku baru tersadar dari pernik tasmu, kamarmu. Dan senyuman khas ini. Aku tahu kamu. Bukan Yoona. Aku dan Yoona yah begitulah. Kami tidak menemukan sesuatu yang dapat disebut 'cinta'. Ah aku tak menyangka gadis kecil yang memberiku plester pororo itu kamu. Cinta pertamaku"
Entah apa aku sedang bermimpi. Apa aku berdelusi. Sebenarnya ini yang aku inginkan selama ini. Tapi ada perasaan mengganjal. Hati kecilku mengatakan ini bukan seharusnya So Hyun.
"Kalian....."
Sejurus kami mendengar suara yang sangat kami kenal. Suara seorang namja ketika menyanyi membuat hatimu damai. Suara yang menghiasahi hampir belasan tahun hidupku. Suara sahabat baikku.
Baekhyun tepat dihadapan kami dengan tiga es krim di tangannya.
Ah, sorot matanya. Sorot mata yang tak pernah dilayangkan padaku selama ini. Bahkan aku tak mau menatapnya balik. Sorot mata yang membuatku merasa sangat bersalah.
Rasanya sekujur tubuhku dingin dan membatu.
-tbc-
Eonii comeback setelah sekian lama hiatus. Mian. Eonii repot dan inspirasi tak berkunjung sama sekali.
Gomawo masih mau ngikutin ya...
-Am1006-
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
FanficYah, seperti kata bijak Disraeli "Jangan pernah menyesal setelah kamu mengungkapkan suatu perasaan. Karena jika demikian, kamu sama saja menyesali kebenaran" *** "Kamu memang langka, Hyun dan perlu dilestarikan. Kamu harus berguru tentang pemahaman...