So Hyun POV
Pagi abu-abu.
Seperti biasa mentari tak kunjung menampakan diri berhari-hari. Entah! para ilmuwan berspekulasi anomali cuaca. Ah, kita sudah mendapat layangan gugatan ilmuwan sedunia ke dua, atas parahnya kerusakan bumi. Yang pertama kalau tidak salah ditahun 70-an.Bumi sudah mulai diujung tanduk, aku tak pernah tahu bagaimana rupa bumi yang ditinggali anak cucuku mendatang.
Hahahaha... anak cucu. Senyumku tersungging sendiri. Geli memikirkan ini. Pantas Baeki sering mengejekku 'tua'.
Aku jadi merindukan Kalimantan. Dimana sinar mentari pagi di sana begitu hangat membuat semangat.
Bagaimana ya kabar Shinta? terakhir kali bertukar kabar ia sedang sibuk les fotografi dan masih mencari kabar Baekhyun. Hah~ Sepertinya ia menyukai Baeki. Oh iya bagaimana kabar Baeki. Kemarin ia tidak membalas line ku. Akupun penasaran akan tingkah Baeki kemarin.
Ku ambil smartphone ber-casing pink di saku seragam kuningku. Masih sama. Tak ada balasan dari Baeki. Kenapa lagi si Baeki? Apa ayahnya.... hmmm... ah tidak.
Aku telah tepat di depan gerbang SOPA. Dua puluh menit lagi jam pelajaran dimulai. Dan biasanya Baeki sudah duduk manis di kursi taman dekat air mancur itu. Tapi tak ku lihat dia. Oh, hari ini banyak tamu luar berdatangan. Memang sekolahku ini terkadang menjadi tempat studi bagi pelajar seni lainnya.
"Hei... ada apa itu mengapa semua orang berkumpul di sana? Itu seperti Baeki" sontak aku memanjangkan leherku.
Tetiba sebuah perasaan cemas berlebih mengalir didadaku membuat alat pemompa darah ditubuhku berdetak tak teratur. Aku pun memutuskan lari mendekati kerumunan itu.
.
.
.6 jam kemudian.
Ruangan Konseling Seongsanim Kim
"Ya! So Hyun... Aigoo, aku harus bicara apa ini" Terlihat master penyembuh hati kami frustasi akibat ulahku.
Aku hanya santai. Aku merasa tak bersalah.
"Apapun alasannya menendang orang itu tak baik!" Seru Seongsanim lelah menasehatiku.
"Pembelaan diri" sergahku enteng.
"Tapi menyakiti orang lain tak baik untuk gadis seusiamu" kata Seongsanim menekan lambat, menandakan ia kehabisan kesabaran. Terlihat muka konyolya berubah tambah aneh.
"Ya apalagi gadis itu cantik dan manis" tambah oppa Suho yang ternyata sudah duduk di sebelahku.
"Mwo!!!" Seketika aku melotot dan menoleh.
"Hah mimpi apa seongsanim semalam" pria 30-an tahun itu terlihat pasrah dan menjatuhkan tubuh tegapnya dikursi kekuasaannya.
"Aha! Semalam aku mimpi indah sekali. Memikirkannya saja sudah membuatku bahagia" tambahku ceria.
"Mimpi apa itu!" Oppa penasaran lalu mendekatkan kursinya ke tempatku.
"Aku lupa. Tapi aku merasa senang"
Seongsanim dan Oppa Suho tampak cengo mendengarkan jawabanku yang polos.
.
."Hah ~ dimana Baeki?" Tanya Seongsanim beralih.
"Mungkin ia sebentar lagi kemari" jelas Oppa Suho.
"Tapi aku merasa ada yang aneh dengan Baeki akhir-akhir ini. Seperti menyembunyikan sesuatu. Apalagi ketika orang tua kalian cemas mencari kalian. Aku merasa sangat kasihan dengannya" terang Seongsanim dengan wajah sendu.
![](https://img.wattpad.com/cover/98638400-288-k273239.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE
FanfictionYah, seperti kata bijak Disraeli "Jangan pernah menyesal setelah kamu mengungkapkan suatu perasaan. Karena jika demikian, kamu sama saja menyesali kebenaran" *** "Kamu memang langka, Hyun dan perlu dilestarikan. Kamu harus berguru tentang pemahaman...