Act 1

856 65 4
                                    

Musim semi

Lantai 3 SMA Kuroshi kelas 2C.

Baru dua minggu sejak tahun ajaran baru dimulai. Saat ini masih musim semi atau bisa di bilang mendekati musim panas. Pohon Sakura sudah menunjukkan daun hijau yang mulai tumbuh dan menggantikan bunga Sakura yang sudah gugur.

"....."

Seorang gadis dengan wajah cantik berambut biru sedada itu sedang terdiam di tempat duduknya. Rambutnya yang sangat lembut terurai oleh angin musim semi. Namun gadis itu menunjukkan wajah murung yang membuat kecantikannya berkurang.

Sementara itu teman sekelasnya mengobrol dengan kelompoknya masing masing. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi bagi gadis itu semua itu tidaklah penting. Tidak. Sejak awal gadis itu tak peduli dan tak ingin peduli.

"Syo..."

Sebuah nama yang sudah lama tak ia ucapkan.

Sebuah nama yang hampir terlupakan.

Sebuah nama......orang yang dulu ia cintai.

Sudah satu tahun berlalu sejak hari itu. Hari dimana ia menyatakan cinta untuk pertama kalinya dan terakhir. Kesedihan dan penyesalan selalu menghampiri ketika mengingat hal itu. Ia menyesal karena harus berpisah dan tak bisa mencegah kepergiannya.

Saat ini nama itu sudah terlupakan.

Namun, nama itu kembali muncul ketika lelaki yang bernama Syo tiba tiba mengajak untuk bertemu di taman.

Taman yang sama ketika ia menyatakan cintanya.

Taman dimana ia bertemu Syo untuk terakhir kali.

("Aku juga mencintaimu")

Haruka mengingat apa yang di katakan Syo kemarin.

Apakah itu jawaban dari pernyataan cintanya dulu?

Apakah dia harus senang dengan jawaban Syo?

Atau dia harus sedih?

Tapi kenapa harus bersedih?

Haruka sangat senang ketika mengetahui jawaban yang membuatnya harus menunggu satu tahun.

Saat itu Haruka sadar kalau ia masih mencintai Syo. Rasa cintanya yang terkubur kembali muncul dan tumbuh lebih besar dari sebelumnya.

Cinta inilah yang membuatnya sedih.

Meskipun kini mereka tahu saling mencintai, tetapi waktu dan kenyataan menghalangi cinta mereka. Karena itulah mereka tak mungkin bersama.

Satu tahun telah membuat jurang tanpa ujung yang memisahkan mereka berdua.

Karena itulah ia sedih... dan menyendiri. Karena itulah Ia juga tak menyadari kalau ia dipanggil oleh temannya beberapa kali.

"Haruchi... oii.. Haruchi..oii.. bangun Haruchi!!"

*Pakk

Haruka kembali ke dunia nyata berkat sentilan temannya. Sebuah sentilan yang cukup kuat untuk memberikan bekas merah di pelipis Haruka.

"Ouucchhh, ..Masumi-chan kau benar benar ratu iblis." Ucap Haruka dengan nada lirih sambil mengusap pelipisnya.

"Oeeii siapa yang kau panggil ratu iblis? Hmm... tapi itu lebih baik daripada ratu murung"

Gadis yang bernama Masumi ini sangat bersemangat dan energik. Tentu saja ia juga baik hati. Hal itu bisa terlihat dari rasa toleransinya terhadap Haruka yang memanggilnya ratu iblis.

Dengan mata hitam dan rambut cokelat pendek, Masumi benar benar terlihat seperti laki laki jika dilihat dari kejahuan.

Satu hal yang mungkin membedakannya dari laki laki hanyalah ukuran dadanya yang lebih besar dari milik Haruka.

"Ratu murung? Siapa dia?"

Haruka bahkan tak menyadari kalau julukan itu ditujukan kepadanya.

"Haruchi,... kau ini benar benar......"

"??"

"..POLOS!"

"Eh? Apa maksudmu?"

Dengan demikian julukan Ratu Murung berubah menjadi Ratu Polos dalam sekejap.

Wajahnya yang cantik ditambah dengan kepolosannya membuat Masumi tak tahan lagi untuk memeluknya.

"He..hentikan Masumi, aku tak bisa bernafas"

Siapapun pasti kesulitan bernafas jika dipeluk dan di perlakukan seperti itu. Julukan Ratu Polos benar benar cocok untuk Haruka.

"Haruchi mulai sekarang maukah kau tinggal bersamaku? Akan kurawat kau dengan baik"

Mata Masumi berbinar binar ketika mengatakan itu. Ia benar benar sudah kehilangan kewarasannya.

Sayang sekali Haruka tak menyadari maksud Masumi dan terdiam karena mengerti.

"Hooi, Haru bukanlah binatang peliharaan"

Seorang gadis berkacamata mendekati mereka berdua. Ia membawa buku tebal yang membuat siapapun menjauh ketika melihat buku setebal itu.

Mungkin bagi orang yang pertama kali melihat gadis itu pasti akan menduga dia adalah seorang kutu buku. Itu tak sepenuhnya salah.

Dia seorang kutu buku dan seorang model. Tentu saja hanya Haruka dan Masumi yang mengetahui kebenaran ini.

Rambut hitam lurus dan lembut, serta body yang proporsional membuat gadis itu terlihat sangat cantik. Kacamata yang ia pakai sebenarnya hanyalah kacamata biasa.

"Hinachi. Apakah kau tak ingin membawa pulang Haruchi? Lihat wajah polosnya ini! Bukankah ini 10 Kali lebih polos dari biasanya?"

Itu memang benar.

"Kau benar. Kalau begitu, bagaimana kalau kita bergantian? Kau hari Senin -rabu dan aku hari Kamis- Sabtu. Kita akan membawanya bersama pada hari Minggu"

Masumi langsung mengangguk.

Mereka benar benar mengabaikan Haruka. Tapi...

"Hei kalian berdua. Aku ini bukanlah hewan peliharaan. Jika ingin bersamaku, bukankah kita bertemu hampir setiap hari."

Mereka berdua hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

"Apakah kau sudah mendingan, Haruchi?"

Akhirnya Haruka mengerti kenapa mereka mengatakan hal yang tak masuk akal itu.

Mereka berdua tahu kalau saat ini ia sedang murung. Karena itulah mereka bercanda seperti itu untuk menghibur dirinya. Setidaknya inilah yang di pikirkan Haruka

"Kalian..demi aku..kalian"

Sayang sekali Haruka tak menyadari kalau Masumi dan Hinata benar benar serius tentang membawa Haruka pulang ke rumah.

"Hnnnn"

"Ada apa Hinata?"

Haruka bertanya ketika melihat Hinata tiba tiba melirik ke arah jendela di sampingnya.

Tak hanya Hinata, bahkan teman sekelasnya juga melirik ke arah jendela.

"Hooi siapa dia?" "Murid pindahan?" " aku tak tahu siapa dia, tapi yang pasti dia keren dan tampan"

Itulah yang diributkan teman sekelasnya.

Haruka yang penasaran akhirnya ikut melirik ke luar jendela. Misumi juga ikut melirik di samping Haruka.

"..Syo?!"

Itulah kata yang terucap ketika melihat seorang lelaki yang sedang berjalan di halaman sekolah. Lelaki itu langsung di kelilingi oleh banyak gadis yang ingin berkenalan.

Satu hal yang pasti, Syo benar benar pindah ke sekolahnya hari ini.

The PromiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang