Kembali ke meja pertemuan. Tidak. Kembali ke kamar Syo.
Malam harinya, mereka berdua mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
"Baiklah, sejauh ini kita tahu hutang Haruka tinggal 3 juta yen lagi yang harus dia bayar ke rentenir itu. Lalu bagaimana cara kita mendapatkan uang 3 juta yen dalam waktu tiga bulan? Syo, apa kau ada ide?"
"......entahlah?"
"Oi, jangan bercanda! Kau ingat apa yang dikatakan Hinata kan? Saat ini hanya kita berdua yang bisa menolong Haruka. Dan alasan Hinata dan Masumi tak bisa membantu kita lagi karena permintaan Haruka."
"Aku tahu itu. Mereka berdua juga membantu dengan meminjamkan uang kepada Haruka. Tapi, karena itulah Haruka meminta agar tak membantunya lagi... haaa.... kurasa kita harus mencari pekerjaan"
Itu masuk akal, tapi...
"tapi, pekerjaan apa yang menghasilkan uang 3 juta yen dalam 3 bulan? Tidak kurasa kita hanya punya waktu 2 setengah bulan."
"....."
"Sudah kuduga hal ini mustahil meskipun kau ikut membantu"
Tapi Syo justru tersenyum ketika mendengar hal itu. Hal itu membuat Ryuu bingung, tapi jika Syo tersenyum, hal itu hanya berarti satu hal.
Syo memiliki sebuah rencana.
"Ryuu, kau bilang kalau mustahil mengumpulkan uang 3 juta yen dalam 2 setengah bulan. Tapi, kalau 2 juta yen dalam 2 setengah bulan, apakah kau bilang mustahil?"
".....apa maksudmu?"
"Aku masih mempunyai tabungan sebesar 1 juta yen. Akan kugunakan untuk membantu membayar hutang Haruka. Jadi kita hanya perlu mencari 2 juta yen"
Ryuu senang dan tersenyum mendengar hal itu, namun Ryuu langsung merubah ekspresinya ketika ia menyadari sesuatu. Dan sesuatu itu adalah...
"Tapi apakah baik baik saja menggunakan uangmu? Bukankah ayahmu akan marah ketika mengetahui semua uang tabunganmu di habiskan demi membayar hutang Haruka?!"
Itu memang benar, tapi Syo justru terlihat tenang tenang saja.
"Tenang saja, itu adalah uangku sendiri, jadi tak ada masalah jika kuhabiskan. Yang terpenting adalah bagaimana cara mendapatkan dua juta yen dalam dua setengah bulan. Ryuu apakah kau ada ide?"
"Tidak. Sama sekali tidak. Tapi, apa kau benar benar tak memiliki ide?"
"Sebenarnya aku ada satu. Tapi apa kau sanggup melakukannya?"
Entah mengapa perkataan Syo membuat Ryuu mendapat furasat buruk, tapi jika itu demi menyelamatkan Haruka, dia akan melakukan apapun.
"Tentu saja aku akan melakukan apapun demi menolong Haruka. Jadi cepat katakan!"
"Baiklah, terima ini!"
Syo kemudian memberikan satu lembar kertas yang terlihat seperti selebaran. Dan Ryuu kemudian melihat konten dalam seleberan itu dan..
"..kau pasti bercanda!"
Itu adalah selembaran lomba dance yang diadakan bulan depan di pusat kota dan tentu saja akan ditayangkan di TV nasional.
Bagi Ryuu yang memiliki sifat pemalu dan tak terlalu bergaul, ini merupakan ide paling buruk dalam hidupnya.
"Tidak. Jika kita memenangkan lomba itu, maka kita akan dapat langsung melunasi hutang Haruka. Dan meskipun kita tidak memenangkan juara pertama, setidaknya kita harus menjadi juara ketiga agar bisa mendapat tambahan."
Hanya aslda satu masalah disini. Dan itu juga masalah yang paling besar.
"Haa.. kurasa kita tak ada pilihan lain. Tapi, sayangnya aku tak bisa menari."
"Aku juga tidak"
"Eh?......... hoiii apa kau ingin aku memukulmu? Kita berdua tak memiliki pengalaman menari dan kau ingin memenangkan juara pertama? Apa kau serius?"
Syo hanya mengangguk pelan sebagai tanda dia tak bercanda.
Ini lebih mirip tindakan gila daripada tindakan nekat atu bodoh, tapi tak ada pilihan bagi mereka. Karena itu..
"Baiklah. Tapi kita butuh seorang guru menari yang bagus dan aku tahu siapa orangnya."
"Baiklah. Sekarang sudah diputuskan kalau kita akan melakukan itu, tapi jangan lupa kalau ada kemungkinan kalau kita tak akan memenangkan lomba itu. Karena itulah kita juga harus mencari pekerjaan sambilan. Ryuu apa yang akan kau lakukan?"
Mendengar itu Ryuu tersenyum dan berkata "aku akan bekerja di dua tempat sekaligus. Jadi aku akan mendapat bayaran dua kali lipat. Bagaimana bagus kan? Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku hanya akan menjadi model di sebuah majalah!"
"..... ......... ....... heh?"
Keesokan harinya, di jam istirahat makan siang.
Di taman sekolah, Haruka, Hinata dan Masumi sedang makan siang bersama seperti biasanya.
Mereka bertiga duduk di bawah pohon sakura yang sudah kehilangan bunganya dan berubah menjadi daun hijau.
"Haru, aku kemarin bertemu dengan lelaki yang bernama Syo itu. Dia mengatakan kalau dia akan menyelamatkanmu"
Ucap Hinata dengan nada datar dan sambil mengunyah makanannya.
"Hmmm.."
Mendengar hal itu, Haruka justru tak peduli dan terus memakan makan siangnya.
"..dia benar benar serius melakukannya. Apa kau akan membiarkanya?"
"Hinachi, apa kau benar benar serius menanyakan hal itu?" tanya Masumi "kau tahu kan, apapun yang dilakukan lelaki yang bernama Syo itu, tak akan pernah menyelesaikan masalah kita."
"Untuk sekarang, kita akan melihat apa yang akan dilakukannya" ucal Haruka dengan nada dingin "kalian berdua pasti tahu jika dia terus mencoba menolongku, mungkin saja dia akan menemukan kebenaran tentang kita, lalu apa yang akan kalian lakukan jika dia mengetahui kebenarannya?"
Mendengar itu, mereka berdua terdiam dan melihat satu sama lain.
"Aku mungkin akan membunuhnya" ucap Hinata dengan nada datar seperti biasanya, tapi aura membunuh terpancar dari matanya "tapi, itu juga tergantung kepadamu, Haru."
"Hmmm...., kalau aku mungkin akan membiarkannya. Ku ku ku " ucap Masumi sambil tertawa "bukankah ini akan menarik, Hinachi? Jika dia mengetahui kebenaran tentang kita bertiga, apa yang akan dilakukannya? Apakah dia masih tetap mencintai Haruchi? Atau justru dia akan memberitahu seluruh dunia tentang kita? Atau mungkin justru mencoba menolong kita dari kutukan? Ini akan menjadi semakin menarik.. ku ku ku"
Mendengar kedua jawaban temannya, Haruka tersenyum.
"Kita lihat saja bagaimana cara dia menepati janjinya kepadaku. Tapi, jika kita benar benar harus membunuh dia, maka akulah yang akan membunuh dia dengan tanganku sendiri. Kau mengerti Hinata-chab?"
"Baiklah. Akan kuberikan hak itu kepadamu. Tapi apa kau sanggup membunuh dia?"
"......"
Haruka tak langsung menjawabnya. Ia tahu maksud perkataan Hinata, tapi..
"..aku sanggup. Lagipula bukankah kita sudah membunuh ratusan orang dengan tangan kita sendiri. ... meskipun aku pernah mencintainya, dia hanyalah masa lalu bagiku.."
"Itulah Haruchi yang kami kenal, ku ku ku"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Promise
VampireBisakah kau membunuh orang yang kau cintai? AN: Cerita ini sedikit berhubungan Love and Soul. Hanya saja karakter dan tempat yang berbeda.