22. ada apa dengan Nate?

9.9K 1.4K 246
                                    

Eche POV

Suasana hati Nate sepertinya benar-benar buruk tapi lumayan menguntungkanku, dirinya sampai sore ini berada di kamarnya. Memberiku sedikit kebebasan di kamar.

Aku mengecek pintu penghubung kamar yang ternyata terkunci.

Aku tersenyum.

Tapi senyumanku langsung memudar.

Nate ngapain ya di kamarnya? Apa baik-baik aja? Gak mungkin bertindak aneh-aneh kan?

Aku malah gusar sendiri.

Lalu berjalan lagi ke arah pintu  penghubung dan mengetuk pintunya berkali-kali.

"Nate!!!" Panggilku.

Tidak ada jawaban.

Aku melangkah ke arah balkon, menarik kursi dan melonggok berjinjit ke atas tembok pembatas kamar kami.

Kulihat pintu kamar Nate tertutup rapat.

Aku kembali melangkah masuk ke dalam kamar dan mengetuk pintu penghubung lagi.

"Nate!!!"

"Buka pintunya!!!"

Aku meninggikan suaraku dan terdengar sedikit panik.

"Nathan!!!!"

"Nateee buka pintunya!!!"

Ketukan pintu berubah menjadi gedoran.

Tubuhku mundur sedikit ketika suara kunci dan daun pintu terbuka sedikit.

Aku langsung berhambur masuk dan berjalan di belakang Nate yang melangkah kembali ke arah ranjang dengan langkah gontai.

Dirinya langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan posisi tengkurap.

Aku mengamati gerakannya.

Punggungnya yang berotot bergerak pelan ketika dirinya memutar kepalanya ke arahku.

Manusia muka datar ini, senang benar tidur gak pakai baju.

Aku masih mengamati dirinya sambil menelan ludah.

Maya bilang, bang Bima badannya berotot, aku yang sudah lama berteman dengan Maya, tidak pernah melihat Bang Bima shirtless, dan baru kali ini aku melihat pria berotot dengan mata kepala sendiri.

Selain melihat langsung, aku juga beberapa kali merasakan kulitnya yang menempel ketika kami tidur seranjang.

Glek, aku kembali menelan ludahku.

"Kenapa?" Tanyanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

"Kamu mau tidur sama aku? Di sini? Di kamarku?" Lanjutnya lagi sambil menyunggingkan senyum tipis.

Aku memutar bola mataku.

"Aku ke sini mau ngecek kamu tuh lagi ngapain, baik-baik aja apa lagi kenapa-napa abis ketemu sama Claudia" Kataku to the point.

Aku melangkah pelan duduk di atas sofa.

Nate bergerak duduk menghadap ke arahku.

"Memangnya kamu mau nawarin pelukan ke aku? Sini, gak usah ragu, aku memang lagi butuh pelukan" Katanya sambil merentangkan kedua tangannya.

Rambutnya yang terlihat acak-acakan dengan wajahnya yang dihiasi senyuman membuatku kembali menelan ludah.

Nate terlihat seksi.

Sangat.

Pake banget.

Aku berdiri dengan detakan jantung yang tidak beraturan, rasanya seperti berlari menaiki anak tangga menuju lantai 22 tanpa istirahat.

Filosofi JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang