4. pengambil alihan (2)

11.9K 1.5K 191
                                    

Gak tau apa yg lagi babang Nate baca, aku cuma fakus sama otot lenganmu bang 😍😍

Eche POV

"Che, gue musti hubungin mbak Dian nih, lu tunggu di sini dulu ya" Maya bangkit dari duduknya.

"Mbak Maya, bisa duduk dulu? Jangan panik" Cegah Nate, membuatku mengerutkan keningku bingung menoleh ke arahnya.

Ini sebenarnya apa sih maksud kedatangannya?

"Bisa tolong jelaskan lebih jelas lagi maksud kedatangan mas? Ehm, kayanya kami harus memanggil anda dengan sebutan bapak karena ini membicarakan masalah serius" Kataku.

Kulihat Maya yang kembali duduk sambil memegang perutnya dengan meringis.

"Lu kenapa May?" Tanyaku sambil mengusap perutnya.

"Debay keknya bisa ngerasain klo mommynya bakal gak dapat bonus nih, nendang-nendang mulu dari tadi, gagal dapat box bayi yang bertingkat" Jawab Maya.

Aku mengulum senyum mendengar perkataannya.

Maya itu selalu saja bisa berakting lebay walaupun di situasi yang gak cocok seperti sekarang ini.

Aku menoleh ke arah pria ganteng berwajah datar yang tidak tersenyum sejak dari awal kedatangannya.

"Gini Pak, mbak Dian selaku pemegang saham terbesar di perusahaan ini sedang cuti, jadi sepertinya Bapak tidak bisa bertemu dengan beliau sampai 3 hari ke depan" Kataku.

Pria itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Jadi kalau saya berbicara sedikitnya menerangkan persoalan kedatangan saya yang ingin membeli saham perusahaan ini, kalian tidak ada kuasa untuk memberi keputusan?" Tanyanya.

"Makanya bapak kalo datang jangan mendadak, kek tahu bulat aja di goreng dadakan" Sahut Maya pelan tapi jelas terdengar oleh kami berdua.

Aku menyenggol lengannya.

"Tahu bulat?" Tanya pria itu dengan alis bertaut.

Aku menggeleng.

Maya nih, perkataannya semakin ngaco seiring perutnya yang semakin membuncit, apa pengaruh dari kandung kemihnya yang semakin terhimpit, apa pengaruh masalah keuangan, entahlah.

Aku mengambil nafas panjang.

"Gini Pak, kalau memang kedatangan Bapak untuk membeli saham perusahaan kami, tidak bisa, kami tidak pernah berniat menjual perusahaan ini..."

"Kalian bisa pikirkan penawaran yang saya berikan" Katanya memotong perkataanku, dirinya menegakkan punggungnya dan menatap pas ke manik mataku. Bisa kulihat jelas warna bola matanya yang berwarna coklat gelap.

"Pak, ini masalah serius loh Pak, bapak juga gak bisa yang tiba-tiba datang terus langsung jebret main sikat beli perusahaan orang yang jelas-jelas kami sendiri tidak pernah berniat untuk menjualnya" Kata Maya.

Aku menoleh ke arah Maya yang terlihat sedikit emosi.

Aku mengusap lengannya.

"Sabar May, nanti debaynya nendang-nendang lagi lho" Kataku mencoba menenangkan dirinya.

"Ya kali main datang aja tiba-tiba muncul terus mau beli perusahaan kek mau beli mainan, emang segampang itu" Sahut Maya ketus tanpa menutupi ketidaksukaannya terhadap pria yang memandang kami bergantian.

Kulihat pria itu mengusap wajahnya, dirinya menghela nafas dari mulutnya.

Bisa kulihat dirinya sedikit kesal.

Filosofi JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang