27. nate mulai beraksi

10.3K 1.4K 184
                                    

Walopun aku suka warna biru, tapi mata ini, melihat dirimu berdiri, bertelanjang dada, malah jadi fokus menatapmu bang 😍😍

Eche POV

Aku berdiri menyambut kedatangan Nate begitu kulihat dirinya berjalan masuk ke ruangan kami sore harinya.

Kulihat dirinya yang sedang berbicara di telepon, melirik ke arahku sambil tersenyum lalu menghilang dari balik pintu ruang kerjanya.

Aku kembali duduk.

Wajahku entah kenapa masih tersenyum padahal Nate sudah tidak terlihat.

Potongan perkataan Maya kembali terlintas.

Suami idaman.

Senyuman yang bikin lumer.

Sentuhan skin to skin.

Duhh May, kalo lu tau gue sama Nate udah lebih dari sekedar sentuhan skin to skin, apa reaksi elu ya.

Sodokan May, gue pernah ngerasain bukti hasratnya menyodok gue coba.

Gak cuma sekali, berkali-kali.

Dan sampe berapa malam gue tidur seranjang sama Nate.

Aku menggelengkan kepalaku, wajahku seketika memanas.

Ahh, gak bakalan terjadi lagi, kalaupun terjadi, paling cuma halusinasiku aja.

Mengingat kami yang belum bercakap-cakap sejak kepulangan kami dari Bali.

Deringan bunyi aiphone di meja membuatku berjengit kaget.

"Che, ke ruangan saya"

Suara berat Nate terdengar di telingaku begitu aku mengangkat gagang telepon. Dan dirinya kembali berkata dengan formal.

Aku berdiri dengan gugup begitu aku meletakkan gagang telepon pada tempatnya.

Ko jadi deg-degan begini sih, apa efek karena udah lama gak ketemu Nate?

Aku merapikan rok selututku, menunduk melihat kancing kaos poloku, berharap tidak membuat malu diriku sendiri membiarkan mata Nate melihat asetku lagi.

Dengan pelan dan tangan bergetar aku mengetuk pintu ruangan kerjanya.

"Masuk" Terdengar suara Nate dari balik pintu.

Dadaku bergemuruh begitu mataku melihat dirinya yang tersenyum ke arahku. Alisnya terangkat sebelah.

"Duduk Che" Perintahnya, lalu kembali menunduk menekuri lembaran kertas laporan yang tadi pagi aku letakkan.

Aku duduk di depan mejanya, sambil meremas telapak tanganku.

"Gimana kabarnya?" Tanyanya, tangannya meraih stabilo boss berwarna kuning dan memberi tanda di atas kertas.

Mataku malah memperhatikan tangannya yang sering menggenggam tanganku waktu di Bali.

"Che, gimana kabarnya?" Ulangnya lagi.

"Eh" Aku tersentak kaget.

"Kabar baik" Lanjutku.

Untung Nate masih menunduk, kalau tidak, bisa tertangkap basah lagi memperhatikan tangannya.

Nate mendongak.

Dirinya meraih tas kerjanya dan merogoh sesuatu dari dalam.

"Saya gak tau kalo kamu suka coklat atau nggak, kemarin saya ke pameran food and hotel Indonesia, saya mampir ke booth coklat, liat coklat inget kamu, manis"

Nate menyodorkan goodie bag berisikan coklat.

Keningku berkerut mendengar perkataannya.

Barusan Nate bilang aku manis?

Aku tersenyum dan tertunduk.

"Kalau gak suka kamu bisa kasih ke orang lain kok Che, gak kenapa" Suara Nate membuatku mendongak.

"Eh" Aku langsung menarik goodie bag ke pangkuanku.

"Makasih, saya suka coklat Pak, Bapak tau aja kesukaan saya" Kataku.

Nate tersenyum.

"Saya cuma mengira-ngira aja, perempuan kan kebanyakan suka makan coklat" Katanya.

"Gak semua perempuan suka coklat Pak, mereka kadang beranggapan coklat itu bikin gemuk" Kataku sambil membuka goodie bag dan mengambil coklat batangan yang terlihat menggiurkan.

"Tapi kamu gak takut gemuk?" Tanyanya.

Aku menggelengkan kepalaku.

"Saya suka coklat, karena coklat itu bisa ngilangin kadar stress" Kataku.

Nate menopang dagunya dengan kedua tangannya.

"Memangnya kamu lagi stress?" Tanyanya lagi.

Aku meringis mendengar pertanyaannya.

"Nggak kok" Jawabku cepat.

Ini kok percakapannya aneh ya. Nate menyuruhku kemari cuma pengen kasih coklat ini aja atau ada hal lain yang ingin di bicarakan?

Nate kembali menunduk menekuri lembaran kertas laporan.

"Um, Pak, saya boleh kembali ke meja saya?" Tanyaku.

Nate mendongak.

"Ada yang perlu kamu kerjakan? Saya kan belum kasih kamu kerjaan" Jawabnya lalu kembali menunduk.

"Gak ada kerjaan sih, tapi mau ngerasain coklatnya" Sahutku pelan dan terkekeh.

"Kamu bisa makan coklatnya di sini, saya kangen kamu, jadi jangan pergi kembali ke mejamu dulu"

Mataku membulat mendengar perkataannya yang terdengar santai. Tapi sukses membuatku merona.

Nate kenapa ya? Kok jadi terdengar kaya raja gombal.

Aku bergerak salah tingkah di atas kursi.

"Kok gak jadi di makan coklatnya?" Nate kembali mendongak.

Aku meringis.

"Bapak baik-baik aja kan? Apa lagi stress karena kerjaan? Saya dengar di kantor pusat lagi sibuk-sibuknya ya Pak"

"Kalo stress bapak bisa makan coklatnya" Lanjutku.

Nate menggeleng.

"Buat saya cuma pelukan yang ampuh ngilangin beban yang ada" Dirinya tersenyum.

Sedangkan aku kembali menunduk mengingat kilasan tubuh kami yang berpelukan.

Duh, ini kenapa aku jadi blushing terus sih.

Aku menggigit bibir bawahku.

"Kamu boleh print out lagi laporannya, yang saya tandain pake stabilo di delete aja, saya mau bikin brosur tempat-tempat chapel itu secepat mungkin, nanti filenya kamu masukin ke dalam flash disk ya Che"

Aku mengangguk mendengar perintahnya.

Lalu berdiri dan mengambil map yang Nate berikan.

Aku tersenyum.

"Baik Pak, terima kasih coklatnya"

Nate mengangguk dan membalas senyumanku.

Senyumannya itu bikin lumer, perkataan Maya kembali melintas.

Aku buru-buru memutar tubuhku dan berjalan cepat ke arah pintu.

Jangan sampai gue beneran lumer di depannya sambil bayangin perutnya yang berotot dan membayangkan tubuh kami yang bersentuhan skin to skin.

Ya ampun, otak gue mulai korslet gara-gara omongan Maya nih.

Tbc

Hohohohooo

Babang Nateeeee 😍😍 mulai action yakkk, semoga berhasil ya banggg

Filosofi JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang