29. satrio case close

10.5K 1.4K 152
                                    

Ditatap gitu sama babang, bikin aku merinding disko iyesss 😅😁😂

Eche POV

Aku memicingkan mataku melihat 2 sosok berlainan jenis yang baru masuk ke dalam restoran di mana aku dan Satrio sedang makan malam.

Kulihat Nate berjalan bersisian dengan seorang perempuan anggun, Nate masih kulihat memakai setelan jas yang sama seperti yang aku lihat tadi sore.

Setelan jas warna abu-abu tua melekat pas membalut tubuhnya yang berotot.

Semi jasnya itu tidak mampu menutupi otot bisep dan trisepnya dengan sempurna, aku kembali menelan ludah mengingat dirinya yang tadi melepas kemeja putihnya.

Entah apa yang dirinya lakukan stretching dengan bertelanjang dada di ruangannya dan yang membuatku melotot melihat bukti hasratnya yang menonjol di balik celana bahannya.

Wajahku kembali memanas.

Satrio menepuk punggung tanganku.

"Kenapa Che? Kok tiba-tiba muka lu merah gitu?" Tanyanya mengagetkanku.

Aku berdeham.

"Hehehe gak kenapa-napa, panas ya di sini, elu gak ngerasa panas Sat? Gue rasa AC di sini gak full ya" Kataku sambil mengibas-ngibaskan tanganku.

"Ahh AC nya dingin gini ko" Sahut Satrio.

"Elu kenapa tiba-tiba ngajakin gue makan malam, di restoran ini lagi, mewah banget, apa... Um, mau ngomongin soal lamaran gue itu ya?" Lanjutnya sambil nyengir.

Aku meringis.

Setelah aku berlari dengan cepat menutup pintu ruangan kerja Nate sore tadi, aku terduduk sambil mengatur nafasku yang memburu dengan debaran jantungku yang berdetak kencang.

Aku merapikan mejaku dan langsung keluar dari kantor tanpa perlu lagi melonggok ke dalam ruangan Nate, yang ada nanti malah aku beneran lumer untuk kesekian kalinya sesorean ini.

Aku menelpon Maya sembari menunggu kedatangan taksi online yang ku pesan di dalam toko mart seberang kantorku, aku sengaja tidak menunggu di ruang tunggu kantor karena takut melihat Nate yang mungkin akan pulang juga dan bisa saja Nate menawarkan untuk pulang bareng.

Mata ini pasti bakalan fokus mengecek pangkal pahanya apakah masih ada yang nonjol di balik celananya atau tidak.

Errrr, korslet lagi kan pikiranku ini.

Maya menjawab pertanyaanku dengan antusias ketika aku bertanya padanya, kalau kita selalu merasakan blushing berkali-kali dengan jantung berdebar-debar di dekat pria itu tandanya apa, fix, itu tandanya elu ada perasaan sama pria itu.

Aku langsung menutup sambungan telepon ketika dirinya bertanya, Nate bukan? Pria yang bikin elu kelojotan sampe panas Che? Whoaaaa.

Perkataannya membuat wajahku kembali memanas.

"Che, malah bengong, kita ngapain makan malam di sini? Kenapa nggak di restoran lain? Mewah lho ini" Tepukan tangan Satrio di punggung tanganku kembali kurasakan.

Dan di sinilah aku, di depan Satrio yang duduk di depanku, wajahnya yang tersenyum dengan binaran matanya yang lebih membuatnya terlihat tampan.

Aku sudah memutuskan untuk memberi jawaban pada Satrio.

Aku menarik nafas panjang.

Tidak enak juga menggantung lamarannya sekian lama.

Kalau memang tidak punya perasaan apa-apa lebih baik kasih keputusan sekarang.

Aku melirik ke arah meja di mana Nate berada. Cukup jauh dari pandanganku.

Aku menghela nafas.

Semoga keputusanku benar, menolak pria yang sudah menyukaiku sejak lama, selalu bersikap baik dan sopan terhadap ku, tapi malah memilih pria yang selalu memperlihatkan tonjolan bukti hasratnya kepadaku.

Ketika bis tujuan kita datang sekaligus 2 bis, dan tetibanya bingung ketika melihat sopir di dalamnya.

Ya ampun, makin melenceng jauh filosofi mengenai jodohku.

Aku menggigit bibir bawahku menatap wajah Satrio yang masih tersenyum.

Kembali mengingat kata-kata yang sudah ku susun rapi untuk mengutarakan maksudku, dan berharap tidak membuat Satrio kecewa dengan keputusan ku.

Aku menarik nafas panjang.

"Satrio" Panggilku.

Satrio kembali tersenyum, senyumannya tidak membuatku lumer seketika, dada ini tidak terasa berdebar melihatnya.

Hanya saja dadaku tercekat, berpikir mudah-mudahan persahabatan kami baik-baik saja setelah aku mengutarakan perasaanku.

"Satrio, elu itu pria yang baik, gue sangat beruntung memiliki elu dan Maya di kehidupan gue, dari dulu, kalian benar-benar nemanin gue, selalu membantu gue di masa-masa susah gue, sampe sekarang" Aku tersenyum ke arahnya.

Satrio meraih tanganku dan meremasnya pelan.

Aku menarik nafas panjang sebelum melanjutkan perkataanku.

"Sangat beruntung menjadi perempuan yang elu sayangin, entah apa yang lu liat di diri gue, padahal banyak perempuan di luar sana yang menginginkan elu menjadi kekasihnya"

"Maaf Sat, gue gak bisa jadi mantu ibu elu, seharusnya gue bertemu dan berbicara langsung ke bu Sulis, tapi gue belum sanggup, mungkin nanti" Aku memelankan suaraku, Satrio meremas tanganku lebih erat.

Dirinya tersenyum ke arahku.

Tidak terlihat kekecewaan di matanya.

"Sat" Panggilku.

Satrio masih tersenyum.

"Kalo elu mau bertemu dan ngomong langsung sama ibu, gue temanin, gue berterima kasih karena elu gak terima lamaran gue" Katanya.

Keningku berkerut bingung mendengar perkataannya.

"Kalo elu nerima lamaran gue, gue malah tertekan Che, karena gue tau elu ga ada perasaan khusus ke gue, kalo kata orang, jalanin aja, cinta akan hadir dengan seiringnya waktu, gue gak terlalu percaya hal itu, mungkin untuk kebanyakan orang bisa terjadi, tapi kita harus ingat, cinta tidak bisa dipaksain cuma karena perasaan gak enak nolak"

Satrio meremas tanganku lagi.

"Dan gue harap persahabatan kita gak jadi canggung karena hal ini ya Che"

Aku tersenyum dan berdiri, menarik tubuh Satrio dan memeluknya erat.

"Makasih Sat, makasih" Kataku tanpa sadar air mataku berlinang.

Satrio menangkup wajahku, ibu jarinya mengusap air mataku.

"Gak usah nangis ah, santai aja, kita mulai pesan makanan ya" Kata Satrio sambil menggiring ku untuk kembali duduk di kursiku.

Aku tersenyum.

"Semoga elu bahagia dengan pria yang akan menjadi pendamping elu ya Che" Ucapnya tulus begitu dirinya kembali duduk di depanku.

Aku mengangguk.

"Gue selalu berpendapat, perkataan itu adalah doa dan perkataan yang baik itu akan berbalik ke diri kita sendiri, jadi..." Aku menarik nafasku dalam-dalam.

"Doa yang sama untuk elu Sat, semoga elu juga menemukan perempuan yang bisa membahagiakan elu, perempuan yang mencintai elu, love you as always Sat" Lanjut ku.

Kami berdua tersenyum.

Dan mulai memesan makanan, tanpa ku sadari tatapan tajam menatapku dari meja yang berada cukup jauh dari meja kami.

Tbc

Satu masalah clear, tinggal masalah menyatukan ketakutan Eche dengan gedenya nafsu babang Nate 😂😂😂

Filosofi JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang