11. TERCYDUK

6.5K 365 9
                                    

Kinal POV

Mungkin jika ada yang mengatakan cinta tak pernah salah melepaskan anak panahnya, dan Cinta itu tak pernah salah pula memilih pada siapa dia hendak hinggap dan bersemi pada sarangnya.

Mungkin demikian juga dengan cinta yang kurasakan padanya saat ini. Jika cinta adalah nafas, maka aku akan hidup seabad lamanya, bila cinta adalah keindahan, maka aku ingin selalu memandangnya, bila cinta adalah luka, maka aku takkan pernah peduli betapa sakitnya, jika cinta adalah hidup, maka aku tak pernah perduli seberapapun pahitnya itu, bila cinta adalah air mata, aku akan tetap tersenyum, agar kamu tahu aku ingin terus mencintaimu, dan begitu tulus menyayangimu, Veranda.

Disini aku berdiri diambang pintu kamarku bersedekap dada, memandang kearahnya yang sedang sibuk menyiapkan makanan didapur. Jarak dapur dengan kamarku tidak lah jauh, apartemenku juga tidak begitu luas, maka aku bisa dengan leluasa melihatnya dari pintu kamarku.

Senyumku mengembang selalu melihatnya begitu repot menyiapkan makan siangku. Aku dengan lekat memperhatikan setiap gerak geriknya.

Sesekali dia kepanasan jika memegang sendok penggorengan yang sudah panas. Rambutnya dia kuncirkan keatas hingga leher jenjangnya yang putih terlihat sangat menggoda. Ada untungnya juga aku sakit, hahaha, suara kemenangan seolah menguasaiku.

Ternyata baju ku terlihat longgar untuknya. Ve sengaja mengganti pakaiannya dengan pakaianku, yah hanya baju kaos yang bisa dia pakai, dan celana pendek sepaha menggantikan rok kerjanya.

Pemandangan yang indah ini sedikit terusik dengan suara dering ponsel nya yang ada didalam kamar. Namun masih tidak ku gubris.

"Nal...tolong angkat teleponnya.."ucapnya sedikit teriak dengan belum menyadari aku sedari tadi memandangnya dengan lekat.

Tak ada sautan dariku, pikiranku acuh dan lebih asik memandang bidadariku itu.

"Nal..kamu dengarkan.."ujarnya lalu membalikkan tubuhnya kearahku dimana aku masih asik berdiri diambang pintu kamarku, menyender badanku ke dinding dan mensedekapkan kedua tangan didadaku dan tanpa berkedip memandangnya, tersenyum seperti orang gila melihat bidadari khayangan nyasar didapurku.

"kinaaal..."teriaknya, dan tangannya terlihat memegang sendok penggorengan.

"aahh..ya Ve..kamu manggil aku?"cengoku dan membalas senyum padanya

"angkat teleponnya Nal.."pintanya manja

"aahh iyaa...."jawabku agak kecewa lalu masuk kedalam kamar dan mengambil ponselnya.

Tertera nama Jeje disana.

"hallo.."jawaku

"Ve..lo dimana?"tanya suara cempreng diseberang sana

"Ve lagi masak Je, ada apa?"tanpa merasa bersalah aku menjelaskan dimana Veranda.

"Apa?"masak?eeh ini siapa?"tanya nya beruntun dan terdengar suara yang sangat ribut didekat Jeje.

"Gua..masa lu lupa suara gue."ketusku

"eh kang cendol, mana gue tau lu siapa. Ini masih nomor Veranda kan?"tanya nya lagi membuatku kesal

"eh..kang parkir, lu kok nyolot sih, iya ni nomor ve, lu mau apa, ntar gue sampein"ucapku tak kalah sengitnya

"ya elah lu makin buat gue naik darah ye, lu sapa sih, main angkat hp nya Ve segala."cecar jeje lagi

"eh terserah gue dong, mau angkat mau kagak, kok lu yang marah."ucapku berdecak pinggang seolah Jeje ada dihadapanku.

"eh .. lo mau cari ribut sama gua, panggil Ve cepat, penting inih.."terianya membuat telingaku bengang.

"KINJIRARETA FUTARI (KINAL_VERANDA)"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang