48. RESTU UNTUK MELIDS

4.3K 291 54
                                    

Melody POV

Aku tau mungkin aku sudah keterlaluan terhadapnya. Dia yang 2 tahun ini selalu mencoba meraih hatiku, dia yang selalu berusaha untuk mendapatkan sedikit perhatianku untuknya, namun ketika aku sudah meyakini hatiku namun masih terhambat oleh restu papa. Aku tau papa menginginkan aku memiliki pendamping yang mampu melindungi dan mengayomiku. Namun secara tersirat papa menginginkan calon menantu seorang laki-laki. Walau tidak menutup kemungkinan papa kembali memiliki menantu seperti Kinal adik Iparku.

Sulit memang untuk menerobos dinginnya hati papa, begitu juga mengambil restunya. Semua itu sudah terlihat bagaimana kuatnya perjuangan Kinal dan Ve waktu dulu. bagaimana kerasnya usaha Kinal dan pengorbanannya untuk berada diposisi saat ini. aku bahagia melihat kehidupan bahagia keluarga kecil adikku itu. kehidupan mereka semakin sempurna dengan kehadiran Keyza dan Kenzu keponakan kembarku yang semakin hari semakin besar, dan tahun depan mereka sudah berumur 17 tahun, dan ditambah lagi akan hadirnya anggota baru lagi nantinya yang akan di lahirkan oleh Ve adikku sendiri. Papa dan mama begitu bahagia dimasa tua mereka saat ini, walau aku terkadang juga pernah melihat papa dan mama secara tidak langsung menginginkan seorang menantu laki-laki dikeluarga ini.

Hatiku terasa remuk dengan kenyataan itu. aku ingin membahagiakan kedua orangtuaku yang sudah dengan banyaknya kasih sayang yang mereka limpahkan padaku. Aku tidak pernah kekurangan apapun. Ketika cintaku untuk Kinal dulu telah terenggut dan berjalannya waktu cinta itu dengan sendirinya berubah, aku menyayangi Kinal sebagaimana aku menyayangi Ve adikku sendiri. Namun kehadiran seseorang yang mampu menghangatkan kembali bekunya hatiku yang sudah bertahun-tahun lamanya. Bunga indah itu kembali bermekaran di dalam jiwaku, dengan kehadiran dia. dia yang mencuri hatiku, Lidya Maulida Djuhandar.

Disini aku saat ini, menemaninya makan siang, tepatnya aku menyempatkan waktu ku mengantarkan makan siang nya, dia yang selalu ceroboh dengan asupan tubuhnya, yang di dahulukan pekerjaan dan pekerjaan. Dan saat ini aku juga ingin meminta maaf padanya karena perihal tadi malam ketika bermalam dirumah Ve dan Kinal.

"lid..makan dulu, nanti kerjanya.."ujarku mendekat kearahnya dan menyodorkan sendok yang berisi nasi serta sayur kedekat mulutnya.

Lidya membuka mulutnya dan mengunyah makanan yang kusuap.

"khamu mashaknyha khapan, enhak banghet.."ucapnya masih dengan mulut terisi penuh.

"kunyah dulu baru ngomong.."ujarku mencubit pipinya.

Aku tersenyum melihatnya meringis kesakitan. Terlihat imut sekali, manjanya membuatku semakin merindukan sikap kekanak-kanakkkannya. Namun dibalik itu dia begitu dewasa, walau umurku dan dia terpaut jauh.

Aku tau usiaku tidak muda dan sudah dikatakan sangat matang dalam berumah tangga. Aku memamg tidak pernah menuntutnya untuk secepatnya melamarku dan mempersuntingku. Dan aku tau ketakutannya kepada papa karena sikap papa yang dingin terhadap dia. aku rasa itu wajar, karena Kinal dulu juga merasakannya, bahkan lebih dari apa yang lidya rasakan saat ini. namun beda Kinal beda Lidya dalam menghadapi papa. Kinal memang terang-terangan mengibarkan bendera perang nya dengan papa apa lagi dengan permasalahan perusahaanku dulu. namun lidya justru terlihat seperti tidak bergerak, namun aku sangat yakin ada saatnya jalannya bisa untuk mendekati dan mengambil hati papa.

"kamu jadi sore nanti main golf sama papa..?"tanyaku masih menyuapinya.

"jadi sayang...kamu ikut?"tanya lalu membawaku dalam pangkuannya.

"hmm..gak deh yang, kamu aja, kan sama Kinal juga."ujarku lalu meletakkan tempat makanan yang kupegang dari tadi diatas meja kerjanya.

Lalu meletakkan dan merangkul lehernya. "sayang, maaf tadi malam aku udah jahat sama kamu.."ucapku dengan penuh penyesalan. "habisnya kamu lancang gitu, aku gak suka kamu ambil kesempatan. Kamu diajarin Kinal ya..?"tanyaku lagi memburu.

"KINJIRARETA FUTARI (KINAL_VERANDA)"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang