Confronted with Warlord

3.4K 333 24
                                    

Ashura berjalan tergopoh-gopoh menuju sebuah ruangan yang terletak di tengah-tengah lorong itu. Ia membuka pintu tanpa mengucapkan salam dan menemukan Indra tengah menopang dangunya. Tampak melamun.

"Ada apa gerangan sampai kakakku bermuka masam? Kau membuat seluruh penghuni istana khawatir." Tanya Ashura tanpa berbasa-basi. Indra mengerutkan satu alisnya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedang bosan." Kilahnya. Ashura tentu tidak percaya begitu saja. Kakaknya ini agak aneh, sulit untuk mengekspesikan apa yang ingin ia sampaikan. Sehingga ia lebih banyak menyimpan semua masalahnya seorang diri alih-alih mengatakannya secara gamblang.

"Ayolah, kau bisa bercerita padaku. Aku sudah mengenalmu selama bertahun-tahun kak." Bujuk Ashura. "Jika kau terus memasang muka jelek seperti ini. Jangan salahkan aku jika pelayan dan prajurit di istana akan gelisah selama beberapa hari. Dan jika hal itu terjadi, maka kesehatan mereka akan menurun kemudian pihak lawan akan memanfaatkan momen ini untuk menyerang balik." sambung Ashura.

Indra mendengus kecil, sejak dahulu Ashura memang paling pandai membujuk orang.

"Tidak begitu penting sebenarnya, tapi orang-orang desa di pegunungan itu membuatku kesal. Mereka menuduhku menggoda gadis dari desa itu." Ucap Indra kesal. "Mereka belum tahu dengan siapa mereka sudah mencari masalah." Sungutnya.

Ashura nampak tergelak dibuatnya. "Ya, mereka hanya penduduk desa biasa kak. Bukannya berlebihan jika kau sampai berniat mengempur desa itu hanya karena kesalahpahaman?" Hibur Ashura. "Tidak baik jika reputasi Oda sampai jatuh jika sang pemimpin membunuh rakyat yang tidak bersalah." Bujuknya.

Indra mendengus remeh, "aku tidak peduli pada penduduk desa itu. Tapi aku punya urusan dengan gadis yang itu." Ucap Indra.

Ashura mendelik, "kak, jangan bilang kau akan menghukum gadis desa itu. Ia pasti tidak tahu siapa yang ia hadapi waktu itu." Bujuk Ashura lagi.
Indra memutar wajahnya menatap langit-langit, ia memikirkan sesuatu dan mulai menjelaskan alasan kenapa ia tertarik kepada gadis itu.

"Gadis itu berbeda dengan gadis-gadis yang selama ini kutemui. Aku tidak pernah bertemu sosok perempuan Jepang dengan rambut dan warna mata yang terang seperti miliknya. Aku jadi penasaran..." ucap Indra. Ashura menautkan alisnya bingung.

"Jadi, kau tertarik padanya karena dia cantik?" Celetuk Ashura menahan tawa gelinya. Indra mendengus kecil, bibirnya membentuk seringai tipis.

"Tidak cuma cantik, dia punya kulit yang halus dan postur tubuh jenjang yang baik." Ucapnya. "Ia dipuja sebagai dewi, dan aku jadi penasaran karenanya." Ucap Indra.

"Kak, apa dia seorang gadis kuil?! Kau tidak benar-benar berniat untuk mengambil pendeta wanita sebagai selir kan? Wanita kuil adalah orang suci. Kau tidak bisa sembarangan, dewa bisa murka jika kau melanggar batas!" Tegur Ashura.

Sayangnya Indra mengabaikan peringatan adiknya. Pria itu tetap berniat kembali ke desa itu untuk merebut gadis muda bernama Sakura itu. Sejak pertama kali bertemu dengannya di danau, entah kenapa ada desiran aneh yang menjalar di hatinya. Dan Indra jadi penasaran, apakah hal itu masih sama setelah gadis itu ada di sisinya atau tidak?

.

.


Sakura tertawa girang saat ia bermain permainan tradisional dengan bocah-bocah kecil yang ada di desa. Ia yang terbiasa hidup dalam suasana perkotaan modern Tokyo merasa kembali pada masa kecil saat ia bermain-main dengan permainan tradisional yang hanya mengandalkan segala sesuatu di sekitarnya. Hal itu tentu menjadi pengalaman baru baginya yang hanya tahu permainan zaman dahulu dari internet dan musium. Namun keceriaan itu tidak berlangsung lama, orang-orang desa yang tadinya beraktivitas nampak berkerumun di sekitar jalan desa. Suara tapak kuda yang asing terdengar seirama di jalan depan desa.

Tale of Spring Goddess and Two Warrior (IN REPAIR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang