Pagi menjalar disepanjang kaki langit, cicit pertama dipagi setelah subuh kembali menyapa saat Sakura mulai merapikan kimononya, waktu sudah beranjak ketika ia menemukan Mai yang tersenyum dengan wajah cerah. Seperti janjinya kemarin bahwa mereka akan pergi diam-diam menuju kota, Sakura sudah memberitahu Sasuke mengenai keinginan rahasianya. Awalnya sang pengawal menolak karena tak ingin mendapatkan masalah, namun sedikit bujuk rayu dan air mata buaya berhasil membuatnya luluh. Suatu kebetulan Indra baru saja berangkat ke wilayah lain untuk suatu kepentingan tengah malam tadi, membuat rencana sang Dewi dan dayangnya berjalan dengan mulus.
Sakura mengelung rambutnya, ia memakai selendang yang menutupi rambutnya agar tidak menarik perhatian, Mai sudah menunggu di pinggir hutan sementara Sasuke menyiapkan kuda yang akan mereka gunakan.
"Kita harus segera kembali sebelum Indra-sama pulang," ucap Sasuke ketika Sakura melompat ke pelana kuda.
"Hai-hai!" Seru Sakura dengan tatapan santai, Sasuke berdecak kecil dan akhirnya ikut naik ke kudanya. Mereka memacu kuda melewati gerbang belakang yang sengaja dibuka untuk kereta yang membawa jerami dan bahan pangan, Sasuke sedikit memberikan sogokan agar penjaga membiarkannya lewat.
Suasana terasa sejuk ketika gadis itu menapak pada udara hutan di pagi ini, burung-burung yang bercicit merdu menjadi melodi yang menenangkan untuk didengar. Sakura menutup matanya, menikmati tiap belai angin yang menyapu wajahnya. Sasuke yang berada di belakangnya, masih mengendalikan tali kekang dengan hati-hati memperhatikan jalan. Sesekali netranya jatuh pada sosok dengan surai merah muda itu.
"Festival di kota tidak begitu menyenangkan," komentar Sasuke, "aku ingat dua tahun lalu saat Koeno-san mengiring anak buah yang lain ke sebuah rumah bordil, padahal hari itu seharusnya kami berjaga di sepanjang pintu festival."
"Koeno-san tidak juga kembali setelah aku berhasil kabur saat mereka tengah mabuk,"
Sakura tidak begitu ingat mengenai kejadian dua tahun lalu karena Sasuke belum menjadi penjaganya, tapi Sakura lebih banyak menghabiskan waktunya bersama dengan Indra. Sakura jarang pergi ke festival kota karena Indra membenci keramaian, seiring pamornya yang makin naik kebebasan yang dirasakan sang shogun mulai berkurang, ia tak lagi bisa keluar sesuka hati disekeliling kota.
"Para Geisha pasti cantik sekali ketika mereka memainkan musik." Ucap Sakura, "aku tak pernah datang ke kedai secara langsung karena Indra mengundang mereka secara khusus ke istana."
"Mereka bukan geisha, Hime. Tapi Tayu atau Oiran."
Sakura mengangguk-angguk kecil, "hu'um?"
"Apa yang membedakan Tayu dan Geisha?"
Sasuke menatap netra klorofil itu dalam, "Geisha bukan wanita sembarangan, mengundang mereka juga tidak murah." Jawab Sasuke cepat, "kalau bukan pengawal Indra-sama, seumur hidup saya hanya akan melihat geisha saat mereka berjalan menuju kedai teh."
"Karena itu mereka memilih Tayu karena lebih terjangkau?" Sakura terkekeh kecil dan Sasuke nanya mendengus pendek.
"Oh ya apa saja yang kau temukan mengenai festival di kota?" Tanya Sakura lagi, Sasuke memutar matanya.
"Kue-kue dan banyak pedagang berjualan pakaian." Jawab Sasuke, "mungkin apa yang menurut saya membosankan justru akan terlihat menarik bagi anda."
"Aku selalu suka festival," ujar Sakura tanpa sadar, "tempat yang ramai, permainan yang menyenangkan dan tawa anak-anak selalu membuatku takjub."
"Apakah di khayangan juga mengadakan festival?" Tanya Sasuke penasaran, Sakura terkekeh kecil.
"Tidak juga, tapi setiap setahun sekali kadang aku datang ke festival manusia." Ujar Sakura sedikit berbohong walau tak sepenuhnya salah, ia memang pernah pergi ke festival di kuil yang tak jauh dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Spring Goddess and Two Warrior (IN REPAIR)
FanfictionPada zaman dahulu, ada sebuah kisah dimana seorang dewi yang jatuh dari langit bertemu dengan seorang penguasa wilayah dari klan Oda. Dikatakan, keberhasilan penguasa Oda dalam tiap peperangan karena adanya seorang dewi keberuntungan yang menjadi se...