..
Subuh mulai menyapa setelah kokok ayam bersahut-sahutan di pagi hari. Walau langit masih gelap dengan gradasi biru tua, bintang-bintang dikaki langit pun masih berkedip. Sang mentari belum nampak tetapi garis api berwarna oren sudah bermunculan di sisi pegunungan bagian ufuk timur.
Sepasang onyx itu baru saja terbuka, ia menguap kecil dan melangkah menuju belakang dapur dan mencuci mukanya. Lentera masih menyala dan suara kesibukan di tempat itu sudah terlihat.
"Hai, kalau kau sudah bangun bantu-bantulah di sekitar kandang kuda!" Tegur sesosok pria dengan kimono tebal. Pemuda itu membungkuk sopan dan segera bergegas.
Ia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian baru, dan mulai mengerjakan pekerjaan yang bisa ia kerjakan. Membersihkan kandang kuda atau membantu pelayan-pelayan lainnya mengantarkan bahan makanan menuju dapur.
Pemuda berambut hitam itu bernama Sasuke. Sudah berbulan-bulan ia turut dalam marga Oda sejak pertempuran di wilayah Barat Laut pecah, sang junjungan klan Oda membawanya ke tempat ini dan ia memutuskan untuk mengabdi. Sasuke masih muda, usianya belum genap enam belas ketika ia terjun ke medan laga waktu itu. Ia hanya dapat bersyukur bahwa ia masih hidup.
Posisinya adalah prajurit rendah, sehingga terkadang saat hari -hari biasa diluar pertempuran ia harus membantu pelayan-pelayan di dapur dan kandang kuda. Sesekali ia juga turut membersihkan manshion besar sang junjungan. Sasuke menyembunyikan identitasnya sebagai anggota klan Uchiha cabang. Sehingga tidak ada yang tahu silsilah keluarganya, ia yang tidak pernah menyentuh kotornya alat kebersihan harus membuang segala egonya demi dapat mengabdi pada klan Oda. Dan di saat itu pulalah, Sasuke bertekad untuk menjadi samurai tangguh yang lebih dari kakaknya. Ia akan mengabdi pada Oda, dan setia pada junjungannya sampai kapanpun.
"Pertempuran di Senjuyama sebentar lagi pecah, apakah kau sudah menyiapkan mentalmu, Sasuke?" Tanya sosok pemuda yang lebih tua empat tahun dari pemuda berambut hitam jabrik itu.
Sasuke tidak menyahut, namun kerling di matanya menampakkan keraguan. "Entahlah..." ucapnya mengambang. "Tapi jika akhirnya aku harus terjun di garis depan... aku akan melakukannya." Ucapnya mantap.
Pemuda bernama Temujin itu nampak terkekeh, sepertinya ia cukup salut pada Sasuke. Ia masih muda namun semangat juangnya sangat tinggi. "Usiamu masih belum genap enam belas bukan? Kau masih sangat muda, jalanmu masih panjang." Ucapya mantap.
"Hai-hai kau sendiri juga masih belum genap dua puluh Temujin-san, jangan bicara seolah kau ini kakek-kakek tua yang besok sudah menjemput ajal." Ledek Sasuke. Temujin tertawa nyaring.
Keduanya sempat saling bercanda ketika tiba-tiba seorang kepala prajurit menegur mereka dan keduanya segera kembali ke pos masing-masing untuk berjaga.
.
.
"Anda tidak perlu risau Sakura-hime." Ucap seorang dayang menenangkan gadis itu. Langit mulai gelap ketika genderang perang pertempuran Senjuyama pecah di malam itu. Dari atas istana Utara Owari, Sakura dapat melihat rentetan pasukan Ootsutsuki Indra yang menerjang pegunungan bagai kawanan semut. Panji-panji berkibar di tiap regu pleton.
Dan klorofilnya dapat menangkap sosok tegap diatas kuda hitam miliknya, nampak gagah dengan pakaian tempur berplakat emasnya. Suara sahut-sahutan, teriakan peperangan dan gempuran senjata memecah keheningan di malam yang mulai merangkak menuju puncak tersebut.
Sakura berpaling dari jendela, melangkah tergesa menuju lantai bawah untuk kembali ke ruangannya. Walau ia sudah tahu akhir dari pertempuran ini, tapi tetap saja ia tidak kuasa melihat pertempuran lagi. Kematian di depan matanya beberapa waktu yang lalu telah membuatnya ketakutan. Dan Sakura tak ingin melihatnya lagi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Spring Goddess and Two Warrior (IN REPAIR)
FanfictionPada zaman dahulu, ada sebuah kisah dimana seorang dewi yang jatuh dari langit bertemu dengan seorang penguasa wilayah dari klan Oda. Dikatakan, keberhasilan penguasa Oda dalam tiap peperangan karena adanya seorang dewi keberuntungan yang menjadi se...