Jejak subuh mulai nampak ketika Sakura membuka matanya suara bising yang mengganggu pendengaran membuatnya terbangun lebih awal. Ia bisa mendengar Shi dan kawan-kawannya mulai membereskan perkemahan. Sakura berdecak kecil, padahal ia baru saja bisa menutup matanya ketika tengah malam akibat tak terbiasa tidur di tengah hutan.
"Apakah kita mulai berangkat?" Tanyanya.
Sho mengangguk, "kau bangun sangat awal, ne, Hime."
"Suara kalian sangat keras sehingga aku pun tak bisa tidur nyenyak." Gerutu Sakura, namun ia kemudian merapikan kimononya dan melangkah menuju kuda yang berada tak jauh darinya. Tenda-tenda sudah dibereskan dan nyala api unggun sudah dipadamkan. Mereka siap untuk perjalanan selanjutnya.
"Jadi kita akan datang ke istana yang membayar kalian untuk menculik ku?" Tanya Sakura. Shi meliri Atsu, sedikit memuji betapa tenangnya gadis itu, Sakura bertingkah seperti yang ia hadapi sekarang hanyalah perjalanan biasa bukan penculikan yang akan menggemparkan Owari.
"Terkadang kami jadi heran, kau bertingkah seperti orang yang sedang perjalanan bukan sebagai seorang sandera." Kekeh Atsu.
Sakura mendengus kecil, "sama seperti yang kubilang sebelumnya, bertingkah histeris hanya akan membuatmu terlihat bodoh dan aku tidak suka itu."
"Semakin cepat pekerjaan kalian usai maka kalian akan segera pulang dan segera pula Indra akan mencariku." Ujarnya.
"Kau berkata seolah semua ini sangat mudah, Hime." Ujar Sho.
Sakura tersenyum kecut, "kemenangan Oda bukan hanya kebetulan." Tukasnya sedikit menyombong, para pria itu kembali terbelalak. Mereka memang pernah mendengar bawang sang Dewi mampu meramal masa depan dan kemenangan Oda Nobunaga tidak lain sudah di ramalkan oleh gadis itu, apakah penculikan ini juga sudah diperkirakan oleh Sakura sebelumnya?
Sakura kembali tersenyum misterius dan kemudian memacu kudanya yang disusul oleh para bandit yang menculiknya.
Mereka menelusuri hutan-hutan dan kemudian sampai ke pinggir kota yang tidak terlalu besar Sakura tidak tahu dimana ia akan di bawah namun ia berpikir tempat ini pasti salah satu wilayah dari lawan Indra. Sakura mengambil selendang dan menutupi rambutnya yang mencolok ia tak ingin menarik perhatian karena kudanya malas saat melewati jalanan kota kecil itu, beberapa orang terlihat sedikit tertarik karena posturnya yang mungil menunjukkan bahwa ia adalah seorang gadis dan sepertinya jarang sekali gadis dengan kimono mewah melewati kota itu.
Kota ini memang bukan kota miskin tapi tetap saja hampir tak ada siapa pun yang akan membiarkan seorang gadis menaiki kuda seorang diri apalagi diiringi dengan segerombolan pria-pria dengan pakaian lusuh yang yang pastinya dianggap bandit oleh siapapun yang melihat mereka.
"Kita akan menuju istana di depan itu!" Seru Sho.
Sakura mengangguk kecil, dan memacu kudanya. Para bandit yang menculiknya turut serta mengiringi dirinya dan mereka masuk ke dalam gerbang. Sakura mengerutkan keningnya melihat lambang yang tak asing berada di gerbang dalam istana yang baru saja ia datangi.
"Akechi?!" Pekik Sakura kecil.
Sakura melirik Sho dan kawan-kawannya, ia melompat dari kuda dan menemukan beberapa prajurit berjaga dengan waspada di sekitar mereka. Sepertinya walau gerombolan mereka adalah bandit bayaran yang disewa oleh akechi secara langsung mereka tidak terlalu percaya pada para bandit itu.
Sungguh sebuah ironi namun hal yang sangat wajar, batin Sakura miris.
"Tak kukira bahwa sang Dewi owari akan datang ke sini dengan begitu mudah." Seorang pria tua tiba-tiba muncul dari balik kerumunan prajurit yang mengepung mereka, pria itu sebenarnya tidak terlalu tua namun garis kedewasaan yang telah lalu terlihat jelas di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Spring Goddess and Two Warrior (IN REPAIR)
FanfictionPada zaman dahulu, ada sebuah kisah dimana seorang dewi yang jatuh dari langit bertemu dengan seorang penguasa wilayah dari klan Oda. Dikatakan, keberhasilan penguasa Oda dalam tiap peperangan karena adanya seorang dewi keberuntungan yang menjadi se...