DREAM #1

963 205 38
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

14 November, Awal Musim Dingin.

Kamu
Ruang kelas XI-A, 12.14 (Kamis)

"Hey, Wanna Our akan merilis album baru dalam waktu dekat. Kau sudah dengar itu?"

Kamu menoleh, mendengar pembicaraan Mijoo dan Jisoo yang berada tepat satu meja disisi mejamu.

Wanna Our, boygroup yang sedang naik daun saat ini memang digemari hampir setengah populasi perempuan di sekolahmu. Tidak terkecuali, dirimu sendiri.

Tapi kamu berbeda. Kamu menyukai mereka diam-diam. Tak ada yang tahu bahwa kamu juga sama seperti teman-teman perempuan lain di sekolahmu. Kecuali teman dekatmu, Eunbi dan Sujeong.

Tentu saja, bukan karena perasaan malu yang mendasari hal itu. Namun finansial.

Kamu menyukai mereka, namun kamu tak memiliki cukup uang simpanan untuk membeli album dan mendatangi acara mereka. Ada, sih uang. Tapi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan pribadimu saja, tidak lebih. Atau kamu harus siap diomeli orangtuamu jika membeli sesuatu yang sebenarnya tak perlu.

"Tentu saja! Aku sudah memutuskan untuk datang ke fansign mereka kali ini"

Jisoo menanggapi pertanyaan yang diajukan Mijoo tadi. Kamu mengenal Jisoo. Gadis itu memang memiliki keluarga yang cukup kaya untuk memenuhi apapun keinginannya. Biaya puluhan bahkan ratusan album untuk datang ke fansign mungkin tidak seberapa baginya.

Kamu menyembunyikan wajahmu diantara lipatan tanganmu. Kamu juga ingin bertemu Wanna Our. Kamu ingin ikut dalam fansign mereka.

Perlahan kamu meraih sebuah buku catatan kecil dari dalam laci mejamu dan mengambil sebuah pena.

Kamu membuka halaman tengah buku catatan itu. Tepat dipinggir halaman tengah, terdapat tempelan memo berwarna kuning bertuliskan :

Question of Life

Pertanyaan kehidupan. Ya, memang benar demikian. Buku catatan kecilmu yang kira-kira setebal seratus enam puluh halaman itu terbagi menjadi dua.

Delapan puluh halaman pertama untuk Dream dan delapan puluh halaman sisanya untuk itu, pertanyaan kehidupan.

Kamu menggoreskan pena perlahan pada lembar question of life.

Pertanyaan #87. Bagaimana ya rasanya bertemu dengan idola yang disuka?

Pertanyaan sepele semacam itulah yang selalu kamu tulis, disamping impian-impianmu. Memang tampak seperti hal yang tak penting, namun kamu tahu bahwa itu tidak demikian.

Seperti halnya impian, akan terasa menakjubkan jika pertanyaan-pertanyaan ini terjawab pada waktunya nanti.

Kamu tersenyum, menutup buku itu dan menyimpannya kembali kedalam laci meja. Tepat sesaat setelah itu, kedua sahabatmu menghampirimu di meja sehabis dari toilet.

"(Y/n)! Ayo makan siang! Aku lapar," ujar Eunbi, didepan mejamu.

"Ayo makan, sebelum aku mati kelaparan," sahut Sujeong, sembari menepuk perutnya.

Kamu tertawa kecil dan beranjak dari kursi.

"Yuk! Aku juga sudah lapar"

**

Lapangan outdoor sekolah, 12.40

Kamu dan dua sahabatmu sudah selesai makan di kantin sekolah. Deretan siswa yang mengantri untuk makan siang tidak cukup banyak, alhasil kalian bertiga makan dengan cepat.

Kamu berjalan melewati koridor sekolah dan tiba di lapangan pekarangan sekolah. Lapangan outdoor itu cukup besar, hingga dapat dijadikan lapangan basket dan lapangan futsal disisi yang lain.

"Kelas masih dimulai sekitar kira-kira satu setengah jam lagi. Mau duduk sini saja?" tanya Eunbi.

Kamu mengangguk dan mendahului kedua temanmu untuk duduk di tangga yang mengitari setengah lapangan outdoor di sekolahmu.

"Teman-teman, kurasa aku mau kekelas duluan," kata Sujeong.

Gadis berambut panjang kecoklatan itu masih berdiri, sementara kamu dan Eunbi sudah dalam posisi duduk.

"Kau belum mengerjakan tugas untuk nanti?" tanyamu.

Sujeong menggeleng cepat.

"Tidak, tidak. Aku sangat mengantuk. Aku mau tidur di kelas saja. Lagipula aku masih ada les setelah Yaja nanti," ujarnya, lemas.

"Baiklah. Tidur saja, daripada kau lelah nantinya," ucapmu.

"Terimakasih. Ah, aku mengantuk sekali. (Y/n), aku pinjam kamusmu ya. Sebagai bantal hehe," kata Sujeong, meringis dan menggaruk kepalanya.

Kamu tertawa kecil dan mengangguk.

"Pakai saja," katamu.

Sujeong melambai padamu dan Eunbi dan setengah berlari, ia kembali ke kelas.

Sekarang kamu duduk berdampingan dengan Eunbi. Teman baikmu yang satu itu, sudah bersama denganmu sejak sekolah menengah pertama. Ia tahu semua tentangmu, jika dapat dikatakan.

"(Y/n), ada Donghyun," ucap Eunbi, memandang seseorang berperawakan tinggi yang sedang bermain basket di lapangan.

Kamu yang tadinya menoleh pada Eunbi, sontak melihat kejauhan. Kim Donghyun, lelaki itu ada disana. Bermain basket bersama teman-temannya, di awal musim dingin.

"Lalu?" tanyamu.

"Tidakkah kau tahu? Dia menyita banyak perhatian pada acara penampilan bakat tahunan di sekolah, minggu lalu," ujar Eunbi.

Gadis itu menoleh kearahmu. Kamu mengedip-kedipkan matamu, tampak sedikit bingung.

"Aku.."

"Ah, ya benar. Kau tidak masuk saat kegiatan itu. Dia sangat keren. Menulis lagunya sendiri dengan aransemen luar biasa. Bahkan kepala sekolah sampai memberikan standing applause padanya," ujar Eunbi dengan tatapan penuh kekaguman.

"Benarkah?"

Eunbi mengangguk.

"Ia menjadi populer sejak saat itu, kau tahu. Ditambah lagi penghargaan juara tim basket yang musim panas lalu didapat oleh timnya," kata Eunbi lagi.

"Ah, seperti itu. Hey Eunbi, tidakkah kau pikir akan menyenangkan jika menguasai banyak hal?" tanyamu.

Eunbi menoleh kearahmu.

"Seperti Donghyun itu?"

***

Note :

Hai ♡ Semoga suka dan betah sama story baruku ini >ㅅ<

Aku memutuskan untuk publish nggak begitu panjang, tapi aku bagi dua. Siang dan Malam.

Kenapa? Karena aku nggak yakin bisa sepanjang chapter series [1] Youngmin(?) kalau per chapter panjang-panjang ehe. Tapi ya nggak tau juga sih, tergantung ide yang mengalir ehehe

Jadi.. aku publish pagi/siang dan malam ^^

sampai ketemu nanti sore atau menjelang malam ♡

Vote dan Komen sangat amat berarti sebagai dukunganku buat lanjutin cerita ini 💓

Terimakasih! (love) (love)

dream flakes | k.donghyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang