Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
**
14 November, Awal Musim Dingin
Kim Donghyun Lapangan outdoor sekolah, 12.58 (Kamis)
Syuut~
Lemparan bola basket Donghyun masuk dengan tepat pada ring. Lelaki itu cukup lelah setelah setengah jam lebih bermain basket dengan teman-temannya. Ya, bermain basket di awal musim dingin yang tak begitu dingin.
"Haruskah kita berhenti? Aku mulai lelah dan kedinginan," kata Youngmin, salah satu teman Donghyun. Sewoon, teman Donghyun lainnya pun ikutan mengangguk.
"Aku juga. Tuh, Kwanghyun punya cukup air disana," ujar Donghyun sembari menunjuk Kwanghyun yang sedari tadi duduk di timur lapangan.
Youngmin, Sewoon, dan Donghyun pun berhenti bermain basket dan berjalan mendekati Kwanghyun. Lelaki itu sibuk dengan games handphone di tangannya, karena bosan menunggu ketiga temannya bermain basket sedari tadi.
"Kau tak bosan apa bermain games terus menerus?" tanya Sewoon, sengaja mengganggu Kwanghyun bermain games.
"Jangan mengganggu. Sebentar lagi aku menang. Lagipula, kenapa juga kalian bermain basket di musim dingin," ujar Kwanghyun. Matanya terus berfokus pada handphone miliknya.
"Biarkan saja dia," ujar Donghyun, setengah tertawa. Lelaki itu mengambil sebotol air mineral dan meminumnya dalam sekali teguk.
"Donghyun, kau yaja hari ini?" tanya Youngmin.
Lelaki pintar itu yang selalu menanyakan hal itu pada Donghyun, yang sering bolos yaja karena beragam alasan.
Donghyun meringis dan menggeleng.
"Tidak. Aku harus menyelesaikan sesuatu sebelum ayahku membunuhku," ujar Donghyun.
Lelaki itu mengacak-acak rambutnya dan tersenyum kecil.
"Kerjaan sampingan," sahut Kwanghyun cepat. Anak itu masih berfokus dengan games-nya.
Youngmin melihat kearah Donghyun dan berdecak.
"Hal lain? Donghyun, seberapa banyak sebenarnya pekerjaan yang kau lakukan?" tanya Youngmin, heran.
"Bukankah kau masih part-time di kafe?" tanya Sewoon, melanjutkan.
Donghyun tertawa kecil.
"Mungkin terdengar gila, tapi.. ya begitulah. Aku masih menjadipart-timer dan lainnya," jawab Donghyun.
Sewoon menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau bahkan bisa menggunakan uang ayahmu jika kau mau, Donghyun. Mengapa pula kau harus bekerja? Sekolah saja sudah cukup melelahkan," kata Sewoon.
"Dia sudah gila memang," sahut Kwanghyun lagi, dibalik handphone nya.
"Diam saja kau," ujar Donghyun, mendorong pelan kepala Kwanghyun.
Donghyun menghela nafas. Penulis lagu sekaligus produser, anggota tim basket, part timer di kafe, dan volunteer. Dia melakukan itu semua. Walau hanya ada tujuh hari dalam seminggu.
"Apapun yang kau lakukan, tidakkah itu terlalu banyak? Bagaimanapun, tahun depan kita sudah harus mengikuti SAT*," ujar Youngmin, si pemegang title juara umum seangkatan.
Donghyun tertawa kecil dan memandang Youngmin, temannya.
"Aku tahu. Karena itulah aku melakukan semua ini," ucap Donghyun, tersenyum tipis. Lelaki itu beranjak dari tempatnya duduk.
"Kau mau kemana?" tanya Kwanghyun, masih dari balik handphone-nya.
"Miss Park. Kwanghyun, aku akan langsung ke kelas setelah ini. Aku duluan," ujar Donghyun sembari tersenyum kecil dan melambai pergi.
Sewoon melirik kearah Kwanghyun dan mengambil handphone milik lelaki itu dari tangannya.
"Hey!!!"
"Apakah kau tahu mengapa Miss Park memanggil Donghyun?" tanya Sewoon, tak peduli bahwa Kwanghyun kesal handphone miliknya diambil.
"Mana kutahu. Sewoon, kembalikan handphone-ku. Aku nyaris menang tadi," ujar Kwanghyun kesal. Lelaki itu merebut kembali handphone-nya dari tangan Sewoon.
Sedangkan Sewoon dan Youngmin berpandangan.
"Kau tahu?" tanya Sewoon pada Youngmin.
Lelaki itu menggeleng dan berpikir sejenak.
"Apakah karena dia bolos yaja sejak satu minggu yang lalu?" tebak Youngmin.
"Mungkin?"
**
*: Scholastic Assessment Test (Tes masuk perguruan tinggi)
